Mayleen menatap kosong cangkir teh yang digenggamnya. Pikirannya masih melayang pada kejadian semalam. Kejadian yang berhasil menggoreskan luka di hatinya.
Hari sudah pagi. Pria itu masih lelap bergelung di kasur. Mayleen menatap sendu pria itu dari tempat duduknya. Apa yang sebenarnya terjadi? Ia ingin mendengar penjelasan Kaisar.
"Ngghh ..." Kaisar melenguh.
Perlahan mata itu terbuka. Bisa ia rasakan udara sejuk yang masuk dari jendela yang sudah terbuka.
'Sudah pagi rupanya,' batin Kaisar.
Pria itu sedikit terkejut saat melihat dimana ia saat ini. Dengan cepat ia dudukkan tubuh polosnya yang hanya tertutupi selimut sampai pinggangnya. Dapat ia lihat Mayleen yang sudah duduk manis di meja makan sembari menyesap tehnya.
"Mayleen," lirih Kaisar yang dapat didengar oleh wanita itu.
"Mandilah. Sarapan dan tehmu sudah siap." Kaisar mengerutkan dahinya mendengar nada bicara Mayleen yang terkesan dingin.
"Ada apa?" tanya Kaisar.
"Tidak ada apa pun. Sebaiknya kau segera mandi atau makanan ini akan dingin." Lagi. Mayleen berbicara dengan dinginnya dan tanpa melihat dirinya.
Dengan masih bingung, Kaisar bangkit dari tempat tidur dengan tubuh polosnya ke tempat pemandian. Setelah Kaisar masuk ke pemandian, Mayleen menghembuskan napasnya dengan kasar. Sebisa mungkin ia harus bisa menahan rasa sakitnya. Jangan sampai ia menumpahkan air matanya.
Di dalam pemandian, Kaisar masih merenung. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Ia kembali mengingat kejadian semalam. Seingatnya setelah menjelang petang ditinggal Permaisuri yang harus menjenguk Menteri Perdagangan sialan itu, ia menyibukkan diri di ruang kerjanya. Karena merasa penat, ia meminta pelayan membawakan minuman keras. Dengan lesu, ia terus minum hingga 1 poci.
Ia masih sadar saat mendatangi Mayleen. Hari sudah semakin larut saat dirinya menyambangi istri barunya. Ternyata wanita itu belum tidur. Lalu, ia ingat betul saat melakukan percintaan panas dengan wanita itu. Lalu bayangan wajah Menteri Tian yang menyeringai mesum terhadap Permisuri muncul saat ia sedang bercinta dengan Mayleen. Ah sial, ia ingat sekarang. Dengan cepat ia selesaikan mandinya.
Bisa ia lihat tatapan kosong istri mudanya. Tangan wanita itu hanya memutar-mutar gelas yang digenggamnya di meja. Rasa bersalah semakin ia rasa. Dengan langkah pelan ia dekati wanita itu. Tatapannya masih kosong. Padahal kini ia sudah duduk di depannya.
"Mayleen." Wanita itu diam saja saat ia panggil.
"Mayleen!" panggilnya sekali lagi dengan sedikit agak keras.
Gerakan tangan wanita itu berhenti. Pandangan matanya perlahan melihat Kaisar. Namun tetap saja, ekspresinya tak berubah.
"Kau sudah selesai. Kalau begitu makanlah ini." Mayleen mengisi mangkuk Kaisar dengan beberapa makanan.
"May-"
"Makanlah," potong Mayleen dengan cepat.
Kaisar memakan makanannya tanpa selera. Tak lama, ia menghentikan suapannya saat melihat wanita di hadapannya hanya terus menyesap teh sedari tadi.
"Kau tak makan?" tanya Kaisar.
"Aku tidak lapar." Kaisar menghembuskan napasnya dengan pelan. Ia menaruh sumpitnya di mangkuk.
"Maafkan aku." Mayleen menaikkan sebelah alisnya.
"Maafkan aku atas sikapku yang melukaimu semalam." Mayleen menatap datar Kaisar.
"Tidak perlu meminta maaf. Itu bukan salahmu."
"Tidak. Aku telah melakukan kesalahan terhadapmu. Aku tahu kau pasti tersakiti," ucap Kaisar sembari menatap Mayleen dengan pandangan bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Historical FictionRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...