Chapter 39

1.5K 53 0
                                    

Siang ini rencananya setelah menyelesaikan ulangan Vistia ingin menjenguk orang tuanya yang berada di rumah sakit karena tadi malam ia tidak diperbolehkan untuk menjenguk karena tidak mendapat ijin dari sahabatnya. Bukan maksud mereka untuk melarang, akan tetapi kondisi malam yang sudah terlalu larut. Tidak baik untuk seorang cewek keluar dari rumah.

Vistia menggendong tas nya setelah bel sudah berbunyi, dia bergegas keluar dari ruang kelas. Sahabatnya mengikuti dari belakang mencoba menyamakan langkah kaki Vistia.

"Vis tungguin kita dong!" ujar Bella yang ngos ngosan namun tetap berlari. Begitu juga dengan Candra dan Cassandra.

Vistia tidak menggubris, yang saat ini dia pikirkan hanya menjenguk kedua orang tuanya dan memastikan keadaan mereka apakah mereka baik baik saja atau justru sebaliknya.

Vistia sudah berhenti di depan gerbang dan memberhentikan tukang ojek. Dan ojek itu langsung tancap gas saat Vistia menepuk bahu tukang ojek itu. Sahabat sahabatnya berhenti sambil berdecak sebal.

"Bel-bel.. Ambil mobil lo buru kita kejar Vistia!" ucap Cassandra dengan wajah paniknya.

"Kita gak bisa biarin Vistia ke rumah sakit sendirian. Kita juga harus pastiin." timpal Candra

Bella mengangguk, "Ya ya. Eih, tapi gimana ijinnya sama guru?" tanyanya sambil melirik ke sahabatnya.

"Udah gampang, penting lo ambil mobil lo dulu. Keburu satpamnya balik nih berabe kita," kata Candra

Tidak butuh waktu lama, Bella segera berlari ke tempat parkiran biasa yang dia singgahkan mobilnya disana.

••••

"Pak, bisa lebih cepat lagi nggak saya buru buru nih," ucap Vistia yang tak henti hentinya sedari tadi khawatir.

"Ini udah maksimal neng, saya juga nggak mau bawa penumpang saya buat kebut kebutan."

"Hah, apa pak? Saya nggak denger." ucapnya membuka kaca helm ke atas dan mendorong tubuhnya sedikit ke depan

Perkataan tukang ojek itu tidak begitu terdengar jelas karena terkena angin dan suara deru motor maupun mobil.

"Saya-nggak mau-bawa penumpang-kebut kebutan." ulang tukang ojek itu secara jelas. Kali ini Vistia dapat mendengarnya dan hanya menghembuskan nafasnya pasrah dan menggigit bibir dalam bawahnya.

Gimana keadaan mama sama papa sekarang. Ya Tuhan semoga mereka baik baik aja. Aku gamau mereka kenapa kenapa.

"Aduhh!!" Teriak Vistia spontan akibat terlalu khawatir dengan keadaan orang tuanya

Bertepatan selesainya ia berdoa, motor mengerem secara mendadak. Untung saja dada bidang Vistia tidak sampai membentur punggung tukang ojeknya. Bisa bisa rezeki buat tukang ojek itu.

"Pak kenapa ngerem mendadak sih?"

"M-Maaf neng tadi ada kucing lewat jadi sedikit oleng dan saya rem mendadak."

"Lain kali hati hati pak, untung daerah ini sepi jarang dilewati kendaraan lain."

"Iya neng maaf,"

Lalu tukang ojek itu kembali melajukan motornya dan Vistia tidak membalas perkataan tukang ojek itu karena masih kesalal

Akhirnya Vistia sampai juga di depan rumah sakit. Tak lupa ia memberikan uang dua puluh dan melepas helm sebelum beranjak pergi dari tempat. Vistia menyusuri koridor rumah sakit mencari cari kamar dimana orang tuanya sedang dirawat.

Zona Nyaman Seorang Badboy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang