BAB 12

7.6K 540 9
                                        

Allen benar-benar bekerja keras untuk malam ini. Susah payah ia mendapatkan izin dari Reno si direktur HRD dan memastikan jika Junar mengerti semua yang ia katakan agar tidak ada komplain dari pelanggan yang mempercayakan Alto restourant and bar Four Seasons untuk makan malam mereka.

Tidak hanya sampai di situ, Allen pun mendapatkan kesulitan mengajak Ajeea makan malam ini karena Ajeea tidak ingin hubungan mereka mempengaruhi kualitas bekerja Allen namun akhirnya Ajeea menyetujuinya.

Plataran Dharmawangsa adalah pilihannya malam ini. Entah mengapa, ia merasa Ajeea akan amat menyukai tempat ini.

Allen sudah keluar dari rumah besarnya yang ia huni sendirian.

"Ajeea? Aku on the way ke rumah kamu ya." Ucap Allen pada teleponnya saat Ajeea menyapanya dari seberang sana.

"Iya. Alamat rumah aku udah aku message ke kamu ya." Jawab Ajeea yang tidak tahu menahu jika ternyata Allen sudah hapal jalan menuju ke rumahnya.

"See you, dear." Balas Allen.

Ia mematikan ponselnya dan segera meluncur menggunakan Range  Rover Velar  kesayangannya.
***

Ajeea telah selesai memoles wajahnya. Ia berdiri dan menatap pantulan dirinya di cermin.
'sudah cukup deh.' batinnya lalu setelah itu pintu kamarnya terbuka.

"Dek? Mau kemana?" Tanya Afiya mengerutkan alisnya melihat adiknya yang sudah sangat cantik.

"Eh kakak. Aku mau keluar malem ini. Boleh ya?" Ucap Ajeea.

"Kok bisa sih jadwal dinner kamu sama pacar kamu selalu pas mama papa enggak ada?"

Tuan dan nyonya Darmandira memang sedang berada di Australia sekarang untuk keperluan bisnis sedangkan Erren, jika orangtuanya sedang tidak berada di rumah, ia akan menghabiskan waktunya di kantor kesayangannya. Darah 'gila bekerja' sangat kental dalam dirinya.

Wajah Ajeea  memerah karena kakaknya itu  tahu tujuan  dirinya akan pergi malam ini. "Apaan sih kak? Enggak dinner kali. Sama Ferri sama Fitri kok aku keluar." Jawab Ajeea berusaha menyembunyikan rasa malu yang tiba-tiba menghinggapi dirinya.

"Terus aja mengkambinghitamkan Ferri sama Fitri. Ya udah gak apa-apa kok pergi. Tapi pulang jam sepuluh ya. Sebelum kak Erren pulang. Terus enggak usah bawa pacar kamu ke dalem. Bilang aja enggak ada orang. Kakak mau nyelesain pekerjaan kakak soalnya."

Yap. Darah 'gila bekerja' ternyata juga melekat di diri Afiya.

"Dek, kenapa sih kamu mau pacaran tapi setelah itu nyakitin hati mereka?" Tanya Afiya sambil duduk di sofa kamar Ajeea.

"Ajeea enggak nyakitin mereka kak. Kan mereka ngajak pacaran. Ya udah Ajeea ikutin. Tapi kalau mereka udah pengen hubungan yang lebih, Ajeea enggak bisa lagi ikutin." Jawab Ajeea.

Afiya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban adiknya itu. Ajeea benar-benar tidak memiliki pandangan apapun soal pernikahan.
***

Allen sudah mengirimkan pesan kepadanya kalau ia sudah berada di car port rumahnya. Cepat-cepat ia memakai high heels dan turun ke lantai dasar dan menuju ke mobil Allen.

Sementara Allen sudah berdiri di depan pintu penumpang sambil melipat lengannya di dada bidangnya.

Sesaat Ajeea terpana melihat penampilan Allen yang memakai kemeja berwarna hitam yang membuatnya terkesan  maskulin. Ia tahu dibalik kemeja berlengan panjang itu, ada otot-otot yang menonjol.

"Kok aku enggak di izinin masuk?" Tanya Allen karena Ajeea tidak menawarkannya untuk masuk terlebih dahulu. "Aku kan mau minta izin sama mama papa kamu. Biar jadi cowok gentle"

Ajeeallen's RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang