24. Bercerita

2.5K 140 0
                                    

"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Ikmal yang kini sedang duduk dikursi yang ada ditaman bersama Bintang.

"Kamu tau gak kenapa aku tinggal sendiri?" Tanya balik Bintang menatap kedepan. Sedangkan Ikmal menatap Bintang dari samping.

"Enggak. Kamu kan gak pernah cerita"

"Mau dengerin cerita aku?"

"Kalo itu cuma bikin kamu sakit. Gak usah. Tapi kalo itu bikin kamu tenang. Cerita aja aku siap dengerinnya"

Bintang tersenyum tipis mendengar penuturan Ikmal. Sungguh pacar yang pengertian. Tapi bagaimana pun ia harus memberitahu Ikmal tentang dirinya. Sebelumnya Bintang menarik nafas panjangnya.

"Semua berawal dari Mommy aku yang meninggal karena dibunuh oleh Daddy dan selingkuhannya. Waktu itu kejadiannya dihalaman depan rumah aku. Aku ngintipin mereka didekat pintu utama. Aku ngeliat gimana Mommy aku menghembuskan nafas terakhirnya. Dengan darah disekitar tubuhnya. Dengan pisau yang tertancap didada kirinya. Aku langsung lari kearah Mommy aku yang udah tergeletak ditanah. Aku teriakin nama dia dengan semua suara yang aku punya. Tapi mata Mommy tetep merem. Saat aku tau Mommy gak bakal bangun lagi. Aku nyerang Daddy. Aku mukulin dia. Tapi karena waktu itu aku masih kelas 8 SMP. Jadi tenaga aku gak sebesar sekarang. Daddy diam. Dia gak balas pukulan aku. Aku emosi Mal. Liat orang yang disayang disakiti didepan aku sendiri. Jujur aku gak bakal tinggal diam. Setelah puas mukulin Daddy tanpa Daddy balas. Aku langsung nyerang selingkuhannya yang aku tau sahabat Mommy sendiri. Aku mukul perut dia. Aku sampe nyakar leher dia dan membekas. Saat Daddy tersadar kalo aku nyerang selingkuhannya. Dia langsung bawa aku ngejauh dari selingkuhannya yang udah nangis histeris"

Ikmal melihat sorot mata yang tersiratkan kesedihan. Kemarahan. Dan penuh dendam. Bintang terhenti sejenak. Ia menundukkan kepalanya. Ia menahan air mata yang sudah akan keluar. Ikmal mengusap punggung kecil Bintang memberi kekuatan untuknya.

"Aku punya dua abang. Satu dia udah nikah. Makanya saat kejadian itu dia gak ngeliat secara langsung. Yang kedua. Dia tinggal di Prancis sama grandma dan grandpa. Mereka gak percaya sama aku kalo Mommy meninggal karena dibunuh. Mereka malah bilang kalo itu cuma kecelakaan. Aku marah. Sampe aku pernah mau bakar rumah selingkuhannya. Tapi gagal karena Daddy udah tau rencana aku. Dan 2 bulan setelah Mommy meninggal mereka mutusin buat menikah. Aku tambah marah Mal. Pas pra acara nya. Aku berusaha gagalin pernikahan mereka. Tapi usaha aku gagal juga. Karena abang pertama aku yang nyegah. Dan terjadilah mereka menjadi keluarga baru. Saat dia satu rumah sama aku. Aku gak tinggal diem. Aku selalu berusaha buat dia celaka. Seperti numpahin sampo di toilet. Mutusin kabel rem mobilnya. Ngejatuhin lampu besar diatas kepalanya. Tapi tetep. Semua itu gagal! Karena Daddy selalu tau kalo aku bikin rencana buat nyelakain dia. Sampe akhirnya abang pertama aku bawa aku kerumahnya. Aku tinggal disana sampe lulus SMP. Setelah aku lulus SMP. Aku kabur dari rumah abang. Karena aku hampir bikin istrinya celaka. Tanpa sadar keinginan aku untuk mencelakakan selingkuhan Daddy terbawa ke alam mimpi aku. Sampe suatu malam aku dengan mata tertutup nyerang istri abang pertama yang lagi didapur. Untung abang aku yang baru pulang kerja langsung sadarin aku. Aku ngerasa bersalah banget sama dia. Makanya aku udah bertekad akan menjaga dia dari siapa pun yang bikin dia tersakiti. Sekalipun abang aku sendiri"

Bintang mengakhiri ceritanya dengan menahan air mata yang sejak tadi ingin keluar. Satu tetes air mata dipipi Bintang membuat Ikmal merasakan apa yang dirasakan Bintang. Tanpa mereka sadari ada sosok dibalik semak-semak yang sedang mendengarkan mereka.

"Kenapa waktu itu kamu gak kabur ke luar kota?" Tanya Ikmal dengan nada rendah.

Kalimat ini! Kalimat ini ia dengar untuk kedua kalinya! Pertama para sahabatnya yang bertanya. Sekarang kekasihnya.

"Setengah hati aku bilang buat pergi keluar kota. Tapi setengah hati lagi kayak gak rela gitu buat aku pergi dari kota kelahiranku"

"Kayaknya kamu harus jauhin dari kekerasan deh Bin"

"Enggak bisa" Bintang menoleh pada Ikmal yang kini menatapnya.

"Kenapa gak bisa?"

"Aku udah nyaman kayak gini. Sahabatan sama mereka"

"Aku gak nyuruh kamu buat jauhin sahabat kamu. Aku cuma mau kamu ngurangin yang namanya kekerasan. Dan aku bakal bikin kamu nyaman sama aku. Melebihi kamu nyaman dengan pergaulan bebas kamu itu"

"Emang bisa?"

"Bisa dong"

"Yakin?"

"Yakin"

"Kalo misal kamu gak bisa bikin aku nyaman. Gimana?" Ikmal terdiam sebentar.

"Kamu boleh hukum aku sepuas kamu"

Jawaban Ikmal membuat Bintang terkekeh geli. Menurutnya ucapan itu lucu didengar olehnya.

"Udah mau magrib. Pulang yuk" ajak Ikmal berdiri dari duduknya. Ikmal mengulurkan tangan kanannya pada Bintang. Bintang pun menyambut tangan kekar itu dengan senang.

Saat Ikmal dan Bintang akan melangkah. Mereka mendengar suara krasak-krusuk dibalik semak-semak.

"Suara apa itu?" Tanya Ikmal dibalas gelengan dari Bintang.

"Bentar aku cek" Bintang hendak melangkah kakinya menuju semak yang dimaksud.

"Gak usah. Paling itu kucing. Kita pergi aja" cegah Ikmal diangguki Bintang.

Sedang seseorang yang dibalik semak-semak bernafas lega saat mereka berdua pergi. Dan ia bersyukur pada lelaki yang ia tau Ikmal. Karena telah mencegah Bintang untuk mengeceknya.

"Maaf" lirih orang itu yang dibalik semak-semak.

----------

Ckckckckckck.....

Mana vote nya?????

Kasih napa😆😆

BINTANG [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang