Chapter 03

4.1K 183 0
                                    

~Perasaan ambigu~

Di dalam kamarnya Vistia sedang mendengarkan musik dengan earphone yang terpasang di telinganya. Tetapi tiba-tiba dering ponselnya berubah, ada pesan masuk.

"Ahh, siapa sih yang SMS, paling juga teroran dari operator."

Vistia mengabaikan pesan itu dan kembali menikmati lagu. Tetapi pesan itu kembali masuk.

"Ribet banget dah yang SMS gue!"

Akhirnya Vistia membuka pesan itu.

From: +6281254324516
Hey
Fast respon chat gw sekarang!

Nomor tidak dikenal? Siapa dia? Apakah teror malam hari? Atau..

Dahinya mengerut entah nomor siapa yang muncul dan mengiriminya SMS. Jari nya mulai menari diatas layar ponselnya membalas nomor tak dikenal itu.

To: +6281254324516
Siapa?

Vistia mematikan lagunya. Karena hari sudah malam menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit.

From: +6281254324516
Ga usah pura-pura amnesia bgitu.

Vistia berdehem, "Kayaknya gue kenal sama tutur katanya."

To: +6281254324516
Oh gw tau, pasti lo Makluk Jahanam yg tdi di kantin kan. Ngaku lo dpt nomer gw drimna

From: +6281254324516
Embel-embelnya gtu amat. Bagusan dikit napa

To: +6281254324516
Najis. Oh gw tau pasti ini lo lgi alibi buat ngedeketin gw kan? Ngaku lo.

From: +6281254324516
Gw ngakunya di telfon aja OK? Angkat.

Vistia terkejut bukan main, jantung nya sudah deg-degan sejak tadi akibat dia mengiranya itu adalah terror malam hari.

+6281254324516 calling...

Vistia menepuk jidat, "Mampus gue dia beneran telpon, angkat engga angkat engga angkat.. Engga.. Angkat.. Ihh angkat ajalah daripada berisik,"

Dia menggeser tombol hijau ke kanan dan ponselnya dia tempelkan di telinganya.

"Ngapain telpon-telpon"

"Emang gak boleh?"

"Udah deh gak usah bacot, jadi maksud lo telpon gue malem gini ngapain? Mau bales dendam soal tadi di kantin?"

Terdengar Rey mengeluarkan nada suara sinis di sebrang sana.

"Kalo iya kenapa, gak terima, mau lepas gitu aja dari gue setelah lo ngehina gue abis-abisan di depan sahabat lo!"

"Hmm waktu gue gak lama, cepetan bilang aja deh mau apa dari gue. Lagi mood berteman gue,"

"Baguslah. Oke kalau gitu lo harus ikutin satu permintaan gue."

Vistia tertawa mengece selepas Rey mengatakan kata 'satu'

"Cuma satu? Apa gak bisa diomongin besok pagi?"

"Gak usah banyak protes!"

"Hmm. Jadi lo mau apa cepet keburu gue tidur."

"Permintaan yang berupa syarat, syaratnya adalah lo harus jadi pacar pura-pura nya gue."

Mata Vistia melotot tajam, tangannya sudah keringat dingin, dan jantungnya. Ada apa dengan jantungnya?

"Gila ya lo! Gak gak gue gak terima persyaratan itu titik."

"Oke kalau lo gak mau gue bisa suruh bodyguard gue disini untuk ngelacak dan mengobrak-abrik rumah lo! Inget omongan gue gak pernah main-main."

"Kok lo mainnya pake bawa bodyguard sih!"

"Ya terserah lo nya sih mau gimana. Gue hitung sampai tiga."

"Satu.."

Duh gimana nih, masa gue terima sih cowok brengsek kayak dia

"Dua.."

Terima engga terima engga.. Aahhh gue bingung. Apa gue terima aja ya

"Tii.."

"Oke oke gue mau jadi pacar pura-pura. Puas!"

"Gitu dong daritadi. Yaudah selamat malam cantik. Oh ya jangan lupa save nomer gue."

Deg. Baru saja Rey mengatakan 'cantik' kepada dirinya.

"Iye bawel. Udah ye gue matiin BYE!"

Vistia mematikan ponselnya dan meringkuh di dalam selimut sambil menggigit bibir bawahnya.

"Kok gue jadi baper gini sih, geli!"

"Taulah tidur ngantuk,"

Zona Nyaman Seorang Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang