95. Fiance [End]

3.4K 151 18
                                    

Sudah dua minggu Bintang di rawat di rumah sakit. Tapi Bintang memaksa pada Wijaksana agar ia bisa keluar lebih cepat dari rumah neraka menurutnya.

Kini Bintang ada di ruang tamu mansion Wijaksana dengan paket komplit, alias seluruh keluarganya ada di sana. Tapi bukan hanya mereka. Ikmal dan kedua orang tuanya juga ada disana. Mereka bilang ingin menjenguk Bintang yang masih belum bisa berjalan. Ya, Akibat dari benturan yang Bintang dapat. Dia mengalami kelumpuhan sementara.

Pada saat mengetahui bahwa kakinya tidak bisa bergerak. Bintang hanya diam tanpa menangis atau menunjukkan rasa sedih. Walau hatinya menangis karena tidak bisa menaiki motor kesayangannya dalam waktu lama. Dia menyembunyikan rasa sedihnya dari semua orang. Terutama Ikmal dan Langit. Karena jika Ikmal tahu dirinya bersedih. Maka Ikmal akan merasa bersalah dan bersedih menyadari kesalahannya. Sedangkan jika Langit mengetahui kesedihannya. Tidak akan tanggung-tanggung Langit memberi bogeman pada Ikmal atau mungkin yang lebih parah mengusir Ikmal dari kehidupan meraka.

Ohh god itu tidak akan Bintang biarkan!

Sebab itu Bintang hanya tersenyum seolah menerima semuanya. Dia tidak ingin lebih! Dia hanya ingin selalu bersama Ikmal dan orang-orang tersayangnya.

"Sebelumnya kedatangan kita ke sini ada maksud tertentu, Wija" ucap Erlangga menatap Wijaksana yang berhadapan dengannya. Hanya sebatas meja tamu yang menghalangi jarak mereka. Sedangkan yang lain hanya menjadi pendengar dan penonton baik memperhatikan mereka.

Kecuali Ikmal dan Bintang. Sedari tadi mereka hanya menatap satu sama lain dengan senyuman manis dari kedua bibir mereka. Dan itu tidak lepas dari mata tajam Langit. Dia muak melihatnya! Kalau saja Bintang tidak mencintai Ikmal! Sudah sedari dulu dia membunuh Ikmal dengan tangannya sendiri.

"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Wijaksana penasaran.

Jangan tanya kenapa obrolan Erlangga dengan Wijaksana bisa akrab dan sesantai itu. Karena Wijaksana dan Erlangga sudah kenal lama. Sekedar bisnis tapi sering menghabiskan waktu berdua.

"Ya. Terjadi sesuatu dengan putra semata wayangku" jawab Erlangga menatap Ikmal penuh arti.

Bintang menggantikan ekspresinya menjadi khawatir menatap Ikmal. "You okey?"

Tapi yang Bintang dapat hanya senyuman lebar dari Ikmal. "I'm okey" jawab Ikmal tanpa melunturkan senyumannya.

Lalu Erlangga menatap Ikmal sambil menggangguk. Ikmal yang mengerti pun langsung menolehkan kepalanya penuh menatap Wijaksana dan Mira dengan serius.

"Jadi gini Om, maksud kedatangan saya ke sini. Saya cinta sama putri, Om. Saya ingin menjadikan putri Om sebagai pendamping hidup saya. Dan saya emang bukan orang kaya raya seperti Om yang sudah mendunia. Tapi saya janji. Saya akan selalu menjaga dan melindungi putri, Om. Dengan kemampuan yang saya punya. Kalo Om berkenan. Saya minta restu dari, Om. Saya ingin menikahi putri, Om" jelas Ikmal dengan tatapan yang mantap dan wajah yang serius tanpa celah.

Semua keluarga Bintang menatap kaget dengan kalimat terakhir yang diucapkan Ikmal.

"Menikah?" Cicit Wijaksana terkejut. Ikmal membalasnya dengan anggukan cepat. "Tapi kalian masih sangat muda. Apalagi kalian masih sekolah"

Ikmal menghelas nafas berat. Sudah dia duga akan mendapatkan ucapan seperti itu. Pandangan Ikmal beralih menatap Bintang yang masih shock. Lalu tatapannya kini jatuh pada sang Ayah.

"Aku juga sepemikiran sama kamu, Ja" sahut Erlangga santai. Berbeda dengan Ikmal yang kini duduk gelisah dan jantung yang berdegup kencang. Apa lamarannya akan di tolak? "Tapi putraku yang satu ini keukeuh ingin menikahi putrimu. Bahkan dia berniat kawin lari dengannya jika kalian menolak lamarannya" lanjut Erlangga dengan terkekeh geli di kaliamat terakhir.

BINTANG [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang