Chapter 44

1.3K 57 0
                                    

Rey mengendarai mobilnya hendak membeli sesuatu di suatu tempat. Kacamata hitam sudah menangkring manis di matanya. Iringan musik pop yang cukup keras membuat Rey semakin menikmati lagu itu. Dia mengganguk-angukan dan menggelengkan kepalanya, jarinya dia ketukan juga pada stir mobil, dan kakinya yang dihentakan Secara bergantian.

Lampu lalu lintas berwarna merah, tanda berhenti. Dia menunggu sambil membuka ponselnya, tidak, bukan untuk chatting dengan Vistia, tetapi membuka aplikasi instagram di ponselnya. Setelah dia bosan, dia keluar dari instagram dan beralih membuka line.

Drrtt
Line!

AdindaMala: hai Rey!

Rey berdecak malas mendapat pesan line dari Dinda yang selalu mengganggunya. Kemudian dia memilih untuk mengembalikan ke menu utama dan mematikan ponselnya. Suara klakson dari mobil maupun kendaraan lain berbunyi tanda lampu hijau, jalan.

Rey langsung tancap gas dan dengan segera dia mempercepat kecepatan mobilnya untuk datang ke tempat itu.

Hingga sampailah dia di tempat itu. Dia sampai di sebuah toko bunga terbaik di Jakarta, seperti yang orang-orang katakan. Tidak perlu banyak waktu dia langsung keluar dan melepas kacamata hitamnya dan masuk ke dalam toko bunga itu.

Baru sampai di depan saja bunga-bunga yang indah nan harum sudah menyambutnya. Kemudian datanglah satu wanita yakni pegawai toko bunga tersebut.

"Permisi mas, ada yang bisa saya bantu?"

Rey menjelajah bunga-bunga yang indah itu dengan matanya. Namun bunga yang dia cari tidak ada disini. Dia bertanya kepada pegawai wanita yang tadi bertanya padanya.

"Emm, saya mau bunga Dandelion nya satu Mba. Ada gak ya?"

"Oh bunga Dandelion, ada mas mari saya tunjukkan di dalam." Pegawai wanita itu mengajaknya untuk masuk ke dalam. Rey hanya menurut saja.

Setelah dia sampai di dalam toko itu, bola matanya kembali menjelajah melihat-lihat sisi dalam toko. Kemudian pegawai wanita itu berjalan mengarah ke bunga Dandelion yang sangat cantik. Letaknya di bagian belakang.

"Ini mas bunga nya, bisa dipilih-pilih terlebih dahulu"

Tangan Rey terulur ke depan untuk memegang dan menciumi bunga Dandelion itu. Sampai pada akhirnya tatapannya jatuh ke arah bunga Dandelion berwarna biru dengan banyak bunga yang terikat banyak dan diberi plastik bunga.

"Saya pesan yang itu saja, mba" Rey menunjuk bunga Dandelion biru tadi. Kemudian pegawai wanita tersebut mengangguk dan mengambilnya.

"Silahkan" Pegawai tersebut memberi sebucket bunga Dandelion kepada Rey. Dia pun menerimanya.

"Jadi berapa mba?"

"Dua ratus lima puluh ribu, mas"

Kemudian dia mengambil dua lembar berwarna merah dan satu lembar berwarna biru dari dompetnya. Kemudian diserahkan kepada pegawai itu.

"Terimakasih, selamat datang kembali" Ucap pegawai wanita itu dengan sangat ramah.

Rey hanya tersenyum tipis dan keluar dengan sebucket bunga di tangannya. Dia segera menuju ke mobilnya untuk memberikannya kepada Vistia. Setelah dia sudah duduk di kursi supir, dia meletakkan bucket bunga itu di kursi penumpang yang berada di sebelahnya. Dia tersenyum sambil memandang bunga itu.

"Pasti kamu akan suka sama bunga Dandelion ini" Ucapnya.

Kemudian dia langsung menyalakan mesinnya untuk pergi ke rumah Vistia memberikan kejutan berupa sebucket bunga Dandelion.

●●●●

Vistia sedang santai di rumahnya dengan pakaian santai nya pula. Dia berada di sofa tamu dengan earphone yang menempel di telinganya, dan juga volume suara yang cukup keras. Karena mendengarkan musik adalah hobinya, dan baginya musik itu penenang disaat dirinya sedang frustasi.

Zona Nyaman Seorang Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang