Permaisuri Xi

11.6K 944 30
                                    

Mayleen duduk di bangku riasnya dengan senyum yang terus terukir. Lin yang berdiri di belakang merias rambut nonanya ikut tersenyum. Ia senang melihat sang nona terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya. Semoga saja akan terus seperti itu. Baginya, Mayleen adalah orang yang sangat baik. Ia bahkan memperlakukan Lin layaknya seorang teman.

Mayleen. Ya, saat ini nama itu yang akan melekat dalam diri Rania. Mari kita lupakan dulu siapa itu Rania. Identitasnya saat ini adalah Mayleen. Anak tunggal dari keluarga Zhang yang telah meninggal. Ia adalah keponakan dari Perdana Menteri Qiang. Untung saja kehidupan keluarga Zhang tidak banyak diketahui karena mereka tinggal jauh dari keramaian. Tempat tinggalnya dekat dengan hutan. Sehingga memudahkan Rania untuk menyamarkan identitas yang sesungguhnya. Perdana Menteri juga sudah mengatur sedemikian rupa, sehingga kecil kemungkinan terbongkar jika ada yang ingin menyelidikinya.

"Nona, setelah sarapan nanti kau harus ikut bergabung dengan yang lainnya ke depan istana," ucap Lin.

"Buat apa?" Dahi Mayleen mengernyit.

"Untuk menyambut Permaisuri Xi." Seketika raut wajah Mayleen berubah datar.

"Setiap Permaisuri kembali dari kuil pasti kita akan melakukan penyambutan. Itu dikarenakan Permaisuri membawa air suci dan kue kering dewi dari kuil. Nanti beliau akan memberikannya pada kita," jelas Lin.

"Apa dia akan kasih kamu juga?"

"Tidak nona. Permaisuri hanya akan memberikan air suci dan kue kering untuk anggota kerajaan". Rasanya tidak adil jika anggota kerajaan saja yang mendapatkannya. Seharusnya semua penghuni istana bisa mendapatkannya. Apa tidak cukup? Harusnya itu bisa dilakukan.

"Kenapa gak dapat? Bukannya segala hal yang suci itu untuk semua orang?" Mayleen menaikkan sebelah alisnya.

"Benar nona. Namun kami tidak akan mendapatkannya langsung dari tangan Permaisuri. Kami akan mendapatkannya melalui dayang Mou. Itu pun harus gesit. Jika tidak, bisa saja kehabisan."

'Dayang Mou? Pasti dia dayang pribadi Permaisuri Xi itu. Seharusnya berkat yang dibawa bisa cukup. Kalau kaya gini gak adil. Sebagai ibu negara yang baik, seharusnya dia bisa usaha untuk mencukupi semuanya. Apalagi berkat adalah hal yang penting banget. Kalau tidak ada keperluan apapun seharusnya Permaisuri bisa memberikannya kepada para pelayan. Kenapa harus melalui dayang Mou aja?' batin Mayleen.

"Baru kali ini aja atau sebelumnya selalu dayang Mou yang kasih kalian?"

"Selama ini selalu dayang Mou, nona."  Lin memberikan sentuhan akhir pada kepangan rambut Rania dengan pita rambut pada bagian atas.

"Kenapa gak dia yang kasih langsung?" Lin menatap Rania melalui cermin buram di meja rias.

"Hm ... aku tidak tau, nona. Sebelumnya, Ibu Suri selalu memberikan sendiri berkat dari kuil kepada kami."

"Apa dia sibuk setelah kembali dari kuil?" Lin menggelengkan kepalanya.

"Permaisuri hanya akan berada di kediamannya atau Kaisar. Mereka akan selalu menghabiskan waktu bersama." Rania meringis. Sepertinya dua orang itu sangat lengket seperti perekat.

'Seperti apa Permaisuri Xi ini?'

***

Rombongan Permaisuri Xi sudah hampir tiba. Para anggota kerajaan sudah berkumpul di depan istana. Mayleen sudah berbaris dengan Perdana Menteri dan Liu. Di depan, Kaisar telah berdiri dengan kedua tangan di belakang. Ia sangat menantikan wanita pujaannya kembali. Sudah sejak semalam ia tak bisa tidur memikirkan Permaisuri Xi. Walaupun ia menempatkan banyak prajurit terbaik untuk mengawal, tetap saja ia takut terjadi hal-hal buruk terjadi.

Until A Thousand More YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang