DOKTER datang untuk memeriksa Ajeea lima menit setelah Risa mengatakan itu. Lima menit yang hanya di lalui Ajeea dengan diam.
"Bu Ajeea selamat, ya. Keluarga Darmandira akan memiliki seorang bayi. Saya ikut senang dengan kabar ini. Usia kandungan ibu masih dua Minggu, tapi saya ingin mengatakan sesuatu. Kandungan ibu dan bayi ibu harus banyak beristirahat. Sepertinya sebelum mengetahui kehamilan ini, ibu banyak beraktivitas. Saya menyarankan ibu agar tetap di sini selama beberapa hari." Tutur dokter wanita yang usianya sekitar empat puluhan itu.
Ajeea membalas senyum dokter itu dengan canggung. Sepertinya dokter itu lebih bahagia dari dirinya.
"Saya permisi." Ucap dokter itu lalu pergi.
"Bu Ajeea? Ibu butuh sesuatu?" Tanya Risa.
Ajeea menggelengkan kepalanya.
Ia tidak pernah menyangka jika sekarang, di usia seperti ini, ada sebuah kehidupan di dalam tubuhnya. Kehidupan yang masih sangat kecil. Kehidupan yang berbagi napas, berbagi nutrisi, berbagi pikiran dan berbagi emosi dengannya.
Kehidupan yang akan ia bawa kemanapun selama sembilan bulan ke depan.
Ia tidak tahu apa yang harusnya ia rasakan sekarang. Ia adalah keluarga Darmandira yang paling muda dari semua saudara dan sepupunya, ia juga tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil sebelumnya.
Jadi dia harus apa, dia harus bagaimana?
"Bu Ajeea? Ibu gak apa-apa, kan?" Tanya Risa lagi.
Lagi-lagi Ajeea menggelengkan kepalanya. Ia bingung entah untuk alasan apa. Ia tahu betul siapa orang yang bertanggung akan kehidupan yang ada di dalam rahimnya karena ia hanya melakukannya satu kali selama hidupnya.
"Risa, saya bingung."
Risa diam menunggu kelanjutan dari ucapan Ajeea. Baru kali ini ia melihat bosnya seperti ini. Seperti kehilangan arah.
"Bu, kita gak boleh membunuh yang gak berdosa." Tutur Risa setelah Ajeea tidak melanjutkan kata-katanya. Ia takut bosnya itu berpikir akan menghilangkan kehidupan kecil yang sedang bertumbuh di dalam dirinya.
"Saya gak pernah mikir gitu, Risa. Saya cuma bingung apa saya harus sedih atau gimana. Saya bingung."
"Hal pertama yang harus ibu lakukan adalah, bicara sama dia yang bertanggung jawab sama semua ini, Bu."
***
"Jea." Sapa Erren sambil memasuki ruangan Ajeea.Risa bangkit berdiri dan meninggalkan dia kakak beradik itu.
"Siapa orangnya, Jea?" Tanya Erren sambil duduk di kursi yang tadinya diduduki oleh Risa.
Ajeea menggelengkan kepalanya. Ia tahu sifat kakaknya. Ia tak akan memberi ampun siapapun yang berani menyentuh adiknya.
Erren menghela napas. Ia paham akan sifat keras kepala Ajeea. Tidak adalah jawabannya dan akan selamanya menjadi tidak.
"Ia am here, dear. Kakak gak akan ngizinin kamu untuk menggugurkan kandungan kamu. Itu sangat menjijikkan. Kakak juga gak akan bicara sama keluarga masalah ini. Tapi kita tahu sendiri berapa lama semua ini akan sampai ke telinganya nenek." Tutur Erren sambil memegang tangan Ajeea.
Ajeea menghapus air matanya namun ia sama sekali tidak menatap Erren.
"Telinga nenek sepuluh kali lebih tajam, Ajeea."
***Padatnya jadwal pekerjaan Allen membuatnya tidak sempat menjelaskan tentang hubungannya dengan Ajeea kepada keluarga mereka. Pekerjaan ini benar-benar menyita waktunya. Kakeknya banyak meninggalkan PR yang harus segera ia pahami dan selesaikan.
Junar sama sibuknya dengan Allen. Ia juga harus banyak belajar urusan jabatan yang baru ia dapatkan itu.
Lalu telepon ruangannya berbunyi.
"Ruangan direktur utama Four Seasons?" Sapa Junar.
"Junar ini saya." Ucap Ajeea dari ujung sana.
"Oh Bu Ajeea? Apa ibu mau bicara sama pak Allen?"
Ajeea diam beberapa saat sebelum ia menjawab "Apa Allen sibuk?"
"Iya, Bu. Pak Allen sibuk sekali akhir-akhir ini."
"Dia telat makan gak?" Tanya Ajeea. Ia melupakan rencana awalnya menelepon Allen. Awalnya ia menelepon Allen untuk memberitahukan kabar kehamilannya namun ia tidak ingin mengganggu Allen.
Ya, Bu. Bapak sulit makan kalau sudah bekerja, Bu."Ajeea tersenyum. Jika saja ia berada dalam suasana hati seperti biasa, pasti ia akan sangat cemburu karena Junar amat mengetahui keseharian Allen daripada dirinya.
Namun sekarang ia hanya bisa tersenyum. Tersenyum pahit.
"Dia harus makan tepat waktu ya. Kalau dia bandel, telepon saya." Ucap Ajeea. Ia akan mengakhiri sambungan telepon ini namun sebelum ia menarik teleponnya dari telinga, ia mendengar suara lain di ujung sana.
"Ajeea?" Panggil Allen. Ia mendengar ada kecemasan dalam suaranya.
"Hm?"
"Ada apa?" Tanya Allen. Ia melirik Junar yang sudah menundukkan kepalanya. Ia tadi akan menuju ke ruangan Reno namun ia menghentikan langkahnya saat mendengar nama Ajeea disebut oleh Junar.
Sementara di ujung sana, Ajeea diam sambil meresapi momen ini. Mereka memang selalu berkomunikasi setiap malam, namun entah mengapa, sekarang ia sangat terharu mendengar suara Allen.
"Kamu baik-baik aja?"
"Kamu sibuk?" Tanya Ajeea balik.
"Aku gak sibuk kalau tentang kamu, Ajeea."
Ajeea menghela napas. "Telepon aku pakai hp kamu. Kita perlu bicara berdua aja." Ajeea tahu pasti Junar sedang berada di sekitar Allen.
Ia mematikan sambungan telepon dan mengetukkan jarinya ke paha senada dengan detik jam dinding yang memenuhi ruangan ia di rawat. Belum sampai pada ketukan ke lima, ponselnya berdering.
Ia segera mengangkat telepon itu.
"Ada apa sayang? Kamu lagi ada masalah?" Tanya Allen cemas.
Ia ingin menangis mendengar nada cemas itu. Nada yang selalu allen gunakan saat menghawatirkan dirinya.
"Allen.." Ajeea ingin mengatakan perihal kehamilannya namun apakah Allen bisa menerimanya, apa Allen bisa berbahagia dengan berita ini?
"Jea kamu mau nangis? Ada apa sayang?"
"Allen.. aku.. aku hamil." Ucap Ajeea yang sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Lagi-lagi ia menangis dengan alasan yang tak jelas.
Di ujung sana, allen yang berjalan tanpa arah di lantai teratas gedung hotel itu seketika menghentikan langkahnya.
*Bersambung*
Halloooaaaaa ini Ajeeallen's yang lama tak update tapi tak ada yang mencari😂
Hope you enjoy it. ♥️Jangan lupa vomment.
Salam, Inilam Jojo💞💞

KAMU SEDANG MEMBACA
Ajeeallen's Role
RomantikAjeea Milly Darmandira tidak pernah memiliki pemahaman tentang konsep pernikahan. Namun bukan berarti ia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Ia hanya tidak mengerti bagaimana bisa seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang ia...