Sudah enam hari lamanya Kaisar belum kembali. Kondisi tubuh Mayleen semakin mengkhawatirkan. Denyut nadinya sudah semakin melemah. Liu ketar-ketir dibuatnya.
'Seharusnya aku saja yang mencari penawar itu,' batin Liu.
"Tenanglah, Nak. Semuanya akan baik-baik saja," ujar Perdana Menteri menenangkan.
"Bagaimana aku bisa tenang? Ayah lihat sendiri. Tubuhnya semakin melemah." Liu mengusap punggung tangan Mayleen dengan lembut.
"Kau sudah menjaganya dengan baik. Aku yakin dewi kebajikan melihatmu. Mayleen akan baik-baik saja. Jangan berpikiran buruk." Perdana Menteri sendiri kurang yakin dengan ucapannya barusan. Jujur saja, hatinya juga dibuat cemas dengan kondisi Mayleen yang kian memburuk. Satu hal yang ia yakini sebagai penguat. Wanita yang didatangkan dewa tidak selemah itu.
"Kalau begitu aku pergi dulu."
Kini Liu hanya berdua dengan wanita yang dicintainya. Wajah Mayleen kian hari bertambah pucat. Kulitnya terasa semakin mendingin.
"Sampai kapan kau akan menutup mata? Kau membuatku takut Leen'er." Liu mengusap pipi dingin Mayleen dengan lembut.
"Tubuhmu terlihat semakin kurus dan dingin. Bangunlah. Aku sudah bosan mendengar tangisan pelayanmu yang sumbang itu. Telingaku selalu berdengung saat ia mulai terisak menangisimu." Liu terkekeh kecil.
"Aku ingin menghukumnya, tapi itu bukanlah kewenangan diriku. Maka dari itu, kau harus cepat kembali. Kau harus menghukum pelayanmu yang bodoh itu karena sudah mengganggu pendengaranku." Diusapnya kening Mayleen dengan penuh perasaan.
"Kau tahu apa yang membuatku mencintaimu? Dirimu yang kuat dan tangguh. Kau cantik dan baik seperti ibuku. Sejak dulu, aku memimpikan seorang pendamping yang sama seperti ibuku. Dan aku melihatnya pada dirimu. Aku mencintaimu Leen'er," bisik Liu tepat di telinga kanan Mayleen.
Brraakkk
Liu bangkit dengan cepat saat mendengar suara pintu yang dibuka dengan keras.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Pertanyaan tajam itu sedikit membuat Liu panik. Sedikit. Hanya sedikit.
"Hamba sedang menjaga Selir Agung, Yang Mulia." Kaisar hanya mendenguskan napasnya dengan kasar.
"Cepat kau berikan ramuan itu pada Selir Agung!" titah Kaisar.
"Baik Yang Mulia." Tabib Han yang sedari tadi berada di belakang tubuh Kaisar, masuk ke dalam dan mulai melakukan tugasnya.
Liu menghampiri Kaisar dan menunduk hormat. Setelah itu ia menyingkir ke belakang tubuh Kaisar.
Kaisar sendiri tengah berfokus memperhatikan tabib Han yang sedang menangani Mayleen.
Beberapa saat kemudian Ibu Suri datang dengan tergopoh-gopoh.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Ibu Suri.
"Masih ditangani," jawab Kaisar dengan lirih. Ibu Suri dapat melihat raut lelah serta cemas di mata anak semata wayangnya. Wanita paruh baya itu menggenggam tangan kiri Xia Jie dengan lembut. Kaisar menatap ibunya yang tersenyum menenangkan.
"Semua akan baik-baik saja," ujar Ibu Suri dengan bergetar. Wanita paruh baya itu amat sangat takut bila sosok menantu idamannya itu tak terselamatkan.
"Yang Mulia, puji dewa. Kondisi Selir Agung sedikit membaik. Ramuan itu mulai bekerja." Kaisar, Liu beserta Ibu Suri bernapas lega mendengarnya.
"Kapan ia akan tersadar?" tanya Kaisar dengan tak sabar.
"Hamba tidak dapat memastikannya. Ramuan itu membutuhkan waktu untuk menetralisir racunnya. Tapi anda tidak perlu cemas. Secepatnya kondisi Selir Agung akan membaik. Ramuannya telah bekerja. Dapat hamba rasakan dari denyut nadi pada pergelangan tangan dan detak jantungnya. Tubuh Selir Agung merespon ramuan dengan baik." Setelah mengatakan kabar baik itu, tabib Han pamit undur diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Historical FictionRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...