Terungkap

10.5K 830 20
                                    

"Dari mana saja kau ha?! Junjunganmu dalam bahaya hingga sekarat, kau menghilang begitu saja!" sentak Perdana Menteri.

"Ampuni hamba Perdana Menteri. Tetapi ada yang harus hamba kerjakan."

"Wu, aku tidak peduli pekerjaan apa yang kau lakukan. Aku hanya menugaskan dirimu melindungi Selir Agung. Seharusnya kau menempatkannya di atas segalanya," geram Perdana Menteri.

"Tentu saja Selir Agung di atas segalanya. Aku tidak akan pernah meninggalkannya," ujar Wu dengan tenang.

"Lalu kemana kau selama ini?"

"Hamba menjalankan tugas yang diberikan oleh Selir Agung," jawab Wu.

"Tugas?" tanya Liu setelah hanya diam mendengarkan.

"Benar Panglima. Sebelum peristiwa itu terjadi, hamba sedang menjalankan tugas dari Selir Agung."

"Tugas apa?" tanya Perdana Menteri.

"Maaf. Hamba tidak bisa memberitahu."

"Kenapa?" Liu menatap tajam Wu.

"Selir Agung sendiri yang menyuruhku untuk diam."

"Mayleen adalah keponakanku. Jika ini menyangkut dirinya, aku harus mengetahuinya," ujar Perdana Menteri dengan tegas.

"Sekali lagi hamba mohon maaf Perdana Menteri. Kalau kau ingin mengetahuinya, tunggulah sesaat. Sebentar lagi sesuatu yang besar akan terjadi."

"Apa maksudmu?" Liu sungguh tidak mengerti arti dari ucapan Wu.

"Lakukan saja apa yang aku pinta." Perdana Menteri dan Liu saling tatap.

***

Kertas itu remuk seketika. Pria itu meremas kertas ditangannya dengan amarah. Tatapan tajam serta rahang yang mengeras, membuat nyali dua orang di hadapannya menciut.

Brraakkk

Dua orang pria itu tersentak kaget saat atasannya menggebrak meja dengan kerasnya.

"Beraninya dia bermain kotor," geramnya.

"Aku sudah muak melihat sifat binatangnya. Kali ini, aku tidak akan mengampuninya. Berani sekali dia melakukan semua ini di belakangku!"

"Dimana dia?" tanyanya dengan penuh penekanan.

"Sedang menghabiskan malam bersama beberapa wanita di kediamannya Yang Mulia," jawab salah seorang pria di hadapannya.

"Bawa dia ke tempat pengadilan sekarang juga. Kalau dia berontak, kalian tahu apa yang harus dilakukan," titahnya.

"Baik Yang Mulia." Kedua pria berpakaian merah dengan ikat kepala merah itu undur diri.

"Kau salah memilih lawan, Tian." Senyum miring tercetak pada wajah dinginnya.

***

"Kau manis sekali." Pria yang hanya mengenakan celana panjang berwarna putihnya itu mencium rakus bibir mungil wanita yang berada di pangkuannya.

"Kau selalu panas tuan," ujar wanita di samping kirinya yang tak mengenakan sehelai benang pun.

"Ooohh ..." Wanita di samping kanannya mendesah nikmat kala payudaranya dimainkan oleh pria itu.

"Tuan Tian. Kami ingin bermain denganmu hingga pagi," ujar wanita di pangkuannya setelah pria itu melepaskan pagutannya.

"Tentu saja. Kalian bertiga akan aku garap habis-habisan," ucapnya sembari memilin puting wanita itu. Membuat sang wanita mendesah nikmat. Wanita tanpa busana itu mulai menggoyangkan tubuhnya. Menggoda kejantanan pria itu yang masih terbungkus celana panjangnya.

Until A Thousand More YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang