Mohon baca part ini penuh kesabaran 💆
Perbanyak istighfar 😆
Jaga hati untuk gak mengumpat kata-kata kasar 😆
Atur emosi gaees 😝
Wokeehhh gaeesss cuusss
HAPPY READING 😍💋
***
Suasana begitu sunyi. Temaram langit menyatu dengan hanfu seorang pria yang kini berjongkok di atas atap yang bersalju. Raut wajahnya begitu datar. Siapa pun akan berdesis karena suhu yang begitu menusuk. Tapi hal itu tidak berlaku baginya. Pria itu begitu santai hanya dibalut dengan hanfu tipis dengan dua pedang di belakang punggungnya. Ia melihat aktivitas di bawah yang masih lengang. Hanya terdapat beberapa penjaga di beberapa titik. Pria dengan hanfu hitam itu mendongak ke langit. Fajar hampir tiba. Ia akan segera melaksanakan misinya.
Dengan keahlian yang dimilikinya, pria itu berlari di atap dan melompat dari satu atap ke atap yang lain tanpa menimbulkan suara. Ia melompat turun dan melihat keadaan sekitar. Setelah dirasa aman pria tersebut kembali berlari. Ia segera bersembunyi dibalik tembok saat dua orang penjaga berjalan ke arahnya. Setelah aman, ia berlari lagi dengan cepat.
Ia mengintip dua orang yang sedang berjaga di ruangan yang akan ia sambangi. Penjagaan sedang tidak ketat. Hal itu akan memudahkannya untuk masuk ke sana. Dengan tanpa menimbulkan suara, pria tersebut berlari ke arah penjaga lalu menotok belakang kepalanya. Dua penjaga tersebut seketika pingsan.
Matanya begitu awas melihat keadaan sekitar. Dengan perlahan ia masuk ke dalam ruangan yang dituju. Setelah menutup rapat pintu, pria tersebut berjalan menuju sebuah meja dengan beberapa gulungan di atasnya. Ia menaruh kain hitam yang membungkus beberapa gulungan perkamen.
'Hal ini akan sangat mengejutkanmu, Kaisar,' batin Wu.
Ya, pria itu adalah Wu. Misi yang diberikan Mayleen ia laksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yakni 2 hari setelah titah diturunkan. Pria itu menaruh kartu as Selir Xi di meja kerja Kaisar. Wu sangat yakin pagi ini Kaisar akan datang ke ruang kerjanya karena harus bertemu langsung dengan utusan dari salah satu kerajaan yang berada di bawah perlindungannya. Dan Wu akan terus memantau pergerakan Kaisar dan memastikan pria itu melihat gulungan yang ia bawa.
Setelah menaruh gulungan dengan benar, Wu berjalan keluar dengan hati-hati. Dua penjaga yang ia totok masih pingsan. Kaisar begitu ceroboh tidak memperketat penjagaan di setiap saat. Wu tersenyum miring. Entah Kaisar yang teledor atau memang dirinya yang terlalu pintar. Ia kembali menotok dua orang itu lalu segera berlalu agar tak ada yang melihat. Sedangkan dua penjaga tersebut kembali sadar dengan meringis sembari mengusap belakang kepalanya yang terasa sakit. Mereka bingung dengan apa yang terjadi barusan.
***
Fajar mulai menyingsing. Langit masih berselimut kelabu. Salju sedang tidak turun di pagi hari ini. Seorang pria melihat wanita yang masih terlelap dalam dekapannya tanpa sehelai benang pun. Ia mengusap surai hitam wanita itu. Kemudian beralih ke pipinya. Nampak wanita itu terganggu dan mulai mengerjabkan matanya.
"Yang Mulia." Kaisar mengusap lembut kedua mata wanita itu.
"Apakah mata ini tidak merasakan sakit apa pun?"
"Tidak sama sekali. Pada awalnya memang terasa nyeri. Tapi sekarang sudah tidak terasa sama sekali," jelas Selir Xi.
"Maafkan aku," sesal Kaisar.
"Sudah berapa kali kau meminta maaf? Aku baik-baik saja. Yang terpenting saat ini kau selalu ada di sisiku. Menjadi mataku." Selir Xi meraba bibir Kaisar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Fiksi SejarahRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...