93. Gone

2.6K 131 17
                                    

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi pasien sudah meninggal dunia"

Deg

Semua orang terkejut dengan kalimat yang diucapkan Dokter. Padahal tadi setelah Langit keluar dari ruangan untuk mendonorkan darahnya. Dokter bilang Bintang masih bisa melewati masa kritisnya. Tapi sekarang?!

"Jangan macam-macam!" Desis Ryan mencekal kerah jas sang dokter. "Saya bisa tuntut rumah sakit ini!"

"Mas..." lirih Risa menahan Ryan yang akan memukul Dokter.

"APA INI YANG NAMANYA DOKTER?! TIDAK BECUS MENYELAMATKAN SATU PASIEN?!" Teriak Ryan marah dan mempererat cengkramannya.

"Mas, udah... hiks... Jangan kayak gini" isak Risa menarik Ryan menjauh dari Dokter.

"Gak mungkin" gumam Langit pelan. Langit terduduk di kursi tunggu dengan menahan isak tangisnya. "Bintang gak mungkin ninggalin Langit"

"Dokter pasti salah! Bibin gak mungkin pergi! BIBIN GAK MUNGKIN PERGI, DOK!" Histeris Ikmal.

Sedangkan sang Dokter hanya bisa diam dan termangu. Sang Dokter sendiri turut bersedih karena dia yang tidak bisa menyelamatkan pasiennya.

Dokter tersentak kaget saat lamunannya terbuyar dan merasakan ada yang memegang kedua kakinya. Dia menunduk dan melihat Ikmal yang memegang kedua kakinya.

"Hiks... Mungkin Dokter salah. Hikss... Alatnya udah gak berfungsi.. Coba Dokter cek lagi. Pasti Bibin masih ada kok. Bibin'kan janji gak bakal pergi. Saya mohon, Dok. Cek sekali lagi. Dokter salah liat" mohon Ikmal dibawah kaki Dokter.

Lorong disana penuh dengan isak tangis mereka. Semua orang memalingkan wajahnya tanpa mau melihat apa yang dilakukan Ikmal. Kecuali... Langit. Dia malah menatap tajam Ikmal dengan kedua tangan terkepal.

"Semua gara-gara lo!" Desis Langit dengan amarahnya.

Tanpa banyak bicara Langit berdiri dan menghampiri Ikmal. Dia menarik  Ikmal dan membantingnya ke tembok pinggir.

"INI YANG LO MAU?! LO MAU BINTANG PERGI?! SELAMAT! KEINGINAN LO TERKABUL!"

"No.. hiks... Bibin gak pergi, Lang. Dia gak mungkin ingkarin janjinya" balas Ikmal lirih.

"Janji? LO YANG INGKAR JANJI! LO JANJI GAK BAKAL NYURUH BINTANG PERGI! TAPI APA?! LO SENDIRI YANG SURUH BINTANG PERGI! SIALAN!"

Bugh!

"Lo! Yang bikin Bintang pergi!" Tunjuk Langit dengan tangan yang menunjuk ke dada kiri Ikmal.

Bugh

"STOP, LANGIT!" Bentak Shasa menahan tubuh Langit.

"LO! Gue gak bakal lupa kesalahan lo! Hidup lo! Gak akan pernah tenang!" Sentak Langit berusaha melepaskan pelukan Shasa dari belakang.

"Stop, Lang. Please" lirih Shasa.

Langit berusaha mengatur nafasnya yang memburu sembari memundurkan langkahnya. Lalu menyentak sedikit pelukan Shasa. Membuat Shasa terkejut dan melepaskan pelukannya.

"Kalian!" Panggil Langit pada keenam bodyguard Wijaksana. "Jaga ruangan ini! Jangan sampai mereka semua masuk ke dalam!" perintah Langit menjauh dari Shasa dan berdiri di dekat pintu bersama keluarganya yang lain.

Lalu tak lama Wijaksana dan yang lain masuk ke dalam untuk melihat wajah Bintang yang terakhir kalinya. Kecuali Langit yang masih bersitatap dengan Shasa.

Inilah yang harus Langit lakukan sedari dulu! Menjauhkan Bintang dari mereka. Mereka yang menurutnya membuat Bintang bertambah menderita. Mereka yang menurutnya special di mata Bintang. Dan juga... di matanya.

BINTANG [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang