"Hueek ... huek ... huuek." Dengan telaten Xia Jie mengurut tengkuk Mayleen.
"Jangan keras kepala. Aku akan memanggil tabib Han untuk memeriksa keadaanmu." Mayleen menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"Tid-"
"Hueek ... huek." Xia Jie menghela napasnya dengan kasar.
Pria itu dengan sabar terus mengurut tengkuk istrinya dengan lembut. Setelah dirasa cukup, Xia Jie mengambil mangkuk air dari Lin yang menatap cemas wajah pucat Mayleen. Tanpa rasa jijik sedikit pun, pria itu membasuh bibir Mayleen dan mengeringkannya dengan lengan bajunya.
"Sudah cukup. Kali ini kau harus menuruti ucapanku. Lihat kondisimu yang seperti ini, apa kau masih ingin membantah?" Mayleen hanya diam. Ia sudah tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Tenggorokannya terasa sakit akibat dari muntah-muntahnya yang tidak berhenti.
Xia Jie menatap iba wajah istrinya yang terlihat sangat pucat dengan matanya yang begitu sayu. Dengan lembut, pria itu langsung membopong tubuh lemas Mayleen ke dalam paviliun Naga kembali.
"Segera panggilkan tabib Han!" titah Xia Jie yang langsung dipatuhi oleh Lin.
Setelah sampai di kamar, Kaisar menidurkan tubuh Mayleen di kasur dengan hati-hati. Pria itu mendudukkan dirinya di samping tubuh Mayleen seraya mengusap lembut rambut istrinya.
"Kau membuatku sangat cemas Leen'er." Mayleen membuka kedua matanya. Wanita itu menatap mata Xia Jie dengan sayu.
"Aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing dan mual," lirih Mayleen.
"Kau tidak baik-baik saja," tegas Xia Jie.
"Sudah beberapa hari terakhir ini kau selalu muntah di pagi buta. Jika terjadi sesuatu terhadapmu, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri."
"Sssttt, Hei. Apa yang kau katakan? Aku baik-baik saja." Mayleen mengusap lembut pipi Xia Jie.
"Aku mengkhawatirkan dirimu Leen'er." Xia Jie mencium punggung tangan Mayleen.
***
"Apa yang terjadi dengan Permaisuri?" tanya Kaisar dengan tidak sabaran.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Yang Mulia." Tabib Han tersenyum dengan lebarnya.
"Istriku terus muntah dan melemah, kau bilang tidak perlu khawatir?" geram Kaisar.
"Ampuni hamba Yang Mulia. Dari hasil pemeriksaan yang hamba lakukan, Permaisuri tidak memiliki suatu penyakit apa pun. Justru kabar baik akan segera mengguncang seluruh dataran Negeri ini," ujar tabib Han dengan berseri-seri.
"Apa maksudmu?" Kaisar mengernyit bingung.
"Permaisuri tengah mengandung pewaris sah takhta kerajaan Xia." Mata Kaisar membulat dengan sempurna. Bahkan Mayleen yang sedari tadi hanya menyimak sontak menutup mulutnya tidak percaya.
"A-aku hamil?" tanya Mayleen dengan terbata.
"Demi arwah ibuku di surga. Ya, Yang Mulia Permaisuri saat ini tengah mengandung." Kaisar tersenyum dengan lebarnya. Mata pria itu terlihat mulai berkaca-kaca.
"Hamba perkirakan usia janin saat ini sekitar 2 bulan. Di masa kehamilan muda seperti ini, Permaisuri tidak boleh keletihan. Pola makan harus terjaga dengan baik. Saya sarankan untuk rutin meminum susu segar yang telah dicampurkan dengan herbal. Hamba akan membuatkannya setiap pagi," jelas tabib Han.
"Lalu bagaimana dengan mualnya?" tanya Kaisar dengan khawatir di sela-sela kebahagiaannya.
"Itu hal yang wajar dialami oleh setiap wanita hamil. Seiring berjalannya waktu, rasa mual itu akan berangsur-angsur menghilang," jelas tabib Han.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Historical FictionRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...