Chapter 14

2.9K 108 0
                                    

Vistia berjalan menahan malu karena ulah Rey tadi, ia tak henti hentinya memegangi pipinya yang sedari tadi seperti kepiting rebus.

Sebelum kembali ke kelas, ia menuju ke toilet terlebih dahulu karena jika ia kembali ke kelas dengan keadaan pipi memerah pasti akan kena bullyan dari teman atau sahabat nya.

Sekarang ia berdiri tepat di hadapan kaca yang tidak begitu besar.

"Aduh kenapa sih jadi kayak kepiting rebus gini. Kenapa. Rey juga sih pake segala buat pipi gue merah, itu kan salah satu kelemahan gue di depan dia ck." sambil menepuk nepuk pipinya.

Ia membuang nafasnya kasar. Ketika pipi nya sudah tidak lagi memerah, ia berbalik badan untuk menuju ke kelas. Tetapi saat kakinya ingin melangkah, ia ditahan oleh Dinda dkk.

Dinda mendorong bahu Vistia sampai terbentur tembok keras dan menguncinya dengan kedua tangan.

"Ih lo apa apaan sih! Lepasin gue!" berusaha memberontak.

"Diem lo! Sekarang udah gak ada lagi tameng buat ngelindungin lo." Dinda tersenyum licik "Tanpa terkecuali Rey. Mantan lo itu!" sambil mendorong bahu kiri Vistia hingga terjatuh ke lantai.

Vistia tidak membalas, ketika ia berusaha untuk berdiri, Dinda sudah lebih dulu menginjak tangan milik Vistia yang membuat ia meringis sangat sangat kesakitan.

"Awh sa--sakit Din le--lepas--sin gue." ucapnya terbata bata. Tak menyadari vistia merintikkan air matanya.

"Uuh.. sakit? Sakit ya kasian." bukannya menyingkirkan kakinya, Dinda justru menambah kesakitan pada tangan Vistia dengan menginjak injak tangannya.

Dinda melipat kedua tangannya di depan dada "Itu balesan buat lo yang udah ngerebut Rey dari gue. Dan ini balesan buat lo yang udah kecentilan sama Rey! Dasar pelacur!" Dinda menekankan dengan nada tinggi.

Kini tak hanya Dinda, Melly dan Neva ikut membantu Dinda untuk menginjak tangannya. Vistia hanya bisa berdoa semoga ada yang membantunya. Ia menangis, bukan hanya fisiknya tapi juga hatinya karena telah dihina oleh Dinda.

Hingga saat Dinda sudah merasa puas, dia menyingkirkan kakinya dari tangan Vistia.

"Cabut guys!" perintah Dinda. Kemudian Melly dan Neva juga menyingkirkan kakinya dan mengikuti gerak jalan bosnya itu.

"Hiks ap--apa sih sa--salah gue hiks." Vistia menangis sambil memegangi tangan kanan nya yang diinjak oleh dinda dkk.

Kemudian Meyva, salah satu anak X MIPA 2 melihat Vistia sedang duduk menangis dengan kepala di letakkan diatas lutut sambil menekuk lutunya.

"Vistia? Lo kenapa? Sini biar gue bantu ke uks." Meyva membantu Vistia untuk berdiri dan mengangkat tangan kanan Vistia diatas bahunya. Ia sedikit meringis karena tak sengaja Meyva memegang tangannya.

"Makasih mey."

Sesampainya di uks Meyva membaringkan tubuh Vistia di atas ranjang tempat tidur.

"Gue ambilin teh hangat sama betadine dulu, kayaknya tangan lo itu terluka." Vistia mengangguk.

Saat Meyva sudah kembali membawakan teh hangat dan betadine di tangannya, kemudian ia menaruh teh hangat dan membuka betadine untuk mengobati luka Vistia.

"Awh sakit mey." lirih Vistia kesakitan

"Oh maaf maaf, ini gue pelan kok tenang yah." Meyva kembali melanjutkan. Setelah semua selesai dibersihkan, Meyva menutupi luka Vistia dengan handsaplast. Dan Meyva mengambilkan teh hangat untuk Vistia. Ia segera meminumnya.

"Lo tiduran aja disini, gue keluar dulu yah nanti gue kabarin sahabat sahabat lo." tersenyum pada Vistia dan membalikkan badannya. Saat hendak keluar pergelangan tangan Meyva ditahan oleh Vistia

Zona Nyaman Seorang Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang