"Melamun aja nih, dewi Fortuna." Ucap Rambang yang membuyarkan lamunan Ajeea.
Julukan Dewi Fortuna memang cocok untuk menggambarkan paras Ajeea, dia amat sempurna di tambah dengan bentuk tubuhnya yang proporsional.
Mereka semua sedang berkumpul di sebuah meja tempat karyawan beristirahat karena waktu makan siang belum habis.
"Mikirin apa sih, Jea?" Tanya Fitri yang mengetahui jika ia sedang memikirkan sesuatu.
Ajeea memilih tak menjawab pertanyaan Fitri, ia sibuk mengaduk jus jambu miliknya yang sudah hampir habis.
Mengapa tiba-tiba ia terpikir masa lima tahun silam, saat ia mengambil keputusan yang mengubah dunianya?
Mungkin jika saat itu ia tak bersikeras tentang pilihan hidupnya, ia akan seperti Afiya yang harus mengubur impiannya sebagai model atau Eren yang harus memusnahkan impiannya sebagai seorang pembalap dan menjadi pebisnis muda.
Hubungannya dengan ibunya tidak berubah, mereka tetap saling menyayangi karena ternyata pada akhirnya ibunya menyetujui keputusannya. Meskipun ada yang sedikit berbeda sekarang.
Dan disinilah ia sekarang, setelah menyelesaikan kuliahnya selama empat tahun di bidang manajemen perhotelan, ia di terima sebagai salah satu karyawan di divisi food and beverage di Four Seasons Hotel selama hampir satu tahun ini.
Menjadi bagian dari hotel berbintang lima ini benar-benar diluar dugaannya, apalagi dengan julukan sebagai fresh graduate yang dimilikinya, yang menandakan kalau ia belum memiliki pengalaman pekerjaan apapun namun kemudahan yang ia dapatkan tentu saja tak terlepas dari sosok ayahnya yang ternyata memiliki saham besar di hotel ini.
Ayahnya menggunakan investasinya untuk membuatnya mendapatkan pekerjaan dengan mudah plus jabatan yang cukup tinggi.
"Tuh kan Dewi Fortuna melamun lagi. Kenapa sih?" Sergah Ferri, ia terdengar tidak sabar.
Mereka bukanlah dari divisi yang sama namun mereka berempat amat akur, layaknya seorang sahabat dekat. Hanya mereka yang tidak memandanginya dengan tatapan iri atau benci dari wanita ataupun tatapan 'aneh' dari lelaki karena kecantikan yang ia miliki. Ia amat bahagia memiliki tiga makhluk ini dalam hidupnya.
"Enggak kok." Jawab Ajeea asal sambil mengaduk jusnya dengan sedotan.
"Eh gue denger-denger kita bakal ada chef baru. Ganteng!" Pekik Fitri yang tahu segala informasi, bahkan yang belum terjadi sekalipun, seperti sekarang.
"Elah, palingan orangnya gendut, pendek kayak chef Bierre." Ucap Rambang tak terima karena tanpa sepengetahuan Fitri, Rambang memiliki perhatian lebih terhadapnya.
Ajeea tersenyum mengingat hal itu, betapa tidak pekanya seorang Fitri. Ia mengetahui semua informasi mengenai apapun namun, kenyataan yang ada di depan matanya ternyata lewat dari pandangannya.
"Enak aja. Dia ganteng, tau! Andai aja dia itu di divisi housekeeping kayak gue, pasti gue semangat."
Rambang hanya mendengus kesal sementara Fitri memelototinya.
"Oh iya Jea, perasaan dulu Lo di kasih pilihan mau di bagian F&B atau front office dan kenapa Lo milih F&B? Padahal muka Lo berpotensi di Front office." Tanya Ferri yang bertugas di divisi Human Resources of Development sebagai sekretaris direktur HRD.
Sekedar untuk pengetahuan, Ferri adalah seorang wanita. Kepanjangannya adalah Ferriariz Aensya. Hanya orangtuanya yang tahu mengapa mereka menamainya seperti anak laki-laki.
"Ya gue sih setuju sama pilihannya. Dia milih jadi Direktur F&B. Punya ruangan sendiri. Daripada jadi front office, tiap hari duduk di depan sambil nyengir-nyengir kuda ke semua orang." Dengus Rambang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ajeeallen's Role
RomanceAjeea Milly Darmandira tidak pernah memiliki pemahaman tentang konsep pernikahan. Namun bukan berarti ia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Ia hanya tidak mengerti bagaimana bisa seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang ia...