Sarapan pagi ini terasa hambar. Vistia hanya terus-menerus merenung dengan tatapan kosong karena tidak ada satupun kabar atau kiriman pesan dari Rey. Terakhir mereka bersama waktu keduanya sedang merayakan Anniversary mereka untuk satu tahun.
Apakah laki-laki itu terlalu asyik dengan urusan nya itu sehingga sampai melupakan dirinya? Apakah laki-laki itu kini sedang bangun tidur dan bergegas mengambil ponsel untuk segera mengabari atau malah tidak ada niatan sama sekali untuk itu? Sungguh, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Suara sendok dan garpu berbunyi secara bersamaan, Vistia melepaskan begitu saja sendok dan garpu yang tadinya dia pegang. Mood nya sudah benar-benar hancur berantakan hanya karena satu orang, Rey.
Bibi yang duduk berada di hadapannya hanya menggelengkan kepala kecil, lantas tersenyum.
"Non, galau boleh, tapi jangan sampai Non nggak makan. Nanti kalo Non sakit, bagaimana?" tegur Bibi kepada Vistia yang kini menyenderkan punggungnya di kursi
"Bi, Bibi pernah nggak sewaktu pacaran pacar Bibi nggak kasih kabar ke Bibi?" tanya Vistia alibi untuk mengalihkan topik, Bibi yang mendengar hal itu langsung terkekeh kecil
"Walah, yo pernah to, Non. Bibi ini kan juga pernah muda, jangan salah," ucap Bibi dengan logat jawa nya.
"Dulu itu ya, Non, belum secanggih sekarang. Sekarang mah enak atuh udah ada telepon seluler, kalo dulu masih kirim surat, dulu juga kalo kemana-mana paling pakai sepeda atau motor bebek ndak mobil seport apa itu sama motor besar itu."
Setelah selesai berbicara Bibi membuka mulutnya untuk menerima suapan makanan yang terakhir. Di samping itu Vistia terus tertawa kecil mendengar cerita dari pembantu nya itu.
Vistia mulai menyuapi sendok berisi nasi goreng ke dalam mulutnya. Sementara Bibi sudah lebih dulu selesai makan, kini Bibi mulai beranjak bangkit dari duduk nya dengan membawa piring kotor dan gelas di tangan nya menuju ke dapur. Vistia masih menikmati makan nya itu, kali ini adalah suapan sendok yang terakhir.
●●●●
Malam minggu bersantai ria di halaman belakang rumah, ditemani angin yang berembus secara damai seperti membelai kulit. Ditemani juga dengan secangkir teh dan sebuah novel kesukaan. Benar-benar cocok untuk membangkitkan mood seseorang yang sedang gegana untuk menunggu kabar dari kekasih mereka.
Namun berbeda hal nya dengan Vistia, dia memilih bersantai di halaman belakang rumah dengan tatapan fokus menuju layar laptop. Ya, selain gemar membaca novel dia juga suka menonton video menarik dari YouTube. Apapun itu yang bisa membuat Vistia tertarik, maka dia akan membuka dan menontonnya. Tidak peduli dengan sisa kuota yang tidak lagi mencapai 1GB.
Setengah jam sudah dia puas menonton video, akhirnya memilih kembali ke halaman utama dan mengganti mengklik Microsoft Word. Selain bisa untuk membuat cerita untuk para Author, di sana juga bisa dijadikan Vistia sebagai lapak curahan hati nya yang sedang kelabu di malam minggu ini.
Jarinya bergerak lincah menekan keyboard huruf satu ke huruf lainnya. Dengan segala kekesalan yang mengumpul di dalam hatinya, dia tumpahkan semua ke dalam tulisan itu. Jam menunjukkan pukul 20:45, dia menghentikan gerakan jarinya itu dan beralih menatap ponselnya. Tidak ada suara, getaran, atau kedip-kedip dari layar ponselnya, tanda tidak ada pesan masuk.
Vistia menghembuskan napasnya perlahan. "Sabar, Vis, mungkin sibuk nya kesibukan buat dia," ucap Vistia menguatkan dirinya sendiri agar tidak kembali bersedih.
Tatapannya langsung dia alihkan kembali menuju layar laptop, hanya butuh waktu lima menit lagi untuk menyelesaikan tulisannya. Setelah itu dia menutup laptopnya dan pandangannya tertuju ke atas, langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Nyaman Seorang Badboy [END]
Teen FictionRey, seorang Most Wanted Boy yang sering dijadikan bahan pembicaraan oleh siswa siswi disekolahnya karena sikap yang menunjukkan seorang badboy. Akhir akhir ini dia sedang sibuk untuk mencari kekasih dan mencari tambatan hati yang nyaman. Dia berkel...