5.Tidur Diapartement

3.8K 224 1
                                    

Perhatian!!!!!!!!
Jangan jadi silent readers.....
Hargai apa yang ditulis penulis cukup dengan vote and comment!!!!!

•••

Ikmal terbangun saat mendengar suara pelan dari kamar Bintang. Suara tangisan seperti ditahan. Suara teriakan yang masih ditahan. Ikmal mengucek matanya. Suara siapa itu? Pukul 2 pagi. Terlalu pagi untuk melakukan aktivitas. Ia beranjak dari sofa berjalan menuju kamar Bintang dan membuka pintu kamarnya.

"Mom mommy. Please wake up mom. Aku sayang mommy"

Ternyata itu suara Bintang dengan keadaan masih tidur dan terlihat tubuh Bintang bergetar hebat. Dengan langkah cepat Ikmal duduk di samping kasur Bintang dan menggenggam tangannya yang dingin dan berkeringat. Ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Bintang yang terasa begitu panas.

"Kamu demam Bin" Gumamnya lalu berjalan pergi untuk mengambil baskom buat kompresan.

Dengan cekatan ia mengompres dahi Bintang berkali-kali. Saat Ikmal ingin beranjak untuk menyimpan baskon tangannya tertahan oleh Bintang.

"Jangan pergi. Jangan tinggalin aku" Sepertinya Bintang mengigau dan cekalannya kuat sekali. Tapi anehnya mata Bintang terbuka sedikit untuk menatap Ikmal.

Ikmal pun menunda baskon ke nakas disamping ranjang. Ia menaiki ranjang dan tidur disamping Bintang yang membuat guling jadi pembatas mereka.

"Aku disini. Kamu tidur yang nyenyak ya" Ucap Ikmal mencium kening Bintang dan membelai rambut Bintang.

"Cepat sembuh ya"

Dipagi hari...

"Aaaaaaaa..." Teriak Bintang saat bangun dari tidurnya dan ada seorang pria yang memeluknya dengan guling sebagai pembatas tubuh mereka.

"Ada apa?" Tanya Ikmal polos terbangun saat terganggu tidurnya.

"Ngapain lo ada dikamar gue?! Dan... Lo diranjang gue?! Shit!" Bintang menghentikan ucapannya karena tak kuasa mengingat apa yang akan terjadi jika ada lawan jenis tidur satu ranjang. Ia berdiri disamping ranjang menjauh dari Ikmal.

Sementara itu, Ikmal masih melongo melihat Bintang berbicara panjang padanya. Biasanya kan suka singkat. Ikmal tersadar dari lamunannya.

"Aku semalem kesini mau ngajak kamu makan. Tapi pas aku depan apartement kamu gak ada siapa-siapa. Makanya aku nungguin kamu sampe pulang. Aku liat waktu kamu pulang kamu mabuk. Aku khawatir kalo ninggalin kamu saat kamu tidur disofa. Yaudah aku pindahin kamu kekamar ini. Sedangkan aku tidur disofa luar. Nah pas pukul 2 pagi kamu ngigau terus. Kamu demam semalam. Tuh aku ngompres kamu semalam. Saat aku mau nyimpen baskom ini tangan aku dicekal erat sama kamu. Trus kamu bilang 'jangan pergi' kamu bilang kayak gitu. Makanya aku tidur disini. Tapi sekarang kamu udah gak demam" Jelas Ikmal panjang lebar.

"Lo gak macem-macem kan?" Sinis Bintnag menatap Ikmal.

"Macem-macem apa?" Gereget Ikmal.

"Lo gak grepe-grepe gue kan?"

"Astaga! Udah jam enem lebih. Kita kesiangan sekolah Bibin!" Pekik Ikmal melihat jam tangannya.

"Trus lo mandi disini?" Tanya Bintang menyatukan alisnya.

"Kalo gak disini trus dimana lagi?"

•••

"Lo tau apartement gue dari mana?" Tanya Bintang pada Ikmal.

Kini mereka sedang dalam perjalanan ke sekolah memakai mobil milik Ikmal. Tadinya Bintang mau pake motor sendiri, tapi Ikmal merengek supaya berangkat bareng. Sampai-sampai ia nangis kayak anak kecil dilobby apartement. Muka Bintang langsung merah karena nahan malu diliatin banyak orang. Akhirnya Bintang pun dengan terpaksa mengikuti kemauan Ikmal. Dan ya sekarang mereka berada di mobil berdua. Hanya berdua.

"Aku nanya sama guru TU" Jawab Ikmal sambil menyetir.

"Gak boleh ada yang tau kalo semalem lo tidur diapartement gue. Apa lagi diranjang gue"

"Kenapa?"

"Ya lo pikir aja. Manusia lawan jenis tidur disatu ranjang. Apa kata mereka nanti"

"Em... Oke aku gak bakal kasih tau siapa-siapa. Tapi ntar istirahat kamu makan bareng aku ya dikantin. Hanya kamu sama aku gak boleh ada preman-preman kamu"

"Hmm..." Jawab Bintang mengangguk membuat Ikmal mengerem mendadak.

"Lo mau bunuh gue hah?! Kalo gue jantungan gimana?!" Bentak Bintang pada Ikmal.

"Maaf" Sesal Ikmal menunduk ke arah samping.

"Kenapa berenti mendadak?" Tanya Bintang mengurangi emosinya.

"Kamu beneran mau makan sama aku dikantin?" Bintang hanya mengangguk. "Aku kaget aja, kirain kamu bakal nolak. Tapi ternyata enggak" Ucap Ikmal girang. Padahalkan tadi nunduk sedih.

"Kita udah telat setengah jam. Lo mau bikin kita tambah telat" Cerca Bintang.

"Ohh iya, yaudah kita jalan lagi ya" Ikmal menyalakan mobilnya lalu melaju cepat.

"Gue turun di pinggir jalan deket sekolah aja. Gak usah sampe parkiran" Ucap Bintang tiba-tiba.

"Gak mau ahh. Pokoknya kamu turun aku juga turun"

"Apaan sihh turun aja ntar"

"Gak mau. Kita kan paketan"

"Paketan paketan apa lo!"

"Pokoknya kita turun diparkiran. Kalo enggak aku bakal kasih tau ke semua orang. Bahwa aku tidur diapartement kamu hanya berdua"

"Pemaksa lo" Cemberut Bintang.

Sesampainya mereka diparkiran. Mereka langsung berjalan kearah kelas mereka. Untung gerbang sekolah tidak ditutup. Jadi mereka tidak perlu memohon sama satpam penjaga sekolah.

•••

Ikmal yang lelah karena dihukum pun memilih untuk kembali ke kelasnya. Dan waktu dikelas ia merasa heran kenapa tidak ada susu coklat kotak dan coklat putih dikolong bangkunya. Ada perasaan sakit saat mengetahuinya. Kenapa ya? Padahalkan dia tidak tau siapa pengirimnya. Ikmal memikirkan lagi siapa yang selalu mengirim itu.

Disisi lain...

"Munafik lo" Sinis Shasa saat melihat Bintang baru saja duduk dibangku kantin yang sering ia duduki.

Bintang baru saja menyelesaikan hukumannya karena terlambat tadi. Berita ia berangkat sekolah bareng pun langsung menyebar. Dan keempat sahabatnya juga sudah mengetahuinya.

Bintang menaikan satu alisnya saat keempat sahabatnya menatap sinis. Apalagi saat Shasa berkata kasar padanya.

"Bilangnya sih gak suka" Sahut Indhi.

"Tapi nyatanya. Tuh orang malah deketan sama dia" Timpal Siska tak kalah sinis.

"Kenapa?" Tanya Bintang to the point.

"Kok lo bisa sih berangkat bareng sama Ikmal?" Asri mewakili pembicaraan sahabatnya.

"Jadi kalian natap sinis sama gue cuma gara-gara ini?" Bintang terkekeh kecil lalu menatap keempat sahabatnya dengan mata tajamnya membuat nyali mereka langsung menciut.

"Oke. Gue mau akui satu hal sama kalian. Gue suka sama dia. Sebelum dia ngejar-ngejar gue" Tuturan kata itu keluar dari mulut Bintang yang sedikit hitam. Tapi tidak mengurangi kecantikannya. Mungkin karena seringnya ngerokok.

"Apa?!" Pekik keempat sahabatnya dan menggebrak meja kantin. Membuat semua orang memperhatikan meja yang mereka duduki.

"Why?" Tanya Bintang.

"Jadi kita menyukai lelaki yang sama?"

"Gue juga suka sama dia Sha"

"Gue juga Dhi"

"Sama dong"

_____________

Jangan lupa vote sama commentnya ya...

Seru gak sih ceritanya?????

Jawab yaaaa😌😌

Aku suka kalo kalian ngekritik cerita aku😘😘

Tapi jangan yang sinis-sinis ya😒😒

BINTANG [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang