BAB 30

6.3K 407 2
                                    

BUKAN hening seperti yang dipikirkan Allen akan terjadi di antara mereka berdua setelah ia mengucapkan hal itu namun yang terjadi adalah Ajeea tertawa setelahnya.

Allen menarik tubuhnya dan menatap wajah Ajeea yang sudah memerah karena tawanya. Bahkan ia sedikit kesulitan bernapas karena terlalu banyak tertawa meskipun sudah memakai slang oksigen.

"Tarik napas, sayang." Dengus Allen karena Ajeea sepertinya lupa bernapas.

Ajeea mulai mengatur napasnya hingga ia benar-benar bisa bernapas normal. "Memangnya aku mau pulang, Len? Enggak kali. Aku cuma bercanda. Lagipula disini aku kan masih banyak tugas."

Allen memandangi wajah Ajeea yang masih memerah. Ia menyukai warna merah alami wajah Ajeea. Jika saja ia tidak memikirkan slang infus dan oksigen, ia pasti sudah membuat ranjang rumah sakit ini berderit karena pergulatan mereka.

"Enggak ada yang mengizinkan kamu untuk ngerjain tugas-tugas konyol itu, Ajeea."

"Kakek kamu yang minta aku."

"Bahkan kakek gak bisa nyuruh kamu lagi sekarang." Ujar Allen seolah memperingati. Ia terlihat amat serius.

Ajeea mengulurkan tangannya untuk mengalungkan tangannya di leher Allen dan menariknya hingga Allen menunduk menghadapnya. "Kamu kelihatan lebih serius sekarang, Allen. Very anxious too. Aku rasa karena sekarang kamu banyak tanggung jawab, I don't know.

Tapi kayaknya kita harus mencairkan suasana sekarang."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Ajeea menarik leher Allen lebih dekat dan mencari bibir lelaki itu. Allen seperti lelaki yang bodoh di depan Ajeea sekarang. Ia membutuhkan waktu yang lama untuk memahami keinginan Ajeea.

Dari kecupan yang diberikan Ajeea, Allen tahu selain hasrat, Ajeea juga memasukkan rasa kecewanya. Kecewa karena mereka harus terpisah.

Tangan Ajeea naik ke rambut tebalnya. Ia meremas lembut rambut itu.

'Ajeea menginginkan hal yang lebih, Allen. Sama seperti Lo yang juga menginginkannya.' kata suara dalam hati Allen yang membuat tangannya mulai menyentuh dada Ajeea.

Ajeea menggigit bibir allen saat satu-satunya tangan nakal yang berhasil menerobos bajunya menemukan gundukan di dadanya itu.

"I want you inside me." Bisik Ajeea di bibir Allen.

Allen memperdalam kecupannya, mengungkapkan kalau dirinya juga menginginkan hal yang sama.

"Damn. I hate this." Decak Ajeea sambil menarik slang oksigen dari hidungnya. "Aku jadi susah nafas karena benda ini."

Allen tersenyum. Benar kata orang, hormon seorang wanita hamil memang sulit di tebak.
***

Allen benar-benar akan membuat ranjang rumah sakit itu berderit jika saja ia dan Ajeea tidak sadar kalau ada kehidupan lain di antara mereka berdua. Akhirnya, dengan ketidakrelaan, mereka harus puas bermain dengan bibir mereka.

"Kamu buat aku gila, Ajeea." Ucap Allen frustasi.

Ajeea tahu sesuatu dalam diri Allen sudah terbangun karena ulahnya namun mereka terlambat menyadari anggota baru di hubungan mereka.

"Aku mau pulang, Allen."

Allen menghentikan aktifitasnya yang sedang membantu Ajeea mengancingkan kembali baju rumah sakit Ajeea karena ulahnya.

"Kita baru aja bahas masalah ini."

"Setelah jadi direktur utama, kamu jadi bodoh." Jawab Ajeea kesal. "Aku mau pulang ke apartemen di Jimbaran. I hate this place, Allen."

"Dokter bilang kamu harus di sini dalam beberapa hari, aku pingin kamu dan anak aku baik-baik aja, Jea."

Ajeea mengerutkan bibirnya. Ajeea yang biasanya tampil sempurna menjadi amat lucu dan menggemaskan sekarang.

"Gimana dengan pekerjaan aku?"

"Denger ya, Ajeea sayang. Aku punya ribuan staf yang siap melanjutkan tugas kamu, hm?"

Ajeea diam tak menjawab.

Allen kembali menghela napas. Meskipun sudah menjadi wanita hamil, sifat bawaan keras kepalanya tidak berubah.

"Aku gak ngizinin, Ajeea." Itu adalah ultimatum yang diberikan Allen.

Ajeea masih saja diam tak bergeming.

"Can you hear me?" Tanya Allen sambil mengecup wajah Ajeea. "Jangan diemin aku, Ajeea. I'll be crazy kalau kamu lakuin itu."

"Foolish."

Allen tersenyum mendengarnya. "I  just want to safe you."

"Aku gak sabar nunggu kamu kuat, Ajeea. Aku.." Allen tidak melanjutkan kata-katanya karena dari tatapan yang diberikan Ajeea, ia tahu wanitanya itu sangat pintar hingga mengerti arah pembicaraannya.

"No, Allen. Aku rasa kamu harus puas bermain sendirian, tanpa aku karena sekarang aku menghukum kamu karena kamu enggak ngizinin aku pulang ataupun melanjutkan pekerjaan aku."

Allen terdiam mendengar nada dingin dalam suaranya. Terlebih dari itu, ia terdiam karena ucapan Ajeea yang mengatakan kalau dirinya akan melakukan hal itu sendirian. Tanpa Ajeea.

"But, Jea. I'm really Miss you." Jawab Allen sama Solah seperti anak kecil yang tidak jadi dibelikan mainan.

"Enggak dengan aku ataupun wanita lain. Kalau kamu lagi ingin, kamu harus melakukannya sendirian."  Kini tidak hanya Allen yang bisa memberikan ultimatum.
***

*Bersambung*

Halloaaaaaaaaa hayuuu setelah baca teken bintangnya yaaaa!

INILAM(lagi)💞💞

Ajeeallen's RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang