Pria gagah dengan fitur wajah bak dewa itu menjatuhkan tubuhnya ke samping setelah mencapai puncak surga duniawinya. Napasnya masih terengah-engah. Ia melirik wanita di samping kanannya yang sedang memejamkan mata mencoba mengatur napas. Pria itu mencium pipi kiri si wanita berkali-kali.
"Maaf Yang Mulia, tapi tubuhku sudah sangat lelah," ucap wanita itu dengan pelan.
"Hahaha kau selalu kalah dariku Permaisuri." Xia Jie memiringkan tubuhnya menghadap Permaisuri Xi, lalu memeluk tubuh wanita itu.
"Kau terlalu hebat. Istrimu ini hanya manusia biasa yang tak bisa melayanimu dengan baik." Permaisuri menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Xia Jie yang sedikit bergetar karena tertawa.
"Memang kau pikir aku ini apa? Aku juga manusia sepertimu. Kau mengatakan tak bisa melayaniku dengan baik, tapi tadi kau begitu panas dan menggebu-gebu." Permaisuri semakin menenggelamkan wajahnya mendengar ucapan Xia Jie. Dirinya begitu malu.
"Kau sudah melayaniku dengan baik. Aku hanya menginginkanmu. Tak ada wanita lain selain dirimu yang aku inginkan di dunia ini." Xia Jie mengusap lembut rambut wanita didekapannya ini.
"Kau tahu sendiri, hanya kau yang aku izinkan melayaniku. Aku hanya menyentuh wanita lain saat malam pengantin saja sebagai ritual akhir pernikahan." Permaisuri Xi mendongakkan wajahnya melihat suaminya yang saat ini sedang menatapnya.
"Hanya dengan melihat dirimu, tubuhku terasa seperti terbakar. Rasanya aku ingin mengurung dirimu. Tak akan aku biarkan kau keluar. Lalu kita akan menghabiskan waktu sepanjang hari di dalam saja," goda Xia Jie dengan lirih. Pipi Permaisuri sudah merah sempurna. Ia tundukkan kembali wajahnya.
Xia Jie mengerjabkan matanya berkali-kali saat bayangan wajah cantik Mayleen melintas dalam benaknya. Pria itu menarik napas dengan gusar. Bagaimana bisa ia memikirkan wanita lain saat bermesraan dengan Permaisuri tercintanya. Terdengar seperti omong kosong saja ucapannya tadi.
"Yang Mulia, Kau terlalu berlebihan. Bercinta sepanjang hari sangat melelahkan. Lagi pula, hanya terkurung di dalam itu sangat membosankan."
"Jadi kau sudah bosan denganku? Apa kau mencintai pria selain diriku?" Tatapan Xia Jie menajam.
"Kalau begitu pergilah. Mulai besok aku akan menyentuh wanita ..." Permaisuri Xi menutup mulut Xia Jie dengan telapak tangannya.
"Jangan. Jangan lanjutkan perkataanmu Yang Mulia. Maafkan aku. Aku hanya ..." Mata Permaisuri sudah berkaca-kaca. Xia Jie menghembuskan napasnya pelan. Ia kembali merengkuh wanita itu dalam dekapannya.
"Aku hanya bercanda. Aku tahu dirimu dengan baik. Kau hanya mencintaiku, begitu pun diriku. Jangan menangis ya. Aku benar-benar ingin menggodamu saja." Xia Jie mengusap punggung wanitanya dengan sayang.
"Yang Mulia, aku ingin ke aula istana sekarang. Semua orang pasti sedang menunggu kita," pinta Permaisuri.
"Kita tak perlu ke sana. Lebih baik kita di sini saja." Xia Jie meletakkan kepalanya pada ceruk leher Permaisuri.
"Yang Mulia ... ta-tapi mereka pasti menunggu kehadiran kita." Napas Permaisuri mulai memburu dengan perlakuan Xia Jie.
"Mereka pasti tau apa yang sedang kita lakukan," ucap Xia Jie dengan parau.
"Tapi aku sedang ingin ke sana. Kau tau sendiri ... aku menyukai permainan Lute." Permaisuri meremas rambut Xia Jie yang kini sedang berada di atasnya.
"Aku mohon," ucap Permaisuri di sela-sela cumbuan yang dilakukan Xia Jie. Pria itu melumat bibir wanitanya.
"Baiklah. Kita akan ke aula setelah mandi bersama." Xia Jie menggendong Permaisuri ala bridal style ke dalam pemandian.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Ficción históricaRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...