"Itu tadi bener pacar lo?" tanya Jessica kembali saat mereka sudah berada di dalam mobil. Rey melirik sekilas lalu berdehem.
"Ya ampun Rey, selera lo kok jadi turun gini sih setelah gak sama gue," ucap Jessica seperti melecehkan. Rey masih diam mendengarkan celotehan Jessica.
"Mending gue kemana-mana, lah, Rey." Tangannya bergerak memegang bahu kiri Rey. "Gue cantik, kulit gue lebih putih dan glowing, body gue? Jelas goals-an gue lah ketimbang si Vistia itu."
Tanpa memfilter terlebih dahulu, Jessica membandingkan antara dirinya dengan Vistia. Rey semakin muak, namun kekesalannya dia lampiaskan ke stir mobil. Dia menggenggam dengan kuat stir mobil seperti ingin mencabutnya dari tempat asal.
Jessica memandang Rey secara intens. Salah satu ujung sudut bibirnya terangkat. Dia menjauhkan tangannya dari bahu Rey.
"Oh iya Rey, selama gue berada di Amrik lo gimana disini? Stress? Depresi? Atau mendadak amnesia karena gue lebih memilih laki-laki di Amrik sana daripada lo?"
Bukan, yang diucapkan Jessica barusan bukan hanya pertanyaan, tetapi lebih menjurus ke pelecehan.
Rahang Rey mengeras, terdengar suara gertakan gigi. Kali ini benar-benar sudah hilang sabarnya. Kalau saja Jessica bukanlah perempuan, mungkin sudah bonyok di tangannya.
"Gue? Disini gimana? Lo tanya keadaan gue gimana?" Rey kembali mempertanyakan apa yang tadi Jessica tanyakan kepada dirinya.
"Iya. Apa lo udah move on dari gue atau malah lo gagal mov--"
"Gue bahagia. Sangat sangat sangat bahagia." Potong Rey kemudian tersenyum licik. "Lo mau tau kan jawaban gue? Iya itu tadi yang gue bilang."
Jessica mengernyitkan dahi, mencari kebohongan di mata Rey. Namun nihil, dia tidak menemukan kebohongan apapun. Itu tandanya selama ini dia...
"Are you Really, Rey?"
"Ya, kenapa tidak. Dan status lo sekarang adalah mantan gue. Jadi jangan pernah lo bandingin diri lo yang gak seberapa itu sama Vistia. Karena lo gak ada apa-apanya dibanding dia!"
Hati Jessica sudah panas. Apakah dia cemburu? Ya, tentu saja dia cemburu. Karena selama ini dia telah berbohong. Dia berbohong kalau dia pergi ke Amrik hanya karena memilih laki-laki disana, pada kenyataannya tidak begitu. Dia pergi ke Amrik karena dia harus belajar disana.
Flashback on
"Lo mau kemana, Jessica? Lo tega ninggalin gue yang lagi terbaring lemah disini?"
"Sorry Rey, gue harus pergi. Gue gak mungkin disini hanya untuk menghabiskan waktu mengurusmu yang tidak ada dayanya ini."
Hati Rey hancur seketika saat Jessica mengatakan hal itu. Ada serangan kilat yang menyambar hatinya.
"Jadi, lo udah bosen sama gue hanya karena gue terbaring lemah di ranjang ini?"
Jessica mengangguk. Sebenarnya dia ingin menangis tetapi dia menahan agar bulir airmata nya tidak jatuh dari tempat persembunyiannya.
"Akan gue buktiin kalo gue gak se-lemah yang lo bilang."
Rey mulai mencopoti satu persatu selang yang menempel di tubuhnya. Kemudian memposisikan dirinya untuk duduk sebagai ancang-ancang untuk berdiri. Sebenarnya Jessica ingin mengulurkan tangannya untuk membantu Rey, tetapi hatinya menolak keras untuk itu. Dia hanya bisa memandang nanar perlakuan Rey tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Nyaman Seorang Badboy [END]
Teen FictionRey, seorang Most Wanted Boy yang sering dijadikan bahan pembicaraan oleh siswa siswi disekolahnya karena sikap yang menunjukkan seorang badboy. Akhir akhir ini dia sedang sibuk untuk mencari kekasih dan mencari tambatan hati yang nyaman. Dia berkel...