66. Bongkar

2.2K 140 20
                                    

Bintang menyeringai kecil saat melihat Wijaksana=Daddy-nya menggeram kesal. Bukan tanpa alasan! Wijaksana menggeram kesal karena Bintang memancing emosinya. Ia selalu menjawab pertanyaan berputar-putar membuat lawan bicara kesal.

"Jawab dengan benar. Dimana Bintang?!" Desis Wijaksana menatap tajam Bintang yang dicekal oleh dua bodyguard dengan wajah lebam.

Bintang tertawa sinis. "Gue udah bilang. Dia udah mati. Liat ini. Tangan ini yang udah bunuh dia"

Bugh

"Jawab yang benar!" Desis satu bodyguard yang baru saja memukulnya.

Wijaksana menatap tajam Bintang. Dia heran. Siapa gadis remaja yang ada didepannya ini? Perempuan itu keukeuh bahwa Bintang dibunuh olehnya. Tapi kata hatinya berkata lain. Wijaksana merasakan bahwa Bintang masih ada. Dia juga sebenarnya tidak tega menyiksa gadis remaja ini. Namun, gadis ini selalu saja membuat emosi.

Wijaksana menyekap gadis remaja ini di mansion megahnya yang berlantai tiga. Di lantai 3 lebih tepatnya ia membawa gadis remaja ini.

"Lo semua harus tau! Gue nyiksa dia! Mukul dia! Dan tendang dia"

Bugh

Bugh

"JANGAN BERCANDA! CEPAT KATAKAN DIMANA BINTANG!" Teriak Wijaksana emosi saat mendengar bahwa Bintang disiksa. Dan yang memukul bukan'lah Wijaksana. Tapi anak buah kepercayaannya. Dia benar-benar tidak tega membuatnya disiksa. Padahal biasanya siapapun yang berani mengganggu kehidupannya. Dia akan bertindak.

"Haha... Lo semua tuh bodoh. Si Bintang anak lo. Udah lama mati. Dan semua karena lo" balas Bintang dengan datar dan dingin di kalimat akhir.

Ya. Bintang memang sudah mati! Bintang yang Wijaksana cari sudah mati. Dan sekarang adalah Bintang yang tumbuh dengan sikap dan sifat berbeda setelah kematian Mommy-nya. Tidak salah bukan bila Bintang bicara bahwa Bintang sudah mati. Toh sekarang Bintang sudah tidak merasakan lagi jika orang yang didepannya adalah Daddy-nya.

"JAWAB DENGAN BENAR! DIMANA BINTANG! ATAU SAYA AKAN MEMBUNUHMU!" Sentak Wijaksana langsung mencekik leher Bintang dan terlepas dari kedua bodyguard. Kini Wijaksana mencekik Bintang yang sudah terbentur tembok.

Bukannya meringis. Bintang malah tersenyum senang.

"Bagus. Ini yang gue mau. Jadi gue gak perlu nambah dosa gue buat bunuh diri" batin Bintang dengan senang.

"Bu..nuh aja. Gu..e gak...takut" balas Bintang terbata-bata karena kuatnya cekikan Wijaksana.

"Ya Tuhan! Sebenarnya dimana Bintang? Dan siapa gadis yang ada didepanku ini?" Lirih Wijaksana dalam hati.

Tepat saat Bintang berbicara terdengar suara gedoran dipintu dan juga suara teriakan untuk membuka pintu. Tapi Wijaksana mengabaikannya. Ia lebih memfokuskan terhadap gadis dihadapannya. Dia benar-benar ingin bertemu anak perempuannya.

Sedangkan didepan pintu terdapat Langit Cs, Ryan, Risa, dan keempat sahabat Bintang. Langit terus berusaha membuka pintu yang terkunci didalam.

"DADDY! BUKA PINTUNYA! DAD!" Teriak Langit menggedor pintu dengan Ryan.

"JANGAN APA-APA'KAN BINTANG!" Teriak Ryan mengingat apa yang diceritakan sahabat Bintang bahwa Bintang menyamar sebagai orang yang telah membunuh Bintang. Aish! Kenapa Bintang berbicara seperti itu! Wijaksana bisa berbuat apa saja! Itu yang ia khawatirkan!

Deg

Wijaksana melonggarkan cekikannya saat mendengar teriakan Ryan. Apa tadi? Jangan apa-apa'kan Bintang? Justru Wijaksana sedang mencari Bintang! Tapi bicara Ryan seakan-akan Bintang ada didalam sini.

Brak

"APA YANG DADDY LAKUKAN?!" Teriak Langit marah melihat tangan Wijaksana yang masih dileher Bintang.

"Sial!" Umpat Bintang menatap Langit.

Dengan segera Bintang menepis tangan Wijaksana dan berlari kearah jendela. Tanpa menunggu lama dan mengabaikan rasa sakit diseluruh tubuhnya. Ia melompat dari lantai 3 ke lantai 2 lalu lompat lagi ke lantai 1.

"BINTANG" Panggil Shasa menoleh kebawah dan melihat Bintang yang dikelilingi 15 orang.

Tak banyak bicara Shasa Cs dan Johan melakukan hal yang sama. Mereka berniat membantu Bintang.

"APA DADDY BERNIAT MEMBUNUH BINTANG?!" Bentak Langit menatap tajam Wijaksana.

"Bintang?" Cicit Wijaksana menatap mereka bingung.

"Gadis yang Daddy cekik itu Bintang!" Tekan Ryan dengan tatapan sama yang diberikan Langit.

Lalu mereka berjalan ke arah balkon. Dimana Bintang tadi lompat. Mereka menatap ke bawah dan melihat Bintang dan para sahabatnya berkelahi dengan 15 bodyguard.

"Suruh mereka berhenti, Dad" ujar Langit menggeram kesal.

Bukannya menuruti apa yang dikata Langit. Wijaksana malah meneliti ke bawah dan menatap Bintang lekat. Apa yang harus ia lakukan? Jadi gadis yang hampir dia bunuh adalah anaknya sendiri? Tapi bagaimana bisa? Bukankah gadis itu bilang Bintang sudah tiada? Bahkan gadis itu yang membunuh Bintang.

"DADDY!" Sentak Langit membuyarkan lamunan Wijaksana.

"JANGAN BIARKAN MEREKA LOLOS. DAN BAWA BINTANG KEDALAM!" Perintah Wijaksana membuat Bintang mendongak dan menatap tajam Wijaksana.

"Daddy biarkan Bintang pergi. Aku akan menjaganya. Aku janji, Dad" sahut Ryan menatap lembut Wijaksana.

"Tidak. Daddy tidak akan membiarkan dia pergi lagi!"

"Dad, aku mohon. Aku akan selalu disamping Bintang. Biarkan dia pergi" mohon Langit.

"Daddy akan bongkar semuanya. Dia harus tau yang sebenarnya"

"Itu akan menyakiti hati Bintang, Dad" lirih Langit manatap Bintang yang sudah kewalahan.

"Daddy tidak perduli! Dad hanya ingin Bintang kembali" ucap Wijaksana pelan.

Sedangkan Bintang dibawah sudah dibuat kewalahan. Ia melawan 5 orang sekaligus. Dengan tubuh yang masih lemah dia terus melawan dan berusaha keluar dari halaman megah mansion ini. Namun, dia lengah saat akan menendang lawan. Ia tidak menyadari dua orang dibelakang dan langsung mengunci kedua tangan Bintang.

"Shit! Lepas!" Desis Bintang menggerakkan tubuhnya. Dia melihat para sahabatnya yang sudah terkapar lemas. Lalu pandangannya beralih pada Wijaksana yang ada diatas.

"BAWA MEREKA KE DALAM" perintah Wijaksana yang langsung dilakukan oleh semua anak buahnya.

Mereka dibawa kedalam tepatnya diruang tengah dengan Bintang yang selalu berusaha berontak. Tidak! Dia sudah tidak mau memasuki tempat ini! Dia harus pergi! Tapi bagaimana? Dia sudah tidak bisa melawan lagi. Terlebih dengan pemandangan didepannya sekarang.

Mira.

Orang itu ada didepannya sekarang dengan tatapan sendu. Dan seperti melihat kesedihan dan kasihan pada Bintang.

"Cuih! Gak usah natap gue kayak gitu, jalang!" Desis Bintang geram.

"Lo puas'kan sekarang? Ini yang lo mau? Bangsat! LO HANCURIN SEMUANYA! LO HANCURIN SEMUA YANG GUE PUNYA! LO REBUT KEBAHAGIAAN GUE!!!" Teriak Bintang emosi dan melepaskan kuncian kedua bodyguard. Setelah terlepas dia berlari karah Mira dengan kepalan ditangannya.

Tepat saat Bintang akan memukul Mira. Ada sebuah tangan yang menahannya. Membuat Bintang menengok dan bingung saat Shasa lah yang menahan tangannya.

"Semua gak seperti yang lo kira, Bi"

•••

Digederrrrrr asli biar bisa up sekarang😫😫 Maaf ya up nya telat:v

Jangan lupa vote, comment dan follow😘😍

BINTANG [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang