91. Ledakan

2.6K 149 35
                                    

"Cewek sialan yang jadi sahabat lo sekarang ini adalah cewek yang udah nabrak Raka. Waktu kita berdua lagi jalan ditrotoar. Awalnya mobil itu ngarah ke gue. Tapi Raka dorong gue yang akhirnya malah dia sendiri yang tertabrak"

Yah... Indhi pernah mendengar berita itu. Waktu itu dia masih smp kelas 3 terakhir. Tapi karena dia terlalu sakit hati dengan apa yang mereka lakukan. Indhi mengabaikan berita itu dan tanpa mau tahu lebih lanjut lagi.

"Bukan sepenuhnya kesalahan Bintang! Yang ngendarain mobil itu supir. Bukan Bintang! Dia gak tau apa-apa. Lagian itu sebuah kecelakaan. Supir itu juga udah meninggal. Dan bokap gue juga tanggung jawab sampai biayain semua kebutuhan Raka" bantah Langit dengan nafas ngos-ngos karena lelah berkelahi.

Langit tahu! Langit tahu cerita ini! Cerita waktu dia berada dipuncak ujian di Perancis mendapat kabar bahwa kembarannya kecelakaan. Saat itu Langit ingin sekali terbang pulang ke Indonesia untuk mengetahui keadaan Bintang yang sebenarnya. Tapi Langit harus tahan sampai ujian selesai.

Dan juga Langit tidak mengetahui korban kecelakaan itu. Karena menurutnya yang terpenting adalah keadaan Bintang. Yah... Seperti itulah manusia. Pasti mementingkan orang yang istimewa menurutnya. Tanpa memikirkan bahwa orang lain pun pasti memiliki orang istimewa bahkan sangat istimewa dan berakhir untuk dijaga.

"Tapi sama aja! Siapapun orang yang ada didalam mobil itu. Gue anggap sebagai pelaku!"

"BI! SADAR!!!!! LO HARUS LAWAN SEMUA!!! ITU HANYA MASA LALU!!! LO HARUS BANGKIT!!!! DEMI IKMAL!!!" Teriak Langit.

Langit kehabisan akal untuk membuat Bintang sadar. Namun, yang ada Bintang malah terus diam dengan memandang kosong. Jangan lupakan juga dengan lirihan sendu menyebutkan nama sang Mommy. Hingga akhirnya Langit teringat sesuatu yang mungkin bisa membuat Bintang tersadar. Dan perkiraannya tidak salah. Kini Bintang tersadar dan segera berdiri dari duduknya.

"Lo bikin Ikmal terluka" desis Bintang penuh amarah dibelakang Indhi.

Ikmal.

Satu nama terlintas dalam fikirannya. Fikiran yang tadi melayang ke tahun belakang sudah kembali pada tahun sekarang. Bintang mengingat jelas wajah Ikmal yang penuh lebam. Dan itu semua karena Luna. Dia juga terlibat dalam hal ini.

Indhi segera menoleh menatap Bintang yang kini sudah berdiri dan menatap tajam Luna. Saat Indhi lengah, Luna segera menarik pisau itu membuat Indhi meringis kesakitan.

Melihat hal itu Bintang segera maju dan menendang tangan Luna yang memegang pisau. Pisau itu terlempar jauh dari jangkauan Luna. Tanpa membuang waktu Bintang menyerang Luna membabi buta. Luna pun tak kalah membabi buta. Dia melawan serangan Bintang dan terus melawan.

Emosi keduanya sangat memuncak. Keduanya memikirkan hal yang sama! Yaitu orang yang dicintainya! Mereka tanpa kenal lelah terus saling menyerang dan saling menjatuhkan. Mengabaikan rasa sakit fisik dan batin mereka.

Tidak jauh berbeda dengan keadaan mereka berdua. Anggota Awars dan Bloods saling menyerang. Mereka menginginkan sebuah kemenangan. Tidak ada yang diam saja saat seperti ini! Semua orang berkelahi kecuali dia. Toni yang sudah tergeletak tak bernyawa diatas tanah. Semua orang melupakan bahwa disana ada orang yang baru saja menghembuskan nafas terakhirnya.

Luna terpental jauh karena tendangan Bintang. Saat Bintang akan menghampiri Luna untuk kembali menyerang. Luna lebih dulu bangkit dan berlari menghindari Bintang.

"LO GAK BISA LARI, BANGSAT!" Teriak Bintang emosi melihat Luna masuk ke dalam mobil berwarna putih yang terparkir didekat kejadian perang.

Tanpa banyak berfikir Bintang segera memasuki mobil sport yang terparkir disana. Mirip mobil Ikmal. Batinnya.

BINTANG [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang