Menjadi direktur di departemen food and beverage bukan berarti kalian akan menjadi bos yang hanya duduk santai dan tinggal menandatangani berkas-berkas yang diberikan oleh bawahan kalian.Menjadi direktur di departemen itu justru membuat otak harus lebih banyak bekerja keras karena kalian harus berpikir dan membuat konsep makanan yang bisa dijual ke para pelanggan.
"Huh." Desah Ajeea pagi itu karena ia nyaris terlambat karena jalanan Depok yang selalu macet dan bisa sampai disini memakan waktu satu jam lebih.
Terkadang ia sering berpikir, bagaimana jika ia menyewa apartemen di sekitar hotel ini, agar waktunya lebih efisien dan tidak habis di jalan namun ia segera menghilangkan pikiran itu, ibunya akan marah besar jika ia mengatakannya.
Ia melirik jam dindingnya, pagi ini ia akan melakukan inspeksi ke dapur, yang artinya sebentar lagi ia akan bertemu dengan Allen.
"Bu Ajeea? Sebentar lagi briefing akan dimulai, Bu." Ucap Risa.
"Iya, tunggu sebentar, ya. Saya ganti baju dulu. Tadi saya terjebak macet." Ucap Ajeea lalu mengambil bajunya yang sudah tersedia di loker.
***Setelah briefing, Ajeea masuk ke ruangannya untuk menyelesaikan beberapa report yang akan ia serahkan kepada assistan General Manager setelah makan siang nanti.
Ia kembali melirik jam dindingnya yang sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Biasanya di jam seperti ini, dapur sudah lebih tenang karena semua makanan sudah tersaji.
Ia menutup laptopnya dan mengganti sandalnya dengan Stiletto kesayangannya.
"Risa, saya mau ke dapur untuk inspeksi breakfast hotel. Kamu enggak perlu ikut. Kerjain aja pekerjaan kamu ya." Ucap Ajeea saat ia keluar dari ruangannya.
"Iya, Bu. Eh mau ketemu chef Allen ya Bu." Goda Risa membuat Ajeea tertawa.
"Iya lah, ketemu chef Allen. Kan inspeksinya seputar makanan. Ada-ada aja kamu, Ris. Saya pergi dulu ya." Jawab Ajeea.l sambil melangkah pergi.
"Oh iya, kamu udah sarapan? Mau saya bawain nggak sekalian saya ke dapur?" Tanya Ajeea sambil membalikkan tubuhnya.
"Enggak Bu. Saya udah sarapan. Makasih ya Bu." Jawab Risa.
Ajeea selalu peduli pada bawahannya.
***Sudah hampir tiga Minggu semenjak malam dimana seharusnya Allen melamar Ajeea dan selama itu pula Ajeea merasa tidak enak hati kepada Allen entah karena apa padahal selama ini ia selalu melakukan hal itu. Menolak secara halus.
Mungkin karena sebuah fakta yang diberikan oleh Reno bahwa ternyata Allen bekerja sangat keras demi malam itu atau karena Allen ternyata sama sekali tidak menjauhinya. Allen justru lebih dekat dengannya sekarang, tidak ada hari tanpa bertemu dengannya.
Ajeea memasuki tempat sarapan bagi pelanggan hotel. Pagi ini cukup ramai seperti biasanya, ia memandangi orang-orang yang tengah sarapan sambil memegang gadget mereka, tipikal manusia yang selalu sibuk namun ada yang membuatnya selalu tersenyum. Keluarga yang tengah sarapan bersama dengan gembira.
"Suka banget ngelamun ya?" Suara Allen tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Untung saja ia tidak terlonjak kaget.
"Enggak ngelamun kok. Ini buktinya aku enggak kaget. Sok tahu kamu, ya." Balas Ajeea.
Allen tertawa mendengarnya.ia tahu sedari tadi Ajeea memandangi satu keluarga kecil yang tengah menikmati sarapan bersama.
Hati kecilnya tergelitik untuk mengatakan sesuatu yang kira-kira bunyinya seperti ini; Ajeea, mau nikah sama aku dan punya anak seperti mereka?
Tapi ia segera menggelengkan kepalanya, belum saatnya. Ia tidak ingin terlalu gegabah dalam mengungkapkan keinginannya dan berujung dengan kandasnya hubungan mereka.
Untuk saat ini, bersama Ajeea saja sudah cukup baginya.
"Tuh kan sekarang kamu yang ngelamun." Ledek Ajeea.
"Enggak, aku lagi mikir aja. Yuk masuk." Ajak Allen mempersilakan Ajeea berjalan terlebih dahulu.
***"Selalu enak. Sesuai standarnya chef Allen." Jawab Ajeea setelah mencicipi beberapa jenis makanan.
"Gitu aja inspeksinya?" Tanya Allen sambil menaikkan alisnya.
Ajeea memberengut, "Mau sesuai prosedur emangnya?" Tanya Ajeea galak.
"Ujung-ujungnya juga balik ke kakek aku lagi." Jawab Allen pura-pura sombong membuat Ajeea mencubit perut Allen.
"SOMBONG!"
Ajeea mengerutkan alisnya saat tangannya menyentuh perut Allen.
"Kok daging perut kamu keras Len? Sering olahraga ya?" Tanya Ajeea.
Allen mengacak pucuk kepala Ajeea.
"Kok enggak pernah diperlihatkan sih?" Tanya Ajeea lagi.
"Memangnya mau aku enggak pakai baju sambil masak?"
Tiba-tiba wajah Ajeea memerah membayangkan tubuh Allen yang topless.
"Oh iya, satu Minggu lagi kakek aku ulang tahun. Dateng bareng aku mau?" Tanya Allen ragu.
Ajeea mengerutkan alisnya lalu tawanya meledak. "Harus gitu ya minta sama pacar sendiri?" Tawanya.
*Bersambung*
IN💞💞

KAMU SEDANG MEMBACA
Ajeeallen's Role
RomanceAjeea Milly Darmandira tidak pernah memiliki pemahaman tentang konsep pernikahan. Namun bukan berarti ia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Ia hanya tidak mengerti bagaimana bisa seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang ia...