"CEPAT pulang ya, Jea. Jangan lakuin hal-hal yang tidak diperbolehkan. Di Bali ada banyak laki-laki dengan segala ragam, Ajeea." Ucap ibunya entak untuk yang ke berapa kali.
Hari ini Ajeea bersama dengan Risa akan terbang ke Jimbaran dan Farrahia meluangkan waktunya yang sangat padat untuk mengantar putrinya itu ke bandara.
"Your dad is crazy. Dia memperbolehkan kamu pergi ke sana." Lanjut Farrahia.
"Ma, can you believe me? Ajeea bakalan jaga diri." Jawab Ajeea.
"Mama tahu kamu pintar, Ajeea. Kamu gak akan tidur dengan lelaki yang tidak punya apa-apa." Farrahia selalu memantau keamanan anaknya, ia tidak ingin anaknya menciptakan skandal yang akan mengundang media massa.
Selama ini keluarga mereka selalu jauh dari desas-desus tidak baik dan Farrahia tidak ingin citra keluarga Darmandira terusik.
Ajeea menganggukkan kepalanya. "That's yuck, momma."
Hingga kini, tidak ada yang tahu apa yang sudah terjadi di antara Allen dan Ajeea saat malam itu.
Risa hanya berdiri disebelahnya. Ia terlihat salah tingkah karena dapat bertemu dengan nyonya Farrahia yang mempengaruhi setiap orang yang berada di sekitarnya.
Setiap orang akan merasa kecil jika berhadapan dengan Farrahia meskipun usianya sudah pertengahan empat puluh. Ditambah lagi dengan orang-orang disana yang mulai menyadari kehadirannya dan Ajeea yang sering muncul di surat kabar sebagai keluarga konglomerat.
Terlepas dari semua itu, di dalam hatinya, Ajeea bertanya. Dimana Allen? Apakah lelaki itu amat sibuk, hingga lupa bahwa hari ini ia akan pergi? Ia ingin menelepon namun ia takut menganggu.
Toh, jika Allen tidak sibuk, pasti lelaki itu akan menyempatkan diri menemuinya, bukan?
Panggilan agar penumpang pesawat yang Ajeea tumpangi terdengar.
"Ma, Jea pergi dulu, ya." Ucap Ajeea sambil memeluk ibunya.
"Take care, sayang." Jawab ibunya.
Ajeea mencium kening ibunya satu kali lalu menoleh kepada Risa. "Yuk, Ris."
Mereka berjalan menuju eskalator, peralatan mereka sudah disimpan di bagasi pesawat.
"Bu Jea, nyonya Farrahia bener-bener anggun, ya." Bisik Risa.
Ajeea tertawa. "Penilaian semua orang selalu gitu, Ris."
Ajeea menoleh ke belangnya, berharap jika Allen berada di sana untuk melambaikan tangan kepadanya.
Sebelum Ajeea benar-benar menolehkan kepalanya, ia merasa tubuhnya ditarik seseorang dan ia merasa ada tangan kekar yang ia kenali merengkuh tubuhnya.
"Maafin aku Dateng telat. Aku kejebak macet." Bisik Allen.
Tiba-tiba air mata Ajeea jatuh untuk alasan yang tidak jelas. Ia menangis namun hatinya menghangat.
"Cepet pulang, ya. Aku tunggu." Ucap Allen saat mereka melepaskan pelukan.
Ajeea mengangguk sambil memandangi Allen yang pakaiannya telah berubah. Jika dulu ia selalu memakai seragam berwarna putih, Sekarang Allen terlihat amat tampan dengan setelan jas yang menyandang merk Tom Ford itu.
"I love you." Ucap Allen lalu tanpa aba-aba mencium bibir Ajeea dengan lembut selama beberapa saat.
"Aku bakalan rindu sama kamu." Ucap Allen.
"Allen kamu cium aku di depan semua orang dan ada mama aku." Ucap Ajeea yang belum pulih dari keterkejutannya.
"Aku bakalan terima konsekuensinya, setelah ini aku bakalan melamar kamu di depan orangtua kamu."
Sekali lagi panggilan penumpang pesawat yang akan terbang ke Bali terdengar.
"Jaga diri." Ucap Allen sebelum Ajeea melangkahkan kakinya ke eskalator.
Allen memandangi kepergian Ajeea. Ia akan merindukan wanita itu. Jika saja sekarang ia tidak terikat dengan segala tugas dan tanggung jawab, ia pasti akan bersama Ajeea.
"Allen?" Panggil seorang wanita di belakang Allen. Allen berbalik dan mendapati Farrahia tengah berdiri di belakangnya.
***Malam harinya, Allen sudah berada di Namaaz Dining bersama kakeknya. Arold, Ariana, Garen dan Farrahia Darmandira juga berada di sana. Dan ada satu wanita yang Allen kira adalah Afiya—kakak perempuan Ajeea. Hanya Erren yang absen dalam acara ini.
Allen tak paham mengapa dirinya bisa berada di tengah-tengah keluarga Darmandira seperti ini. Setelah Farrahia memanggilnya di bandara tadi, ia langsung menelepon suaminya dan memastikan bahwa ia dan kakeknya hadir di sini.
"Ini hanya masalah cinta anak muda." Ucap Arold yang sepertinya mencairkan kebisuan diantara mereka semua.
Tidak ada yang menyentuh makanan mereka. Suasana terlalu kaku dan beku.
"Saya tidak tahu apa yang akan dibahas disini, Arold." Jawab Roland terus terang.
Arold tertawa sementara yang lain hanya mengikuti percakapan dua sahabat itu.
"Jangan mengira kalau kalian akan kami amuk disini, Roland. Saya juga tidak tahu. Saya hanya mengikuti Ariana dan Farrahia."
"Farrah, biar mama yang bicara." Ucap Ariana.
Allen memandangi dua wanita yang selalu tergabung dalam kelompok sosialita kelas atas dan berpenampilan anggun itu. Sepetinya wanita lebih dominan dalam keluarga konglomerat ini, dan hal itu menurun pada Ajeea.
"Sebenarnya kita akan membicarakan tentang pertunangan antara Afiya dan Allen." Lanjut Ariana membuat Allen membelalakkan matanya.
Ia dapat melihat kalau Afiya sama terkejutnya.
Apa-apaan ini? Pertunangan apa yang sedang mereka bicarakan? Ia memang sudah bertunangan namun bukan dengan Afiya, ia bertunangan dengan Ajeea.
"Maaf nyonya Darmandira, apa maksud anda? Saya tidak pernah merasa memiliki hubungan dengan Afiya." Sergah Allen yang melupakan semua tata Krama dan cara bicara yang sopan.
Ariana menatap Allen yang masih menunjukkan wajah terkejutnya.
"Kalian berdua memang tidak pernah saling berhubungan, tapi pertunangan kalian sudah digariskan sejak kalian lahir." Jelas Ariana.
*Bersambung*

KAMU SEDANG MEMBACA
Ajeeallen's Role
RomanceAjeea Milly Darmandira tidak pernah memiliki pemahaman tentang konsep pernikahan. Namun bukan berarti ia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Ia hanya tidak mengerti bagaimana bisa seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang ia...