3 bulan berlalu sejak pengangkatan Mayleen menjadi Permaisuri dinasti Xia. Banyak hal berubah. Ibu Suri telah kembali ke istana Selir. Selir Tzu juga telah dipindahkan kembali ke istana Selir karena sempat bersitegang dengan Mayleen. Xia Jie juga benar-benar berubah.
"Leen'er," panggilnya dengan lembut. Sedangkan yang dipanggil terus berjalan tanpa mengindahkan panggilan suaminya.
"Leen'er berhentilah!" Wanita itu bahkan kini berjalan dengan menghentakkan kakinya.
"Sudah aku katakan berhenti," ujarnya setelah berhasil memegang tangan kanan si wanita untuk berhenti.
"Kau marah?" tanya Xia Jie dengan menggenggam kedua tangan istri mungilnya. Lagi-lagi si wanita hanya diam dan memalingkan wajah agar tidak menatap mata suaminya.
"Apa pun akan aku turuti tapi tidak dengan yang itu," bujuk Xia Jie.
"Aku hanya mau itu!" ujar Mayleen dengan datar dan tanpa melihat suaminya.
"Kau bisa sakit jika memakannya di pagi buta seperti ini." Xia Jie membelai pipi kiri Mayleen dengan lembut.
"Huh ... aku hanya ingin memakannya. Aku tidak menginginkan yang lain!" pekik Mayleen.
"Dengarkan aku." Kaisar menangkup kedua pipi Mayleen. Membuat mata wanita itu bersibobrok dengan mata kelam suaminya.
"Dua hari yang lalu kau meminta hal yang sama. Memakannya di pagi buta seperti ini. Lalu apa? Saat fajar sudah menyingsing perutmu langsung merasa sakit. Aku tidak ingin hal itu terjadi lagi," jelas Xia Jie dengan perlahan agar Mayleen mengerti.
"Tapi aku sangat menginginkannya. Apa itu salah? Aku hanya ingin memakan potongan buah-buah yang segar dengan tambahan sambal," lirih Mayleen dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Xia Jie hanya menghembuskan napasnya dengan pelan. Wanita di hadapannya ini selalu bisa membuatnya merasa lemah. Melihat wajahnya yang sendu sungguh sanggup mengguncang kewarasan seorang Kaisar sepertinya.
"Sssttt ..." Xia Jie membawa Mayleen ke dalam pelukannya setelah air mata wanita itu mulai menetes. Dada pria itu berdenyut tidak nyaman mendengar isakan kecil dari istri mungilnya.
"A-aku sangat menginginkannya ... hiks." Xia Jie menghembuskan napasnya dengan pelan.
"Baiklah. Kau bisa memakannya. Tapi dengan satu syarat." Mayleen sontak langsung melepaskan pelukan pria itu. Ia menatap mata suaminya dengan binar penuh harap.
"Katakan!" seru wanita itu dengan senyum lebarnya.
"Kau hanya boleh memakannya dengan sedikit sambal. Sebelum itu, kau harus memakan sup dengan nasi." Senyum wanita itu luntur seketika.
"Aku tidak mau!" tolak Mayleen dengan cepat.
"Perutmu harus diisi dengan makanan lain dulu Leen'er. Lagi pula buah pedas yang kau tumbuk itu sangat berbahaya. Aku saja hampir mati mencicipinya walau hanya secuil," gerutu Xia Jie.
"Aku tidak mau! Aku tidak terlalu suka mengkonsumsi nasi." Mayleen menghentakkan kakinya seperti anak kecil. Mau bagaimana lagi? Penawaran yang diajukan Xia Jie sangat tidak adil baginya. Dari kecil ia tidak terlalu suka mengkonsumsi nasi. Walaupun ia masih bisa memakannya, acap kali lapar melanda pasti nasi akan ia ganti dengan karbohidrat lain seperti kentang. Dan selama di sini, nasi selalu menjadi makanan pokok. Jika ia hanya memakan lauk pauknya saja, pasti akan selalu ada yang melaporkannya kepada Kaisar.
"Kalau kau tidak mau, maka tidak ada makanan yang kau namai rujak itu." Xia Jie tersenyum miring.
"Kau curang!" pekik Mayleen.
"Aku tidak curang sayang. Ini semua demi kebaikan dirimu. dan bahan sambal itu pun hanya tersisa sedikit. Buah pedas yang kau pesan langsung dari pedagang pendatang itu sudah benar-benar habis. Ia tidak memiliki persediaan lagi. Kita harus menunggu dengan waktu yang cukup lama." Mayleen mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Ficción históricaRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...