Langit kelabu dengan butiran putih seperti kapas sudah menggelap sempurna. Butiran itu turun dengan semakin deras. Udara semakin menusuk. Lampion telah dinyalakan di setiap sudut. Perapian sudah menyala agar badan bisa terhangat dengan baik.
Menjadi seorang Kaisar merupakan hal ternikmat di saat musim dingin seperti ini. Pelayan dengan sigap menyiapkan semua keperluan. Memastikan sang penguasa tidak kekurangan suatu apa pun. Memastikan sang junjungan tetap hangat dan tak jatuh sakit.
"Apakah Yang Mulia ingin makanan lain?" tanya salah seorang pelayan.
"Tidak. Kami sudah kenyang dan kalian sudah membersihkannya. Kalian bisa pergi sekarang." Para pelayan pamit undur diri setelah Kaisar memberi izin.
"Ada yang kau inginkan lagi?" tanya Kaisar.
"Tidak Yang Mulia. Saat ini aku ingin berbaring," jawab wanita itu dengan lembut.
Dengan perlahan Kaisar membopong tubuh wanita itu dan dibaringkannya dengan hati-hati di kasur.
"Tidurlah." Wanita itu mencekal tangan Kaisar.
"Temani aku. Jangan kembali pada perkamen itu lagi. Aku membutuhkanmu. Apakah gulungan itu lebih penting dariku?" Kaisar terdiam beberapa saat. Hingga akhirnya dia ikut merebahkan diri di samping tubuh Selir Xi.
"Aku senang bisa bersama dirimu lagi, Yang Mulia." Selir Xi menyandarkan kepalanya pada dada bidang Kaisar.
"Aku senang kau masih peduli dengan wanita buta ini."
"Jangan berkata seperti itu. Bagaimanapun kau istriku. Tidak mungkin aku tidak mempedulikanmu dengan kondisi seperti ini." Kaisar mengelus lembut rambut Selir Xi.
"Apakah ... permaisuri mengizinkanku kembali ke istana?" Xia Jie menegang.
"Yang Mulia." Untuk beberapa saat, tubuh pria itu kembali tenang.
"Tentu saja dia mengizinkan."
"Aku masih tidak enak dengannya. Bahkan aku tinggal di kediamanmu seperti sekarang."
"Kau masih istriku. Kau berhak tinggal di sini. Sudahlah. Jangan pikirkan apa pun selain kesehatanmu." Selir Xi tersenyum senang mendengarnya.
'Sedikit lagi,' batin Selir Xi.
"Aku hanya menjadi beban dan aib untukmu. Semua orang akan memandang rendah dirimu karena memiliki istri buta sepertiku," ujar Selir Xi dengan sedih.
"Kau bukan aib untuk diriku. Bahkan kau sama sekali tidak membebaniku. Ini semua salahku. Aku yang bertanggung jawab atas kondisimu saat ini," jelas Xia Jie.
"Tidak. Aku yang bersalah. Seharusnya aku bisa keluar dengan cepat dari kereta saat itu. Seharusnya aku bisa bertindak dengan cepat. Sehingga hal itu tidak terjadi. Aku yang membuat diriku sendiri seperti ini. Membuatku tak layak untukmu," ujar Selir Xi dengan serak menahan isakan tangis.
"Sssttt ... ini semua salahku. Andai malam itu aku tidak mengasingkan dirimu, maka kecelakaan itu tidak akan terjadi. Aku yang bersalah di sini. Keputusanku sungguh salah dan membuat penderitaan untukmu." Kaisar mendekap tubuh Selir Xi yang menangis. Pria itu mengetatkan rahangnya. Ia merasa bersalah telah membuat Selir Xi mengalami hal buruk.
"Maafkan aku yang bahkan baru mengetahui kondisimu beberapa bulan kemudian," lirih Kaisar dengan dekapan yang semakin erat.
Kaisar terus mengusap lembut punggung Selir Xi. Isakan wanita itu sudah tidak terdengar. Dengan perlahan Kaisar merenggangkan dekapannya. Pria itu melihat kain tipis yang menutupi kedua mata Selir Xi sudah basah. Dengan perlahan dia buka ikatan kain itu. Pria itu membuang kain tipis itu ke sembarang tempat. Dapat ia lihat kedua mata Selir Xi basah. Diusapnya kedua mata itu dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Historical FictionRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...