BAB 11

8K 538 8
                                        

"Oi Ren!" Ucap Allen kesal sambil membuka pintu ruang kerja Reno tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Ia teramat kesal pada direktur HRD itu yang tidak mengangkat telepon darinya.

Ia terkejut saat melihat isi ruangan, di salah satu sisi dinding ia dapat melihat dua orang sedang berada pada posisi yang sangat tidak normal. Reno sedang mengunci tubuh seorang wanita yang ia sangka adalah Ferri, si calon-istri-belum-peka nya Reno dengan tubuh Reno sendiri.

"Eh, Len. Sejak kapan di sini?" Tanya Reno salah tingkah sambil menarik tangan Ferri dan menyembunyikan tubuh Ferri di balik tubuhnya.

Allen tidak menjawab, ia memandangi dua orang itu yang terlihat salah tingkah. Ia merasa jika Ferri harus berbenah terlebih dahulu jadi ia memutuskan untuk keluar.

"Gue keluar bentaran dan bakal balik lagi." Ucapnya memberikan waktu pada mereka berdua.

Ia melangkahkan kakinya keluar dan menunggu beberapa saat hingga Ferri keluar dan langsung duduk di kursinya tanpa memandangi Allen. Baiklah, ia tidak akan menambah rasa malu yang ada di dalam diri Ferri. Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Reno, melewati meja Ferri.

"Apaan sih Lo Dateng tiba-tiba? Padahal itu .. Lo gak tau seberapa susah gue dapet momen kayak tadi." Tanya Reno kesal pada sahabatnya itu.

"Lo gak angkat telepon gue."

"Ya mana bisa gue angkat telepon lo pas lagi intim gitu?" Jawab Reno masih kesal.

Allen duduk di kursi yang berhadapan dengan Reno sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo gak lihat wajah calon istri lo itu? Kalau Lo mau serius sama dia tuh nikah dulu, baru kawin. Mungkin itu alasan dia gak terima lo. Dia belum yakin karena tingkah Lo masih gitu-gitu aja." Jawab Allen.

"Gaya lo. Emang Lo sama Ajeea belum main-main? Udah deh, gue tahu standar pacaran lo. Paling lama tiga hari, Lo udah seret cewek lo ke ranjang kan! Lagian gue tahu kok, pasti di belakang Ajeea Lo juga main kan!" Ucap Reno seolah menghakimi Allen.

Seketika Allen teringat saat malam itu, dimana ia hanya bisa menyentuh bibir Ajeea dengan bibirnya. Nyalinya hanya sebatas itu padahal semua bagian tubuh Ajeea menggoda untuk disentuh dan pernyataan kalau ia main di belakang Ajeea itu benar-benar salah. Semenjak mengenal Ajeea, ia tidak pernah memiliki hubungan apapun dengan wanita manapun.

"Gue gak tahu." Jawab Allen.

Reno memandanginya dengan tatapan heran. "Lo gak tahu cara main lagi?"

Allen melempar kepala Reno dengan permen yang memang diletakkan di atas meja kerja Reno untuk tamunya.

"Maksud gue, gue gak bisa ngelakuin itu ke Ajeea. Ada bagian di hati gue yang gak mau itu terjadi. Gue cuma mau dia bahagia dan aman." Jawab Allen.

"Jadi cewek seksi, seyahud itu Lo anggurin aja?" Tanya Reno tak percaya sambil menghindari permen selanjutnya yang akan meluncur ke kepalanya.

Sepertinya otak Reno sudah dipenuhi konten negatif. Ia yakin itu.

"Gue tahu kalau Ajeea seksi. Gak usah dibilangin gitu juga!" Jawabnya kesal. Reno mengatakan itu seolah-olah Ajeea adalah artis majalah, bukan kekasihnya.

"Gue tau dia itu gak bisa dianggurin. Dia lebih dari apapun. Semua bagian tubuh dia menggoda. Gue bukannya gak nafsu pas di Deket dia. Tapi ya itu tadi, prioritas gue cuma bikin dia bahagia dan aman. Gitu aja." Allen menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

Reno diam tak membalas. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi saat seorang Allen Suryandri, bad boy kelas kakap berubah menjadi lelaki baik-baik seperti sekarang.

"Gue mau minta izin malem ini." Ucap Allen.

"Asal nyeblak aja Lo ngomongnya. Gue gak kasih. Lo gak bisa pergi pas dinner time, Len. Gimana kalau nanti ada tamu besar yang minta dimasakin langsung sama executive chef? Emang Lo bisa langsung terbang ke kitchen? " Sergah Reno.

Allen menghembuskan napasnya. Pekerjaannya memang mengambil waktu-waktu penting dalam hidupnya.

"Gue percaya sama sous chef gue. Dia punya standar yang cukup."

"Gue gak mau karena absen Lo malam ini, tamu jadi gak nyaman, Len. Lo kira tamu di restoran hotel ini tuh anak SD yang bisa dikasih makanan apa aja? Tamu kita bisa komplain nantinya." Jawab Reno tegas.

"Please, man."

"Len dengerin gue. Gue tahu kalau lo adalah cucu pemilik hotel ini. Tapi sekarang gue adalah direktur HRD dan tanpa izin gue, Lo gak bisa keluar." Ultimatum dari Reno menandakan jika dirinya tak bisa mendapat izin.

Ia tahu semua itu, tapi ia harus mendapatkan izin dari Reno malam ini. Harus.

"Tonight I'll have a date dinner with Ajeea. I want to propose marriage with her." Ucap Allen pada akhirnya. Malam ini ia akan melamar Ajeea.

Reno langsung membelalakkan matanya.

"Gue gak salah denger?"

"Gak. Gue mau melamar Ajeea." Jawab Allen mantap.

"Tapi bukannya terlalu cepet, Len?"

"Gue mau memfokuskan hidup gue buat dia. Gue mau memandang cuma ke arah dia karena dari apa yang gue rasa, gue yakin kalau dia adalah jodoh gue. " Jawab Allen lagi.

Konyol memang. Hanya dengan hitungan bulan ia bisa yakin seperti itu kepada makhluk cantik bernama Ajeea namun ia tak ingin menunda lagi.

Ia tak bisa mengelak jika ada bagian dalam hatinya yang mengatakan kalau ia akan mendapat wanita yang lebih baik lagi dari Ajeea di kemudian hari namun ia tidak akan mencari lagi. Jika mengikuti hawa nafsu, seseorang tak akan pernah mendapatkan kepuasan.

Ia sudah merasa cukup dengan Ajeea.

Ajeea sudah merubahnya tanpa wanita itu melakukan apapun dan Mungin wanita itu tak tahu jika telah merubahnya.. Wanita itu sudah merubahnya menjadi lelaki yang lebih dewasa dan banyak mengalah dari kekeraskepalaan Ajeea. Wanita itu juga mampu merubah dirinya menjadi lelaki yang lebih baik, yang berhasil menekan hawa nafsunya ke titik paling rendah.

Ajeea membuatnya kembali seperti seorang manusia yang tidak hanya memikirkan kebutuhan biologis yang harus terpenuhi.

Bersama Ajeea, ia memiliki pandangan baru soal hubungan yang tak hanya berlandaskan nafsu, tapi juga cinta.

Reno memundurkan tubuhnya dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia nampak berpikir. "Lo bisa jamin kalau malam ini bakal aman-aman aja?"

"Gue percaya team gue."

"Ya udah gue izinin kalau gitu. Sebagai sahabat yang baik yang mendukung perkembangan sahabatnya. Lagipula Lo cucu pemilik hotel ini, jadi yah Lo bakal berurusan langsung dengan kakek Lo kalau terjadi apa-apa." Ucap Reno pada akhirnya. Membuat Allen tersenyum.

"Thanks mabro!" Ucap Allen.

"Tapi, Len, setahu gue, Ajeea punya pandangan dan pemikiran yang berbeda soal pernikahan." Ucap Reno sambil memandangi wajah sahabatnya itu dengan serius.

*Bersambung*

Ada yang penasaran sama kisah Ferri-Reno?

IN💞

Ajeeallen's RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang