84. Berubah

2.3K 136 12
                                    

Seperti biasa kini Bintang menampilkan wajah datar, aura kekuasaan, dan mata tajam saat berjalan di lorong untuk masuk ke kelasnya. Jam menunjukkan pukul 06.45 pagi. Ia berjalan dengan pandangan lurus ke depan tanpa memperhatikan sekitar diikuti para sahabatnya yang lain.

Entah mengapa keadaan sekarang sangat berbeda dirasakan oleh semua murid. Aura yang terpancar dari seorang Bintang kembali seperti aura Bintang terdahulu sebelum berpacaran dengan Ikmal. Auranya sungguh membuat semua orang segera menyingkir dari pandangan.

Terlebih sekarang di depan Bintang terdapat Ikmal yang berjalan berlawanan arah dengannya. Membuat pandangan mata keduanya tidak terhindarkan. Namun, yang berbeda sekarang adalah tatapan Bintang. Ya! Tatapan Bintang tidak binar seperti sebelumnya ketika bertemu Ikmal. Kini tatapan Bintang biasa saja. Bahkan menatap Ikmal hanya sekilas seakan Ikmal itu orang lain.

Ikmal pun menatap Bintang bingung dan...takut. Bukan takut dipukul atau di tendang. Tapi takut jika Bintang kembali mengejarnya dan meminta waktu untuk menjelaskan. Tapi, setelah dilihat bahwa Bintang berjalan biasa saja. Ikmal yakin kini Bintang tersadar bahwa perjuangannya hanya sia-sia! Karena sampai kapapun Ikmal sudah tidak percaya lagi pada Bintang. Luna pernah bilang bahwa Bintang orang yang sangat licik dan cerdik. Maka dari itu Ikmal berusaha mati-matian untuk menjauhi Bintang. Meskipun hati tidak menginginkan hal itu.

Duk

Brak

"Aw..."

Deg!

Suasana yang tadinya sedikit ramai menjadi hening seketika. Mereka semua menatap Ikmal yang kini tersungkur dilantai dengan kening sedikit berdarah. Bintang dan yang lain langsung menghentikan langkahnya saat melihat Ikmal yang berjarak 5 meter darinya terkena bola basket mengakibatkan Ikmal terjatuh dan tepat sekali keningnya mengenai tembok kelas.

Ikmal meringis kesakitan dan merasa pening di kepalanya. Tapi bukan itu yang dia fikirkan sekarang! Dia menatap Bintang yang kini juga menatapnya. Hingga tatapan Bintang beralih pada pelaku pelempar bola yang dilanda rasa takut setelah tahu siapa yang terkena lemparannya.

Tidak ada reaksi!

Semua diam! Semuanya menunggu apa yang akan terjadi? Murid-murid pun berlomba-lomba dan berbisik untuk menerka apa yang akan menimpa siswa pelaku pelemparan itu.

Siswa yang diketahui pemain eskul basket pun terdiam dengan lutut yang bergetar karena takut. Ia meneguk ludahnya susah payah saat mata elang Bintang menatap matanya. Tapi itu tidak lama! Karena sekarang tatapan Bintang beralih ke depan. Ke arah Ikmal yang masih duduk di lantai.

Dengan langkah pelan tapi pasti. Bintang berjalan ke arah Ikmal. Bibir Ikmal bergetar kecil saat Bintang semakin dekat dengannya. Tapi semua orang hanya diam tidak ada pergerakan sama sekali. Termasuk para sahabatnya yang berdiri di tempat.

Bintang berhenti tepat di depan Ikmal yang masih berada di lantai. Dia berjongkok dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh Ikmal. Hingga tanpa sadar Ikmal menutup matanya saat hidung mereka bersentuhan. Tapi Ikmal tidak merasakan benda kenyal milik Bintang di bibirnya. Oh astaga! Apa yang Ikmal fikirkan?! Apa dia baru saja mengharapkan Bintang menciumnya?!

Dengan perlahan ia membuka mata dan menemukan Bintang yang mengambil bola basket di belakang tubuhnya. Lalu menjauhkan badannya pada tubuh Ikmal. Mata Bintang menajam melihat darah yang keluar dari kepala Ikmal. Nafas Bintang sedikit memburu dengan dada yang naik turun. Lalu lirikan tajam kembali Bintang layangkan pada siswa pelemparan.

Bintang berdiri sambil memainkan bola basketnya. Ia menatap Ikmal lama.

"Bibin..." lirih Ikmal seakan tahu apa yang di lakukan Bintang setelah ini.

BINTANG [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang