Chapter 23

2.3K 91 0
                                    

14,5 jam sudah, akhirnya pesawat tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Vistia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Kemudian Vistia kembali menatap di sekitarnya, ia sempat celingak celinguk ke segala arah mencari sosok Rey atau sahabatnya. Tapi nihil, tidak ada satupun yang menjemputnya di bandara.

"Lo semua pada lupa sama gue? Atau gue aja yang ngarep buat lo dateng" Keluh Vistia, memajukan bibir bawahnya. Mamah Vistia yang melihat anaknya murung itupun mulai bertanya

"Loh, kamu kenapa kok mukanya murung? Kita udah sampe Indo loh harusnya kamu seneng."

"Iya mah aku seneng kok, tapi bukan itu yang aku sedihin." Menatap mamahnya dengan tatapan penuh arti.

"Apa sayang"

"Masa Rey gak jemput aku kesini sih mah, terus, masa temen temen aku juga gak ada yang jemput aku kesini. Apa aku terlalu ngarep aja ya mah." Vistia mendongakkan kepalanya ke atas menahan air matanya agar tidak jatuh.

Mamah Vistia mengelus punggung nya, "Mungkin mereka sibuk nak, udahlah kenapa murung sih senyum dong!"

Vistia pun menarik ujung sudut bibirnya yang sehingga terbentuk cetakan senyuman. Tetapi hanya senyuman palsu.

"Yaudah yuk kita naik taksi, tuh udah sampe" Tunjuk papah Vistia ke arah mobil taksi.

Vistia dan mamahnya pun mengangguk dan melangkahkan kakinya keluar dari bandara, Vistia menyeret kopernya, setelah sampai di dekat taksi, mamah dan papah Vistia pun sudah masuk tetapi tidak dengan Vistia.

"Loh nak, ayo masuk, kamu ngapain disitu" Ucap papahnya

"I--iya pah" Saat hendak masuk, Vistia mendengar ada suara teriakan dari arah belakang.

"VISTIA" Vistia pun berhenti dan menengok ke belakang, di dapatinya itu adalah ketiga sahabatnya. Lalu mereka berlari menghampiri Vistia dan memeluknya erat

"Gue kangen banget sama lo!"

"Gue juga!"

"Gue apalagi Vis!"

Ucap ketiga sahabatnya, kemudian mereka melepaskan pelukannya.

"Gue kira kalian gak bakalan dateng buat jemput gue kesini"

"Ya mana mungkin sih kita gak dateng. Sorry ya kita telat"

"No problem, girl"

Vistia dan sahabatnya menatap kedua orang tua Vistia yang sedang tersenyum ke arah mereka. Mereka pun masuk dan menyalami tangan orang tua Vistia

"Eh om, tante. Hai" Sapa ketiganya

"Hai juga" Ucap mamah dan papah Vistia

"Om tante, Vistia boleh gak kalo ikut sama kita aja? Soalnya ada hal yang perlu kita kasih tau ke Vistia" Vistia menatap ketiga sahabatnya dan mengerutkan keningnya. Heran.

"Loh, kalian mau kasih tau apa?"

"Udah lo ikut kita aja, nanti kita jelasin" Bisik Candra di telinga Vistia. Vistia pun mengangguk.

Zona Nyaman Seorang Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang