79. Crazy

2.2K 125 29
                                    

"No! You are not crazy" Bantah Langit.

"Ya. Kamu tidak gila. Disini kita semua akan membantu kamu untuk melupakan semua yang sudah terjadi di masa lalu. Dan menghadapi phobia kamu terhadap barang yang bersangkutan dengan yang terjadi di masa lalu kamu" jelas Kin dengan baik.

"Aku tidak mau!" Jawab Bintang membuat semua orang menatapnya kaget.

"Why?" Tanya Jesie.

"Aku gak mau melupakan semuanya. Aku gak mau lupain Mom. Mom segalanya"

"Gak ada yang nyuruh kamu buat lupain Mom. Kita hanya ingin kamu menghilangkan trauma kamu dan menerima semua yang sudah terjadi" sahut Risa menatap serius Bintang.

"Apa bedanya? Kalian sama saja menyuruh aku buat lupain Mom. Dia tidak akan aku lupakan" balasBintang menahan air matanya yang akan keluar.

"Trus lo mau stuck disini seterusnya? Mau jadi apa lo? Lo harus belajar kontrol emosi dan gak gampang depresi" sambung Langit menatap tajam Bintang.

Kin menatap Langit dan yang lain lalu menggeleng. Memberi kode untuk tidak terlalu memaksa Bintang. Karena itu akan berpengaruh pada emosionalnya.

"Bintang" panggil Kin lembut membuat Bintang menoleh. "Apa kamu memiliki kekasih?" Tanya Kin membuat kening Bintang berkerut.

"Punya" jawab Bintang yang masih bingung.

Kin tersenyum senang mendengar jawaban Bintang. "Apa kamu menyayanginya?"

"Sangat. Dia bahkan segalanya untukku" jawab Bintang tersenyum membayangkan wajah Ikmal.

Wijaksana dan yang lain pun memperhatikannya dengan seksama.

Kin makin senang saat Bintang merespon ucapannya dengan baik. "Jika kamu tidak mau belajar kontrol emosi dan phobia kamu. Kamu bisa saja menyakiti dia atau orang lain. Apa kamu mau menyakiti dirinya?"

Senyum Bintang luntur seketika. "Tidak. Itu yang aku fikirkan sejak lama. Emosi aku tidak bisa dihentikan sebelum aku mendapatkan kepuasan" jawab Bintang dengan lesu.

"Kita bisa memulainya dari sekarang" ujar Kin dengan semangat.

"Baiklah"

•••

"Mal" panggil Luna pada Ikmal yang sedang duduk dikap mobil yang terparkir dihalaman sekolah dengan buku yang sedang ia baca.

Jam meunjukkan pukul 06.35 pagi. Ikmal sengaja duduk dikap mobilnya menunggu sang princes datang. Ikmal seperti biasa memarkirkan mobilnya dibawah pohon rindang supaya tidak terkena terik matahari.

"Iya?" Balas Ikmal mendongak.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Luna berdiri didepan Ikmal.

"Lagi nungguin Bibin. Biar barengan ke kelasnya"

"Kok nungguin? Aku'kan udah bilang. Kamu harus cuek ke Bintang. Biar keliatan dia beneran cinta apa enggak sama kamu"

"Tapi aku gak bisa cuekin Bibin. Kasian tau!"

"Gini yah. Kamu'kan udah liat video itu. Bintang tuh gak cinta sama kamu. Masa kamu mau sih diperbudak sama dia"

"Perbudak? Maksudnya?" Tanya Ikmal bingung.

"Apa pernah Bintang bilang cinta dan sayang sama kamu sebelum kamu liat video itu?"

"Enggak" jawab Ikmal lesu. Bintang memang belum pernah membalas perkataan cintanya. Karena setiap Ikmal berbicara bahwa dia mencintai Bintang. Bintang tidak membalas, dia hanya tersenyum tipis.

"Nah itu! Dia cuma mau pacaran sama kamu karena kasian. Trus karena kamu anak dari pemilik sekolah. Jadi dia bisa seenaknya disekolah"

"Terus aku harus gimana?"

BINTANG [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang