Baru kali ini Rania merasa risih tinggal di kerajaan Xia. Pagi tadi paman Qiang telah mempekerjakan seorang dayang bernama Lin untuk mengurus segala keperluannya. Dia sejujurnya sangat berterimakasih pada paman Qiang yang sangat memperhatikannya. Setidaknya ia memiliki teman. Namun perlakuan yang diberikan oleh dayang tersebut terlalu berlebihan. Bahkan tadi ia hendak membantu Rania untuk mandi. Jelas saja Rania tolak mentah-mentah. Ia tidak mungkin dimandikan oleh orang lain. Ia bukan anak kecil lagi.
Akhirnya Lin hanya ditugaskan oleh Rania untuk menata rambut, merapikan kamar dan menyiapkan makanan saja. Masalah mandi, memakai baju dan memoles wajah, biarkan Rania yang melakukannya sendiri.
"Sudah berapa lama kamu kerja di sini, Lin?" tanya Rania pada Lin yang berdiri beberapa langkah di belakangnya.
"Hamba baru bekerja di istana sekitar 1 tahun yang lalu putri. Ibu hamba bekerja di sini sebagai kepala pelayan dapur," jawab Lin dengan menundukkan kepalanya. Rania membalikkan badan menghadap Lin.
"Berapa umurmu?" Lin semakin menundukkan kepalanya. Ia tidak berani menatap wajah junjungannya sedikitpun.
"16 tahun nona."
"Ternyata kita cuma terpaut 2 tahun." Rania menatap Lin yang terus menunduk dengan tersenyum.
"Jangan tundukkan kepalamu itu. Dan jangan merasa takut. Aku memang junjunganmu, tapi kita adalah teman." Rania memegang bahu kanan Lin. Lin yang mendengar itu pun mengangkat kepalanya.
"Mulai saat ini kita berteman ya." Lin tersenyum mendengar ucapan Rania. Baru kali ini ia bertemu seseorang seperti gadis di hadapannya yang sangat murah hati.
"Ayo tunjukkan semua sudut istana ini. Jelaskan juga ya fungsi sama pemiliknya." Rania menarik tangan kanan Lin dengan semangat.
***
"Itu adalah kediaman Selir Tsu. Ia adalah Selir pertama dari Yang Mulia Xia Jie. Dia Selir yang sangat suka pamer. Dimanapun ia berada pasti akan selalu membawa-bawa kedudukannya. Banyak yang tidak menyukainya." Lin menjelaskan dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat kesal. Rania mengulum senyum mendengar setiap keluh kesah Lin atas nama Selir Tsu.
"Kamu kayaknya benci banget sama dia," tebak Rania.
"Tentu putri. Selir Tsu pernah memarahiku dengan seenaknya. Pada saat itu ia menghilangkan gelang emasnya. Tapi dia justru memarahiku yang tidak bisa menemukan gelangnya itu." Lin memajukan bibirnya. Rania tertawa kecil mendengar kemalangan yang pernah Lin alami.
"Hahaha kasihan oh kasihan. Aduh kasihan ... nasib kamu lagi gak bagus banget." Rania menutup mulutnya dengan telapak tangan kanan.
"Ya udah kita jalan lagi. Nanti kalau dia atau dayangnya ada yang liat bisa-bisa kita dimakan sama Selir itu," ucap Rania setelah tawanya mereda.
Lin menjelaskan setiap tempat dengan baik. Mereka bahkan terlihat seperti sepasang teman lama ketimbang majikan dan bawahan.
"Kalau ini namanya danau teratai. Danau ini dibuat khusus oleh Yang Mulia Xia Jie untuk Permaisuri Xi. Ini adalah hadiah pernikahan." Rania terpaku mendengar penjelasan Lin.
'Abang Jie bikin danau ini buat permaisurinya? Aaa romantis banget sih bang. Gue juga mau dong. Mungkin nanti gue bisa request dibuatkan istana kayak Taj Mahal.' Rania tersenyum membayangkan istana megah layaknya Taj Mahal berdiri kokoh dan dipersembahkan khusus untuknya dari Xia Jie.
"Nona. Nona Mayleen." Rania terkesiap saat Lin melambaikan tangan beberapa kali di depan wajahnya. Buyar sudah bayangan istana megah yang ia impikan dibangun oleh Kaisar untuknya seorang.
"Apa kau baik-baik saja?"
"A-ah iya. Aku baik." Rania tersenyum tidak enak karena sempat larut dalam khayalan tingkat dewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until A Thousand More Years
Historical FictionRania Pandita Clark. Ia adalah gadis yang duduk di bangku kelas 12 SMA elite ternama di Jakarta. Ia memiliki banyak hal menarik dihidupnya. Hidup bebas, sering keluar malam, ke pub, uang melimpah, rumah mewah, mobil mewah, semuanya serba mewah. Hany...