Chapter 61

852 57 25
                                    

"Ada yang beda darimu, tetapi aku tidak mengerti apa itu."

"Vis, tangkep bolanya!"

"Oper-oper ke gue woeee!"

"Lempar kesini!"

Teriakan demi teriakan saling sahut menyahut. Pasalnya hari ini kelas Vistia melakukan pertandingan basket dengan kelas XI Mipa 5. Kelas Vistia sudah berhasil memasukkan bola ke ring sebanyak tiga kali, sementara kelas lawan baru satu kali.

Walau panas terik matahari, ditambah suara menggelegar dari penonton yang mendukung masing-masing temannya, dan keringat yang sudah banyak membasahi tubuh namun itu bukan alasan untuk kelas Vistia berhenti dan menyerah.

Mereka tetap bermain dan menikmatinya. Saat ini bola sedang berada di tangan Vistia, ia men- dribble dengan sangat bagus. Strategic demi strategi ia keluarkan demi untuk mengecoh sang lawan.

Bola berhasil dioper ke temannya, dan temannya itu berhasil memasukkan bola tersebut lagi dan lagi. Pluit ditiup tanda permainan selesai karena waktunya pun sudah habis. Semua pendukung tim kelas Vistia bersorak ramai.

Tetapi ada yang aneh, selama di pertandingan tadi, Rey tidak ada di lapangan ini. Berkali-kali Vistia mencari tetap tidak ada. Dimana manusia itu sekarang? Mengapa ia tidak ikut menonton pertandingan kekasihnya?

Setelah semua dibubarkan, Vistia menepi ke pinggir lapangan. Duduk sambil meluruskan kakinya dan mengipaskan wajahnya dengan tangan.

"Nih." Tiba-tiba ada sebuah air minum dingin yang menempel di pipinya, sangat segar.

Vistia melihat siapa yang telah memberikannya air minum tersebut. "Rey? Kamu darimana aja?"tanya Vistia sembari berdiri di samping Rey.

"Maaf tadi ada urusan yang nggak bisa aku tinggal."

"Kamu dihukum?" Mengambil air minum yang diberikan oleh Rey.

Rey menggeleng.

"Woi Rey, cewek itu kambuh lagi di UKS katanya mau lo aja yang nemenin."

Salah satu seorang siswa berteriak dari arah jauh, refleks membuat Rey dan Vistia menengok.

Bagi Rey itu tidak perlu dimasalahkan, karena dulu memang banyak kejadian seperti ini dan yang tidak bisa dipikir lagi Rey dengan mudah menurutinya. Tapi lain hal dengan Vistia, ia bingung dengan kejadian apa yang sedang terjadi. Cewek? Di UKS? Meminta Rey--kekasihnya itu untuk menemaninya?

Apa maksud semua ini?

Kemudian siswa tersebut langsung menghilangkan diri dari tempat tadi.

"Rey, maksudnya dia tadi apa?"

"Aku harus pergi, Vis."

"Tunggu." Vistia mencekal pergelangan tangan Rey. "Siapa cewek itu? Dan buat apa kamu turutin kemauan cewek itu, Rey? Kamu ada hubungan sama dia?"

Diserbu berbagai pertanyaan memang rasanya bingung, terlebih yang menyerbu adalah kekasih sendiri. Sudah seperti polisi yang sedang menginterogasi tersangka.

"Aku pergi dulu." Rey melepaskan cekalan tangan Vistia dari tangannya. Berjalan santai menuju UKS.

"Apa cewek itu terlalu penting buat kamu sampai-sampai di pertandingan tadi kamu nggak ada di lapangan buat nonton aku?"

Zona Nyaman Seorang Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang