12

806 173 4
                                    

Ini masih hari yang sibuk seperti biasanya. Halte bus sudah ramai sepagian ini. Didepan sana aku melihat beberapa orang dengan tampilan formal sedang menenteng beberapa map, ada beberapa dari mereka sedang membaca entah apa diponselnya. Lalu disebelahku ada beberapa siswa dengan seragam sekolah sedang saling bercanda. Mereka kelihatan tidak punya beban, tapi siapa yang tau apa yang mereka lalui dan rasakan. Masa remaja itu masa-masa rawan, dimasa itu kita pasti pernah merasakan patah hati, putus asa, kekecewaan, perasaan takut dikucilkan dan hal-hal lain yang mengganggu.
.
.
Bus datang tidak lama setelah itu. Walaupun hari ini ramai tapi masih ada beberapa kursi kosong jadi aku tidak perlu berdiri.
Setelah memutuskan untuk duduk dikursi paling ujung dekat jendela aku mengeluarkan handphone dan mencari game, aku tidak tau harus melakukan apa untuk membunuh waktu.

Saat sampai dirumah sakit, aku bisa mendengar suara mesin cetak dibagian pendaftaran, beberapa orang sedang menanyakan ruangan kerabatnya dibagian informasi, suara perawat yang menjelaskan entah apa pada pasien. Semua orang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Saat aku masuk kedalam ruangan aku hanya menemui Seulgi unnie. Apa yang lain belum datang ?

Aku menghampirinya setelah lebih dulu meletakkan barang-barang bawaanku. Dia menarikku mendekat dan mulai menanyakan banyak hal tentang apa saja yang kukerjakan selama disini. Kurasa Jimin oppa benar, Seulgi unnie orang yang menyenangkan. Aku merasa nyaman mengobrol dengannya.
.
.
"Seulgi-a, kau terlihat pucat. Apa kau baik-baik saja ?" Aku menoleh saat mendengar suara Jimin oppa. Kulihat dia sedang meraba kening Seulgi unnie yang kelihatan sedikit pucat. Seulgi unnie menggeleng sambil menyingkirkan tangan Jimin oppa dari keningnya dan mereka berpegangan tangan setelah itu. Aku memilih fokus pada pekerjaanku setelahnya, entah kenapa aku tidak suka melihat mereka sedekat itu.

Setelah 15 menit, Jimin oppa masih saja berdiri didepan meja Seulgi unnie dan mereka masih berpegangan tangan. Setelah itu yang lain mulai menghampiri meja Seulgi unnie dan menanyakan apakah dia baik-baik saja. Aku merasa kecewa entah karena apa, aku juga merasa sedikit iri karena dia mendapatkan banyak perhatian dari yang lain padahal dia baru saja bergabung.

'kenapa kau jahat sekali Park Sooyoung. Wajar saja yang lain memperhatikannya, itu karena dia sedang sakit. Lebih baik kau hentikan pikiran burukmu dan lanjutkan pekerjaanmu'
.
.
Hari ini pekerjaanku tidak sebanyak biasanya, pasien-pasien yang kami layani hari ini juga baik-baik. Tidak ada yang mengomel dan marah-marah seperti kemarin.

Ruangan sudah kosong saat aku selesai melayani pasien terakhir hari ini. Aku tidak tau yang lain pergi kemana, kurasa mereka sedang makan siang. Hanya bau obat yang tertinggal diruangan ini.

Karena tidak tau harus melakukan apa, aku memutuskan untuk menelpon Jennie. Pada deringan ketiga dia mengangkat panggilanku.

"Yo Sojoy bagaimana kabarmu ?" aku terkekeh mendengar suaranya.

"aku baik Jenn" kudengar Jennie mendengus setelah mendengar jawabanku.

"seharusnya aku tidak menanyakan kabarmu. Kau selalu mengatakan kau baik-baik saja walaupun kau tidak"

"Aku baik Jenn, tidak usah khawatir"

"ya ya ya. Kau tidak sedang bekerja ?"

"kebetulan pekerjaanku sudah selesai, aku hanya menunggu waktu pulang saja sekarang. Apa kau sedang sibuk ?"

"tidak juga. Oh ya, kurasa kau punya hutang cerita padaku" aku yakin Jennie pasti sedang memincingkan matanya sekarang.

"bukan hal penting, jadi lupakan saja" kataku sambil meringis dan menggaruk keningku

"menurutku itu hal yang penting, Jadi cepat ceritakan padaku"

"Park Jimin" aku hanya mengatakan itu, dan setelahnya hening. Jennie tidak merespon dan aku tidak tau harus mengatakan apa lagi.

"Park Jimin ? Lalu apa ? Kau hanya memberi tahu namanya padaku ? tidak berniat menceritakan yang lain ?" aku sedikit menjauhkan ponsel saat suara teriakan Jennie menyakiti telingaku

"tidak perlu berteriak seperti itu juga, kau bisa membuatku tuli"

"sudahlah. cepat ceritakan, aku sudah penasaran"

"Dia benar-benar baik, dia selalu ada disaat aku sedang dapat masalah. Aku sedang membicarakan Park Jimin ngomong-ngomong"

"iya aku tau. Lalu ?"

"apa ?" kudengar Jennie menghembuskan nafasnya diseberang telfon. Haha kurasa kekasih kesayangan Lee Taeyong ini sudah mulai kehabisan kesabaran.

"aku sudah menahan rasa penasaranku dari jauh-jauh hari dan kau hanya mengatakan hal tidak penting seperti itu ?"

"bukankah tadi kau bilang ini hal penting ?" aku buru-buru menyela sebelum Jennie benar-benar marah

"kau tau Jenn, entah kenapa aku merasa diperlakukan spesial olehnya. Disaat aku butuh teman dia selalu disana, disaat aku butuh penolong dia juga pasti selalu ada. dia mengajariku banyak hal. Dia selalu menyempatkan waktu untuk mengirimiku pesan atau menelpon padahal kami baru saja bertemu dan besoknya akan bertemu lagi. Aku suka saat dia mengusap kepalaku atau mencubit pipiku" aku bercerita panjang lebar sambil tersenyum mengingat semua perlakuan Jimin oppa

"bisa jadi dia menyukaimu" aku menggigit bibirku mendengar perkataan Jennie, entah kenapa perutku rasanya bergejolak.

"entahlah. Dia memang punya kepribadian baik, jadi mungkin saja dia seperti itu karena ingin membantu rekannya yang sedang kesusahan"

"kalau dia hanya sekedar membantu rekan kerjanya yang sedang ada masalah, kurasa dia tidak akan sampai menelpon atau mengirimimu pesan lagi setelahnya." aku hanya bergumam mendengar penjelasan Jennie

"lagipula seorang teman tidak akan saling mencubit pipi atau mengusap kepala seperti yang dia lakukan"

"tapi Taehyung sering melakukannya padaku"

"kau masih memikirkan si menyebalkan itu ? biarkan dia hidup didunianya sendiri"

"Taehyung itu bagian dari duniaku Jenn"

"terserahmu saja. Apa jangan-jangan kau sebenarnya tidak suka dengan perlakuan si Jimin Jimin itu. Tapi karena kau terlalu lama ditinggal Taehyung, kau jadi terbawa perasaan begini padanya"

"aku tidak mengerti maksudmu"

"sudahlah. Lupakan urusan Taehyung sejenak, kenapa kau tidak mencoba fokus pada Jimin saja ?"

"kau berbicara seperti Jimin benar-benar menyukaiku saja"

"itu bukan hal yang tidak mungkin Joy"

Kami berbicara banyak hal kali ini, hampir 1 jam kami mengobrol ditelpon dan teman-teman kerjaku belum ada yang kembali.

aku mengakhiri panggilanku dengan Jennie saat dia bercerita tentang kepindahan Taehyung ke Seoul, dia mengetahuinya dari Taeyong. Jennie bilang 2 laki-laki tampan itu bertemu di Tokyo dan Taehyung menceritakan tentang rencana kepindahannya. Ngomong-ngomong mereka berdua itu teman baik. Teman Taehyung yang membuatku nyaman kupikir hanya Taeyong.
.
.
Bolehkah aku merasa kecewa pada Taehyung ? kenapa semua orang diberi tau tentang kepindahannya jauh-jauh hari ? sedangkan dia baru mengatakannya padaku 1 hari sebelum dia bekerja ditempat yang baru ?

Entah kenapa aku merasa ditinggalkan.

-----

Makasih buat yang sempatin baca, vote ama komen. Awalnya gue iseng-iseng aja bikin ini cerita, tapi waktu tau kalau ada yang vote senangnya minta ampun. hahahaha

btw, maaf kalau ceritanya makin amburadul dan gak jelas. Sekali lagi makasih buat teman-teman yang sempatin baca.

 ANNOYING WORLD 《COMPLETED》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang