"Handle yang kamu bisa. Kalau klien rewel pengen menemui saya, berarti mereka harus menerima konsekuensinya. Saya enggak akan pulang sebelum Ajeea mau menerima dan memaafkan saya. Saya akan ke Jakarta jika Ajeea mau ikut saya." Ucap Allen pada Junar lewat sambungan telepon.
Ia tidak peduli dengan klien manapun, terserah jika mereka akan membatalkan kontrak kerja. Ia tidak peduli. Semua itu bukanlah hal yang ingin ia lakukan sekarang.
Terserah jika nanti Four Seasons akan gulung tikar. Ia tidak akan melarat meskipun nanti hotel itu tidak lagi berada di tangannya.
"Sepertinya kamu sangat sibuk."
Allen mendongakkan pandangannya dari jendela yang menghadap ke pantai dan memutus sambungan telepon dengan Junar.
Allen berdiri dan tersenyum sopan pada Garen Darmandira. Hari ini ia memang memiliki janji dengan Garen untuk bertemu di Sundara.
"Silakan duduk, pak Garen."
Garen tertawa hangat dan menganggukkan kepalanya. Ia duduk diikuti oleh Allen.
"Bisa kita bicara dengan santai?" Tanya Garen.
Allen menganggukkan kepalanya. "Bisa."
"Kita tidak sedang membahas proyek, jadi saya ingin bicara dengan santai tapi sepertinya arah pembicaraan yang bagi saya santai ini sangat berarti untuk kamu, Allen."
Meskipun masih samar, Allen dapat mendengar nada tegas dalam suara Garen. Sangat bertolak belakang dengan ajakannya yang ingin 'bicara santai'.
"Saya tidak tahu apa yang ingin kita bicarakan, pak." Jawab Allen sopan.
Garen menganggukkan kepalanya.
"Saya mengerti. Tujuan saya mengajak anda datang ke sini adalah, untuk membahas putri saya.
Sebagai ayahnya, seharusnya saya sudah bertindak lebih cepat dari ini untuk membunuh kamu karena mendengar berita kehamilan Ajeea." Ucapnya.
Allen diam menunggu kelanjutan ucapan Garen.
"Saya tidak membunuh kamu karena saya tahu kalau dia sangat mencintai dan membutuhkan kamu karena saya sangat memahami sifat putri bungsu saya, Ajeea tidak akan menyiksa dirinya sendiri jika itu tidak penting untuknya. Dia sangat logis dan rasional. Dan dia menyiksa dirinya untuk kamu, berarti kamu sangat penting di hidupnya.
Tapi perlu kamu tahu kalau dia sangat keras kepala, Allen. Saya yakin, kedatangan kamu kesini untuk meminta maaf kepadanya bukan? Dan kamu belum mendapatkan setengah dari perhatian yang harusnya dia berikan untukmu."
Allen menghela napasnya dan menyandarkan diri ke sandaran kursi.
"Saya bahkan belum mendapat kerlingan matanya, pak Garen. Tapi saya tidak akan menyerah sampai saya mendapatkan Ajeea kembali. Ini semua salah saya."
Garen memandangi sosok Allen. Sejak pertama melihat Allen, ia sudah menyukai pemuda ini. Allen adalah sosok yang ulet dan memiliki semangat tinggi meskipun sekarang ia dilemahkan oleh cinta.
Baru kali ini seorang Garen Darmandira meletakkan sebuah kekaguman pada seorang pemuda.
"Saya tahu kamu tidak akan menyerah. Tapi Allen, apakah kamu bisa melubangi batu dengan batu tanpa membuat salah satunya pecah?
Putri bungsu saya itu sangat keras kepala, sekali lagi. Semakin kamu menginginkan perhatiannya, semakin dia akan terus berusaha menghilangkan kamu dari pikirannya.
Saya sudah hapal dengan sifatnya. Kembali lagi, bukankah air yang tidak dapat memecahkan apapun sama sekali dapat membuat lubang pada batu yang paling keras sekalipun?"
Allen menyerap semua ucapan Garen. Ia tahu Garen tidak hanya sedang memberikan sebuah pribahasa, pasti ada makna yang tersirat di dalamnya.
"Saya tahu kamu sudah mengerti maksud saya, Allen. Saya juga tahu fakta bahwa kamu sangat cerdas juga mencintai Ajeea. Jika tidak ada kedua fakta itu, sudah dari dulu saya membunuh kamu."
***Allen sudah berada di apartemen Ajeea. Beberapa hari yang lalu ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan beberapa hari itu pula ia mati-matian mencuri perhatian yang sama sekali belum ia dapatkan dari Ajeea.
Sepertinya Ajeea benar-benar membenci dirinya hingga sama sekali tidak mau memaafkannya.
Beberapa kali ia menekan bel sebelum Risa membuka pintu. Memang selalu begitu, setelah Ajeea membuka pintu dan mendapati dirinya, ia meminta Risa untuk membuka pintu di hari berikutnya hanya untuk menyampaikan pesan; berhenti mencet bel. Pusing.
"Pak Allen."
"Ajeea ada?"
Risa mengangguk. "Bu Ajeea sedang makan buah, pak. Ibu jauh lebih bersemangat sekarang untuk menjaga bayinya."
Allen tersenyum mendengarnya. Setidaknya, Ajeea tidak membuat bayi mereka menjadi korban karena kebodohan yang ia perbuat.
"Suruh dia pergi, Ris. Saya gak mau melihat dia di apartemen saya." Ucap Ajeea dari dalam yang bisa mereka dengar.
"Saya mau masuk." Pinta Allen.
"Tapi, Bu Ajeea—" belum sempat Risa melanjutkan, Allen sudah menerobos masuk ke dalam dan mendapati Ajeea yang tengah duduk di sofa hanya mengenakan gaun tidur yang amat tipis. Membuat Allen menelan ludah.
Ia sama sekali tidak bisa melepaskan pandangan dari Ajeea, wanita yang sangat ia rindukan. Tubuh Ajeea yang sangat menggoda terlihat makin menggoda karena perutnya yang sudah mulai membesar.
"Pergi." Ucap Ajeea dingin tanpa melihat ke arah Allen.
Allen tersenyum kecut. Selama berhari-hari, hanya nada itu yang selalu ia dengar. Nada yang tidak menginginkan kehadirannya.
"Ajeea.."
"Aku bilang pergi. Kamu gak denger? Kemarin aku pernah bilang kan aku akan pergi ke negara lain beberapa waktu lagi. Aku gak butuh kamu. Selama ini aku bisa sendiri.
Pergi. Aku dan bayi aku bisa hidup bahagia tanpa kamu. Aku bisa melengkapi kebahagiaan anak aku."
Meskipun harusnya Allen merasa sedih, namun ia merasa bahagia karena setidaknya Ajeea mau bicara lebih panjang kepadanya.
Cinta membuat otak Allen terbalik. Ia melihat tangan Ajeea mencengkram mangkuk berisi salad buah. Cengkraman tangan Ajeea begitu kuat hingga membuat mangkuk itu bergetar di pangkuannya.
Ia tahu Ajeea sedang membohongi dirinya sendiri. Ia tidak akan menyerah hanya karena ucapan bohong dari Ajeea, ia akan membuat Ajeea berkata jujur sesuai hatinya.
"Begone and don't ever come back again. Lanjutin hidup kamu. Jangan cari aku lagi setelah ini, jangan datang kesini lagi, even jangan pikirin aku lagi."
Dada Ajeea naik turun menahan gejolak emosi yang akan membuat matanya berair.
Sementara Allen masih diam hingga Ajeea kembali melanjutkan, "Find your way to go. Karena suatu hari, kalau aku menemukan seseorang yang menyayangi dan enggak akan meninggalkan aku di saat sulit aku, yang enggak akan biarin aku sendiri menderita seolah aku enggak di butuhkan dan enggak berarti,
aku akan benar-benar mengubur semua yang pernah aku alami hari ini. Dan memulai hidup aku yang baru dengan dia. Siapapun orangnya nanti."
*Bersambung*
Satu part lagi akan tamaaaat yaaay! Tunggu work aku selanjutnya ya! Oh iya, udah sampai sini, jangan lupa klik bintang ya!😍😍
Sending out of love to all of you,
INILAAAAMMM PUNJABI♥️♥️🖤

KAMU SEDANG MEMBACA
Ajeeallen's Role
RomansaAjeea Milly Darmandira tidak pernah memiliki pemahaman tentang konsep pernikahan. Namun bukan berarti ia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Ia hanya tidak mengerti bagaimana bisa seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang ia...