BAB 8

9.1K 610 12
                                    

Tiga Minggu lagi telah berlalu dan tanpa di sadari Allen maupun Ajeea, mereka semakin dekat seiring berjalannya waktu. Perlahan Ajeea mulai membuka pintu-pintu hatinya pada Allen tanpa ia sadari.

"Great, man! Lo emang selalu berhasil menangin hati cewek." Decak Reno saat mereka bertemu di lobby.

"Apaan? Siapa yang Lo maksud?" Tanya Allen bingung. Ia memilih untuk duduk di sofa lobby sambil mengurut pelipisnya. Ini masih terlalu pagi untuk masuk ke dapur.

Sementara Reno dengan tidak sabar duduk di sebelahnya "ya siapa lagi kalau bukan Ajeea, dewi Fortuna-nya Four Seasons? " Jawab Reno sambil menoyor kepala Allen.

"Tapi ya Len, gue saranin Lo harus gerak cepat. You know dia punya daya tarik tersendiri. Udah ya, gue mau ngantor dulu. Mau ketemu sama calon–istri–belum–peka gue." Jelas Reno sembari berdiri dan meninggalkan Allen.

Allen tidak menjawab maupun mengangkat wajahnya untuk melihat kepergian Reno. Hatinya tergelitik dengan kalimat Reno tadi 'you know dia punya daya tarik tersendiri.'

Reno benar, Ajeea memiliki daya tarik tersendiri tanpa di sadari oleh gadis itu karena Ajeea terlalu bersikap biasa pada dirinya.

Selama ini, Allen tak pernah lebih dulu mengungkapkan perasaannya pada wanita. Ia hanya menunggu dan membaca respon mereka yang seluruhnya menginginkan hubungan yang lebih dengannya. Meskipun dari hubungan itu, ia hanya mau tubuh mereka.

Allen terlalu percaya diri selama ini. Ia terlalu percaya diri dan menganggap bahwa setiap wanita akan datang dan bertekuk lutut kepadanya tapi di hadapan Ajeea, untuk pertama kalinya, ia merasa tidak tampan dan tidak menarik karena Ajeea sama sekali tidak menunjukkan ketertarikannya pada dirinya.

Sesungguhnya Allen merasa takut. Ia takut salah langkah, ia takut Ajeea tidak memiliki perasaan yang sama dengannya dan ia takut ketika ia mengungkapkan perasaannya, itu akan membuat kecanggungan dalam hubungan mereka.

Sikap Ajeea yang 'terlalu biasa pada dirinya sendiri' lah yang membuatnya seperti ini. Ajeea adalah jenis wanita yang sangat baru dalam hidupnya. Ajeea begitu bersikap biasa meskipun tanpa ia sadari, ia mampu membuat orang yang memunggunginya pun berbalik karena pesonanya.

Ajeea berbeda dari wanita-wanita yang haus akan pujian yang pernah ia kenali padahal Ajeea berhak menerima lebih dari sekedar pujian.

Tapi ia dan Ajeea tidak bisa seperti ini, ia tidak bisa membiarkan hubungan mereka jalan di tempat seperti ini.
***

Ajeea tengah berkutat dengan laptopnya ketika ia mendengar suara telepon.

"Ya, Risa?" Ucap Ajeea saat ia mengangkat panggilan telepon ruangannya.

"Bu ada telepon dari kitchen. Bisa saya sambungkan ke ibu?"  Ucap Risa.

Ajeea mengerutkan alisnya. "Siapa yang telepon, Ris?"

"Dari chef Allen, bu."

"Oh. Ok sambungkan ke saya ya."

Tak lama kemudian, suara Risa di gantikan oleh suara seorang lelaki dengan warna suara dalam dan tegas.

"Jea? Are you okay?"

"Yes, aku lagi kerja di ruangan aku. Kenapa? Kok kamu gak telepon hp aku aja? Urgent?"  Jawab Ajeea. Tak biasanya Allen meneleponnya di jam sibuk seperti ini. Lewat telepon kantor pula.

"Aku sudah telepon kamu. Tapi gak kamu angkat." Gerutu Allen. Mau tak mau ia tertawa mendengarnya. Allen yang biasanya sopan dan dewasa bisa bersikap seperti ini.

Ajeeallen's RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang