ALLEN diam setelah Ajeea selesai mengucapkan hal itu lima menit yang lalu. Kini fokusnya tidak lagi pada tubuh Ajeea yang amat ia rindukan.
Matanya mencoba menemukan mata indah Ajeea yang selalu memancarkan kecerdasan, mencari kebenaran dari semua ucapannya namun ia tidak bisa mendapatkannya karena Ajeea sama sekali tidak meliriknya.
Ia sama sekali tidak mendapat pandangan Ajeea.
Allen tahu, semua itu hanya apa yang keluar dari bibir Ajeea, buka ungkapan yang menyatakan isi hatinya tapi ia lelaki dan harga dirinya sudah direndahkan ke titik yang paling rendah karena kalimat itu.
Jika lelaki lain yang berada di posisinya dengan kadar cinta yang berbeda, lelaki itu pasti akan segera berbalik meninggalkan Ajeea. Tapi apa yang Allen lakukan?
Ia hanya diam tidak bisa berkata apa-apa. Ia seperti seorang pengecut yang malu melangkah dan sungkan untuk berbalik.
Ia amat mencintai Ajeea, itulah alasan mengapa ia tetap diam memaku di tempatnya berdiri sekarang.
Harusnya ia tidak diam seperti ini, harusnya ia menghampiri Ajeea dan menatap matanya, mencari kebenaran yang Ajeea sembunyikan.
"Silakan pergi. Aku capek mau tidur." Ucap Ajeea pada akhirnya sambil meletakkan mangkuk salad buahnya dan beranjak pergi menjauhi Allen.
"Kamu yakin dengan ucapan kamu?"
Langkah kaki Ajeea terhenti mendengar ucapan lelaki itu, entah mengapa hatinya terasa begitu pedih.
Jangan lemah, Ajeea. Jangan melakukan kesalahan dengan ngasih harapan ke Allen. Jangan ngasih tanda kalau kamu menginginkan Allen. Ucap Ajeea dalam hatinya.
Sisi lain dalam hatinya berteriak, ingin mengatakan jika ia sangat berbohong dengan ucapannya dan ingin berbalik memeluk Allen, mencari ketenteraman pada lelaki itu.
sementara satu bagian lain lagi dalam hatinya kembali merasa kecewa.
Kecewa karena sepertinya Allen tidak akan melakukan pencegahan apapun. Ia kecewa karena titik di lubuk hatinya ingin Allen mencegahnya pergi.
Ia sadar akan keegoisannya. Ia ingin Allen pergi dari hidupnya namun ia tidak rela Allen beranjak pergi.
Sakitnya cuma sebentar. Setelah Allen benar-benar pergi dan aku mulai terbiasa, semua bakalan baik-baik aja. Ajeea berusaha menguatkan hatinya.
Ajeea mengatur napasnya agar ia lebih tenang dan punggungnya tidak terlihat kaku di hadapan Allen karena ia sudah memunggungi lelaki itu. Ia bersyukur atasnya karena ia tidak perlu menatap Allen yang pasti akan membuatnya menangis tersedu-sedu.
"Aku gak pernah bercanda dengan ucapan aku."
Tapi sekarang aku berbohong.
"Aku akan memulai hidup aku yang baru sebentar lagi."
Tapi aku pasti akan terus dihantui masa lalu aku.
"Aku percaya kalau aku akan menemukan dia, yang akan membahagiakan aku dan anak aku."
Aku gak akan mencintai lelaki lain lagi karena aku sudah memberikan semua cinta aku ke kamu.
"Jadi aku mohon pergi."
***
Ajeea berlari menuju kamarnya dan segera mengunci pintu.Ia menyandarkan dirinya di balik pintu, menahan rasa sakit pada hatinya.
Sakit karena telah menyakiti Allen, sakit karena ia membohongi diri sendiri, sakit karena ia sama sekali tidak bertindak dewasa.
"Kamu sudah melakukan semuanya sejauh ini, Ajeea." Bisik Ajeea pada dirinya sendiri.
Ia melangkah meraih ponselnya yang terletak di atas nakas dan menelepon neneknya.
"Ya, Ajeea? Apa kamu baik-baik saja?" Ucap neneknya dari seberang sana.
"Nek, Ajeea siap untuk pergi ke luar negeri." Ucap Ajeea sebisa mungkin terdengar yakin.
Sementara di ujung sana, Ariana Darmandira menutup buku yang sedang ia baca dan memfokuskan seluruh perhatiannya pada Ajeea.
"Jangan bodoh, Ajeea." Ariana menghela napas.
"Baiklah. Nenek ingin jujur dengan kamu. Sebenarnya nenek sama sekali tidak ingin kamu pergi ke manapun juga. Ini hanya sebuah opini agar kamu berpikir untuk kebaikan anak kamu."
"...."
"Nenek ingin kamu berpikir, jika kamu pergi ke luar negeri, bagaimana dengan masa depan anak kamu yang sama sekali tidak akan memiliki nama belakang ayahnya? Bagaimana perasaannya, Ajeea? Saat teman-temannya nanti bangga menyebutkan siapa ayahnya dan anak kamu hanya bisa diam."
"...."
"Setelah mengetahui hal ini, sekarang kamu ingin kemana, Ajeea? Kamu tidak bisa selalu bersembunyi dari kenyataan dan membohongi diri sendiri hanya demi sebuah ego. Kamu tidak bisa hidup karena ego, mengerti?"
***Allen berjalan di pantai Jimbaran yang memiliki pasir amat lembut yang menggelitik telapak kaki telanjangnya. Ia memilih berjalan di pantai menunggu sun set tiba untuk merenungkan apa yang terjadi hari ini.
Jika saja ia berpikir lebih cepat untuk menyadari apa yang seharusnya menjadi prioritasnya, semuanya tidak akan seperti ini.
Memang ini salahnya, meninggalkan Ajeea di Bali sendirian dengan kenyataan kalau dirinya hamil padahal Ajeea amat membutuhkannya di saat-saat seperti itu.
Ia memang bodoh.
Tapi sekarang bukan saatnya untuk merutuki apa yang sudah terjadi ataupun mencoba untuk menghukum diri.
Sekarang, ia harus berpikir bagaimana mendapat maaf dari Ajeea dan tidak menyia-nyiakan Ajeea lagi.
Garen mengatakan kalau batu tidak bisa melubangi batu lain tanpa membuatnya pecah. Memang seperti itu karena batu sama-sama memiliki tekstur yang keras.
Ajeea memang keras kepala, dan Allen merasa kalau dirinya memaksa ingin mendapatkan maaf dari Ajeea.
Itulah kesalahnya, ia tidak bisa memaksa Ajeea.
Tapi air yang tidak dapat memecahkan apapun bisa melubangi batu yang keras.
Siapa yang tidak tahu filosofi itu? Tapi skelai lagi, Garen tidak hanya memberi sebuah perumpamaan. Lelaki itu pasti menyiratkan sesuatu dalam ucapannya.
Lama sekali ia merenungkan ucapan Garen itu hingga akhirnya, pada saat garis-garis berwarna oranye mulai terlihat dan terputus-putus oleh awan, saat sebuah benda bulat berukuran raksasa berada di ujung lautan di hadapannya mulai turun menghilang,
Barulah ia mengerti apa maksud dari ucapan ayah Ajeea. Bahwa untuk mendapatkan sesuatu, terkadang sesekali kita harus merelakan dan membiarkan semuanya terjadi begitu saja.
Ia harus merelakan.
Meskipun pada akhirnya nanti, ia tidak mendapatkan titik akhir yang sama dengan yang Ajeea tuju, ia harus merelakan.
Allen mengalihkan perhatiannya dari matahari yang sudah tinggal separuh karena ponsel di sakunya berdering namun dering di ponselnya terhenti saat Allen akan membaca sapa si penelepon.
1 missed call. Tulisan itu tertera di layar ponselnya dan ia segera tersenyum saat melihat siapa yang tadinya berniat untuk menelepon.
"Kamu selalu memutar balik dunia aku." Ucapnya di sela senyum yang mengembang seiring pergantian hari yang mulai menggelap.
***TAMAT
YEEEAAAAPPP. TAMAT. BERAKHIR. SELESAI.
gantung, ya? Sebenarnya enggak. Nanti di worknya Erren akan ada penyelesaian dari kisah mereka. Tunggu aja.
Tunggu aja.
Tunggu aja.
Tunggu aja.
TAPI JANGAN LUPA VOMMENT YA!
With love,
INILAM PUNJABI 🖤♥️🖤♥️💞💞

KAMU SEDANG MEMBACA
Ajeeallen's Role
RomanceAjeea Milly Darmandira tidak pernah memiliki pemahaman tentang konsep pernikahan. Namun bukan berarti ia tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki. Ia hanya tidak mengerti bagaimana bisa seseorang memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang ia...