Nafasnya semakin tidak beraturan, naik turun naik turun. Kakinya pun mulai lemas dan keringatnya mulai bercucuran. Vistia memilih untuk berlari dari halte untuk sampai ke tempat dimana Arka sudah mengirimkan alamatnya. Dia memilih untuk berlari karena hari ini Ibukota sangat macet. Dan dia tidak butuh waktu selama itu hanya untuk menunggu kendaraan mulai jalan. Akhirnya dia memutuskan untuk berlari saja, semua dia lakukan karena dia sangat amat khawatir dengan Rey.
Dengan napas yang masih ngos-ngosan, dia berhenti sejenak. Menatap bangunan-bangunan tua yang ada di sekitarnya. Begitu banyak bangunan tua. Tapi--
"Eh, bukannya ini bangunan tua yang dikasih tau sama Arka itu, ya?" Dia bertanya pada dirinya sendiri sambil menyelidik.
"Oh iya bener ini bangunan tua nya. Tapi, yang mana satu yang terdapat Rey di dalamnya"
Matanya menjelajah satu per satu bangunan tua itu. Dia tidak bisa menebak mana bangunan yang akan dia masuki. Sampai akhirnya dia menggunakan firasatnya untuk masuk ke dalam bangunan tua nomor 3 yang letaknya bersebelahan dengan bangunan yang sudah runtuh.
Vistia mulai gelisah, dia menggigit bibir bawahnya. Perasaannya mulai tidak enak saat kakinya mulai masuk ke bangunan itu. Tapi dengan cepat dia singkirkan, yang dia pikirkan saat ini adalah Rey, keselamatannya. Tetapi tiba-tiba Vistia menghentikan langkahnya, dia berpikir sesuatu kemudian mengambil ponselnya.
"Pak polisi, tolong saya, tolong datang ke tempat ini. Alamatnya *tiiiiiit* . Terima kasih banyak, pak"
Kemudian dia menghela nafas mendengar jawaban dari polisi itu. Dan keraguannya mulai berkurang, dan dia akan tetap memasuki bangunan tua itu dimana firasatnya juga berkata jika Rey ada di dalam sana.
Langkahnya terus berjalan mengikuti keinginan dirinya. Hingga tibalah dia di bagian luar bangunan itu. Banyak kayu yang patah, sedikit tumbuhan liar tapi sangat membuat setiap orang yang masuk ke bangunan ini merasa terganggu, banyak tulisan-tulisan yang tidak srek untuk dipandang, dan banyak hewan yang mulai keluar menambah aura mistis. Vistia menelan salivanya susah payah. Mau tidak mau dia harus sampai ke dalam.
Setelah sampai di dalam, dia tidak menemukan siapa-siapa disini. Tidak ada juga tanda-tanda yang aneh. Semua nampak biasa saja hanya bangunannya saja yang sunyi. Bola mata Vistia menyapu isi bangunan tua itu.
"Rey! Lo dimana.." Teriaknya, namun nihil tidak ada balasan apapun. Masih sunyi.
Tiba-tiba dari arah belakang muncul sosok laki-laki bertubuh tinggi. Laki-laki itu tidak bergerak sedikitpun, menitik fokuskan matanya untuk melihat perempuan di depannya. Vistia memegangi lehernya, merinding, itu yang saat ini dia rasakan.
Merasa ada yang aneh di belakangnya, dia pun menoleh perlahan. Dan dia meminta semoga bukan hantu atau makhluk halus lainnya. Dia menoleh sedikit ragu.
Matanya terbelalak dan seringaian senyum kecil terukir di bibirnya.
"Arka!" Dia berlari kecil menghampiri Arka
"Arka, dimana--dimana Rey sekarang? Keadaannya sekarang gimana? Gue khawatir banget, Arka"
Bukannya menjawab, Arka justru tertawa. Vistia mengerutkan keningnya, lagi-lagi dia merasa aneh. Perasaannya mulai curiga dan hatinya malah berkata jika Arka lah dalang dibalik semua ini. Tapi dengan cepat dia mengubur dalam-dalam prasangka buruknya itu terhadap Arka.
"Arka! Gue serius kenapa lo ketawa sih?!"
Arka berjalan melangkah maju mendekati Vistia, membuat dia sontak juga berjalan mundur. Jantungnya berdegup sangat kencang. Apalagi disini tidak ada orang selain dirinya dan Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Nyaman Seorang Badboy [END]
Teen FictionRey, seorang Most Wanted Boy yang sering dijadikan bahan pembicaraan oleh siswa siswi disekolahnya karena sikap yang menunjukkan seorang badboy. Akhir akhir ini dia sedang sibuk untuk mencari kekasih dan mencari tambatan hati yang nyaman. Dia berkel...