Kaisar menatap sendu Permaisuri yang kini tengah menatap keluar jendela. Pandangan mata wanita itu kosong. Jejak air mata yang belum mengering terlihat jelas. Kantung matanya membesar dengan bola mata yang terlihat merah. Rambut yang biasanya tergelung rapi, kini terurai dan berantakan tanpa hiasan apa pun.
"Xi." Kaisar membalikkan tubuh Permaisuri untuk menghadapnya.
"Jangan seperti ini." Kaisar mengusap air mata yang kembali jatuh.
"Aku tidak bisa," lirih Permaisuri.
"Aku tidak bisa membagimu. Hiks." Permaisuri mulai terisak.
"Kita sudah membicarakan ini sebelumnya," ujar Kaisar.
"Tidak! Aku tidak bisa membagi dirimu dengannya." Permaisuri menggelengkan kepalanya.
"Ini terlalu menyakitkan. Melihatmu bersamanya ... hiks. A-aku ..." Kaisar mendekap tubuh Permaisuri. Wanita itu terisak dengan kencang.
"Sssttt, tenangkan dirimu." Pria dengan mahkota emas dikepalanya itu terus mengusap punggung istri pertamanya.
"Tidak Yang Mulia. Tidak!" Permaisuri mencoba mendorong tubuh Kaisar.
"Lepaskan diriku!!" Kaisar menggelengkan kepalanya.
Permaisuri terus memberontak dalam dekapan Kaisar. Semakin ia memberontak, semakin erat pula dekapan Kaisar.
Dengan kasar, Kaisar mencium bibir Permaisuri. Wanita itu terkejut mendapatkan ciuman kasar tiba-tiba dari Kaisar.
"Dengarkan aku!" pinta Kaisar dengan lembut setelah melepaskan ciumannya.
"Kita sudah membicarakan ini sebelumnya. Kau pun sendiri tahu maksud dari pernikahan ini." Kaisar mencium lembut kening Permaisuri. Setelah itu ia tempelkan dahinya pada dahi Permaisuri.
"Aku hanya mencintaimu. Dari dulu, saat ini, dan seterusnya," bisik Kaisar.
"Tapi diriku cemas kau-"
"Tidak!" potong Kaisar dengan cepat.
"Aku tidak akan berpaling darimu. Jika itu yang kau khawatirkan." Kaisar mengusap pipi Permaisuri dengan lembut.
"Kau sendiri memperlihatkan yang sebaliknya Yang Mulia," lirih Permaisuri.
"Aku harus melakukannya agar semua berjalan dengan baik. Aku tidak mungkin memperlakukannya dengan buruk. Semua orang akan curiga, terutama Ibu Suri," jelas Kaisar.
"Mayleen hanya batu loncatan untuk kita, untuk masa depan kita dan Negeri ini. Setelah semuanya berhasil, aku akan segera membuatmu menjadi satu-satunya istriku. Tidak ada yang lain."
"Berjanjilah!" pinta Permaisuri.
"Aku berjanji," ujar Kaisar dengan mantap.
Setelah itu Kaisar mencium lembut Permaisuri. Melumatnya, mencecap rasa nikmat istri pertamanya yang ia rindukan. Melepas hasrat yang sudah terpendam.
***
Malam ini seharusnya akan ia habiskan dengan Kaisar. Tetapi baru saja pelayan pribadi Yang Mulia datang, mengabarkan kalau sang majikan tidak bisa datang karena ada urusan yang sangat penting.
Mayleen mendesah pelan. Padahal ia sudah merencanakan akan melobby Kaisar. Ia akan meminta Kaisar menyetujui rencana Perdana Menteri untuk meregulasi ulang peraturan pajak. Ini bukan hanya semata-mata untuk kepentingan dirinya, melainkan untuk mempersulit oknum penyalahgunaan kekuasaan yang membuat pajak masyarakat saat ini mulai tidak stabil.
"Bagaimana?" tanya Permaisuri.
"Bisa hamba pastikan Perdana Menteri akan menang pada rapat besok Yang Mulia," jawab seorang pria yang duduk di depannya dengan mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Historical FictionRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...