BAB 29

5.9K 426 0
                                    

"ALLEN?" Panggil Ajeea.

Ia gugup. Apakah Allen masuk ke dalam kategori lelaki  yang tidak bertanggung jawab?

"Kita akan ketemu besok, Ajeea. Aku bakalan ke Jimbaran sebelum kamu bangun pagi nanti." Jawab Allen lalu mematikan sambungan telepon.

Ia langsung bergegas menuju ke ruangannya lagi dan berdiri di depan meja Junar.

"Pak, maaf saya tadi tidak bermaksud untuk bicara dengan Bu Ajeea. Saya hanya—"

"Kita bisa bicarakan itu nanti, Junar. Saya akan terbang ke Jimbaran besok. Tolong cancel setiap meeting untuk tiga hari ke depan." Potong Allen.

"Apa Bu Ajeea baik-baik saja, pak?" Tanya Junar.

"Dia sedang tidak baik-baik saja. And I will  go to see her."

"Baik, pak. Saya akan mengurus segala sesuatunya selama bapak pergi." Jawab Junar.
***

Seorang lelaki dengan segala kharisma dan tak lepas dari lirikan mata setiap wanita berjalan menyusuri koridor sepi di rumah sakit Siloam yang berada di Kuta itu.

Ia akan menemui direktur utama rumah sakit ini. Ia akan memastikan kalau adiknya akan aman dan tidak ada yang akan meliput keadaan Ajeea. Ia akan menepati janjinya untuk tidak membiarkan siapapun mengetahui hal ini.

Setidaknya ia akan berusaha untuk memperlambat berita ini sampai ke telinga neneknya.

Ia berhenti di sebuah ruangan dan mengetuk pintunya sebanyak tiga kali.

Seorang lelaki seusia ayahnya membuka pintu. "Pak Erren? Silakan masuk." Ajak lelaki itu.

Erren menganggukkan kepalanya dan masuk bersama lelaki itu.

"Perkenalkan saya Marko. Saya adalah direktur utama dari rumah sakit ini. Saya sangat tersanjung saat tahu kalau bapak akan menemui saya." Marko menjabat tangan Erren saat mereka sudah duduk.

"Saya juga senang bisa bertemu anda. Marko, saya tidak ingin membuang waktu, kita sama-sama sibuk.

Saya sudah mentransfer dana untuk pembangunan di rumah sakit ini dan sudah di pastikan dana itu sudah dipergunakan. Saya ingin mengajak anda untuk melakukan perjanjian.

Saya sudah memberi bantuan kepada rumah sakit anda dan sebagai imbalannya, anda harus merahasiakan keadaan adik saya yang sedang di rawat di rumah sakit ini. Kunci setiap mulut staf anda, saya tidak ingin kabar adik saya keluar dari dinding rumah sakit ini.

Saya juga menginginkan penanganan terbaik untuknya dan anaknya. Jika anda tidak bisa melaksanakan bagian anda, saya pastikan anda akan menyesal."

Marko menaikkan alisnya saat Allen mengucapkan kalimat terakhirnya. Usianya jauh berbeda dengan. Erren namun anak muda ini memiliki aura mengintimidasi yang kuat.

"Anda sudah melakukan bagian anda tanpa sepengetahuan saya."

"Karena anda ternyata tidak pernah memantau semuanya secara mendetail. Terimakasih atas kesepakatan ini. Saya  Permisi."
***

Erren kembali memasuki ruangan rawat Ajeea. Adiknya itu sedang tidur. Slang infus dan alat bantu pernafasan masih terpasang di tubuhnya.

Ia duduk di kursi sebelah ranjang Ajeea. Di seberangnya ada Risa yang juga tidur dengan posisi duduk dan kepalanya diletakkan ke sisi ranjang Ajeea.

Ia mengusap lembut dahi Ajeea, membuat adiknya itu membuka matanya.

"Kak?"

"Sudah merasa lebih baik?" Tanya Erren.

Ajeeallen's RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang