MEETING dengan si chef baru sedang berlangsung dan sejauh ini, Ajeea menangkap kalau Allen adalah lelaki yang sigap.
"Saya suka dengan konsep anda. Menu baru yang di tawarkan juga menarik dan tidak melenceng dari konsep utama makanan di hotel ini. Tapi saya rasa, saya perlu menganalisa lagi apakah makanan yang anda berikan sesuai dengan keinginan pelanggan." Ucap Ajeea setelah mendengarkan penjelasan dari Allen.
Sejenak Allen menatap wanita cantik di hadapannya ini. Entah mengapa, ia merasa di balik sikap profesional yang ia tunjukkan, wanita ini memiliki sifat keras kepala.
Ia juga tidak tersinggung dengan penuturan Ajeea yang jelas-jelas meragukan kemampuannya dalam bidang memasak. Entah pesona apa yang wanita ini tunjukkan.
Untuk pertama kalinya, Allen setuju Dengan definisi cantik menurut Reno. Sepertinya keluarga Darmandira memang memiliki standar yang tinggi soal kecantikan.
"Saya akan memberikan yang terbaik untuk rasa yang saya sajikan." Jawab Allen dengan senyuman.
"Baiklah kalau begitu. Semoga konsepnya berhasil." Ucap Ajeea lalu keluar dari ruang rapat, diikuti oleh Risa.
Tepat saat ia melangkahkan kakinya ke luar, ponselnya berbunyi dan nama Reno tertera di layar ponselnya.
"Ya?" Sapa Ajeea.
"Bisa ke rooftop sebentar, Jea?" Tanya Reno dari seberang sana.
"Ok gue juga baru selesai meeting sama Allen. Tunggu ya." Jawab Ajeea.
Ia tahu sekarang Reno pasti tengah bergalau ria dan ia takkan membiarkan lelaki itu sendirian di atas gedung. Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi jika seseorang yang sedang kacau sendirian di atas ketinggian bukan?
"Risa, saya ada kerjaan sebentar. Saya gak ada apa-apa lagi kan setelah ini?"
"Enggak ada Bu." Jawab Risa.
Ia mengangguk dan meninggalkan Risa untuk menuju ke atap gedung.
***"Lo kenapa?" Tanya Ajeea ketika ia sampai di atap gedung dan menemukan Reno yang tengah berdiri memandangi langit yang luas.
Ajeea mensejajarkan dirinya dengan Reno, menatap wajah temannya itu yang tengah menerawang jauh.
"Ren, are you okay?" Tanyanya.
"Not fine. Really not fine." Jawab Reno.
Ajeea menghembuskan napas. "Ferri?"
"Siapa lagi? Jea, gue ngerasa sakit. Kenapa dia gak pernah melihat keseriusan gue? maybe this feeling doesn't matter for her but at least, she can see my sincerity and learn to love me from there" tutur Reno.
Ajeea tahu seberapa besar pengorbanan dan ketulusan Reno untuk mendapatkan perhatian dari Ferri namun ternyata Ferri sama sekali tidak memberi tanggapan akan perasaannya.
Ajeea juga bingung. Mungkin Ferri merasakan hal yang sama seperti dirinya yang tidak tahu bagaimana cara menentukan pilihan tentang pasangan hidup.
Ada banyak sekali contoh di dunia ini dan ia bingung, dari mana seseorang yakin bahwa orang yang ia sayangi adalah jodohnya? Padahal banyak sekali contoh kegagalan dalam rumah tangga yang berujung perceraian.
"Mungkin usaha lo belum maksimal."
Reno memejamkan matanya, "gue harus gimana lagi? Seberapa besar definisi maksimal itu? Kalau maksimal itu adalah titik terjauh yang pernah kita lakukan, berarti usaha gue untuk Ferri udah triple maksimal, jea."
"Gini deh. Ren, intinya Lo jangan nyerah. Kalau Ferri ternyata belum peka sama perasaan yang mau Lo tunjukkin dari apa yang lo lakuin, try to say it clearly. Lagian kenapa sih kalian para cowok suka banget ngekode? Kita kan jadi bingung, apa kalian serius atau main-main aja."
"Ren I think, gak semua cewek punya tingkat kepekaan dan rasa percaya diri yang tinggi. Ada cewek yang peka tapi gak percaya diri dengan bilang 'mana mungkin dia suka ke gue yang gini.' atau ada juga cewek yang emnag beneran gak peka. Mungkin effort Lo selama ini juga kurang, kan." Lanjut Ajeea berusaha meluruskan perkataannya karena ia yakin, di posisi seperti Reno, otak manusia lima kali akan berjalan lebih lamban.
"Lo bener, gue masih punya jalan lain. Lo pinter banget. Makasih ya. Gue gak akan nyerah sampai dapetin Ferri. Jea, umur gue udah tambah tua dan gue gak mau membuang-buang waktu lagi." Jawab Reno dengan nadanya yang seperti biasa mambuat Ajeea mengembangkan senyumnya.
Semoga Reno berhasil. Batinnya.
***
Allen sedang duduk di ruangannya saat ia menerima telepon dari Roland Suryandri, kakeknya.Ia mengerutkan dahinya sambil bertanya dalam hati. Ada apa kakeknya yang amat sibuk itu meneleponnya?
"Ya kek?" Sapa Allen.
"Allen bisa ke ruangan kakek sekarang? Ada yang perlu kakek bicarakan." Ucap kakeknya dari ujung sana.
"Ini sudah jam Lima, kek. Allen harus persiapan untuk dinner." Jawab Allen sambil melihat jam di tangannya.
"Allen, You have cooking partners who are very reliable. Kamu bisa mempercayakan mereka untuk semua itu. Lagipula kakek hanya meminta Limabelas menit waktumu yang sedikit itu." Ucap kakeknya dari seberang sana di iringi tawa.
"I learned to always be busy like you, grandpa." Jawab Allen dan ia bisa mendengar kakeknya tertawa.
"I'm waiting here." Jawab kakeknya.
Allen memasukkan kembali ponselnya ke sakunya dan melepas apron yang ia pakai.
"Junar, saya di panggil oleh pak Roland. Bisa kamu handle sebentar?" Ucap Allen ketika Junar berjalan menuju ke arahnya.
"Bisa pak Allen. Mau ketemu kakeknya ya?"
"Ya. Saya tinggal dulu ya." Allen melangkah pergi menuju ke ruangan kakeknya.
Ruangan kakeknya berada di lantai tertinggi gedung itu. Ia melangkah pelan dan sebisa mungkin tak memperhatikan semua tatapan para wanita ketikan menatapnya.
Namun pandangannya tertuju pada sosok wanita yang memakai seragam berwarna hitam itu.
Sepertinya ia baru turun dari arah rooftop. Sosok wanita itu seolah paling bersinar diantara yang lain. Dia amat menarik meskipun hanya memakai seragam divisinya.
Ada perlu apa dia di rooftop? Ia berhenti dari langkahnya dan memperhatikan gerak-gerik Ajeea yang begitu menarik perhatiannya. Sama seperti dirinya, Ajeea mendapat perhatian dari semua orang dan ia nampak tak peduli bahkan ia seolah tidak merasa jika sekarang dirinya sedang menjadi pusat perhatian. Ia sibuk memainkan ponselnya tanpa melihat jalan yang ia lalui.
"Buk!" Terdengar suara sesuatu menimpa sesuatu.
Astaga..
*Bersambung*
Ayoooo semangat baca dan vomment yakkk
IN
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajeeallen's Role
RomanceAjeea Milly Darmandira tidak pernah memiliki pemahaman tentang konsep pernikahan. Namun bukan berarti ia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Ia hanya tidak mengerti bagaimana bisa seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang ia...