72. Rencana

2.5K 154 13
                                    

"Gue kira kalo si Langit yang deteng gak bakal diserang. Eh ternyata diserang juga" ucap Indhi melihat Langit yang diobati oleh Asri.

"Ho'oh" setuju Johan disamping Asri.

"Abang gue udah cerita tentang dia" sahut Langit meringis.

"Cerita maksudnya?" Bingung Shasa diangguki yang lain.

"Dia punya trauma yang besar dari kejadian itu. Bintang akan berubah jadi sosok yang kejam kalo dia inget kejadian itu. Dan tanpa dia sadari dia telah menyakiti seseorang. Kayak gue barusan. Kata abang, Bintang bisa aja bunuh orang. Beruntung tadi Bintang keburu sadar itu gue. Kalo enggak. Gue udah masuk rumah sakit sekarang. Dan setelahnya, Bintang selalu menyendiri menyesal dengan apa yang dia perbuat. Abang gue dulu pernah mergokin Bintang nangis dikamar tengah malem karena hampir celakain Kak Risa. Beruntung juga nih ya. Saat itu abang gue masuk ke kamar Bintang. Soalnya Bintang selalu menyakiti dirinya sendiri seusai penyesalan. Dia---"

"Tunggu! Menyakiti diri sendiri?" Potong Siska membuat semua menatapnya.

"Iya" jawab Langit belum sepenuhnya mencerna apa yang baru saja dia Bilang.

"Shit!" Umpat Shasa dan yang lain langsung berlari ke arah kamar Bintang.

Mereka semua masuk ke dalam kamar Bintang yang masih terbuka pintunya. Tapi, mereka tidak mendapatkan keberadaan Bintang. Lalu mereka menatap pintu kamar mandi dengan bersamaan. Terdengar suara gemircik air. Sudah dipastikan bahwa Bintang didalam kamar mandi. Langit yang begitu mengkhawatirkan Bintang. Langsung menggedor keras pintunya.

"BI! BUKA PINTUNYA!"

"BINTANG! LO DENGER KITA?"

"JANGAN BUAT MACAM-MACAM!"

"BUKA, BI!"

"BUKA!"

"Bantu gue dobrak, Jo" ucap Langit didepan pintu kamar mandi.

Dengan aba-aba dari Langit. Mereka berdua mendobrak pintu itu dengan cepat. Dan membuat semua orang memekik kaget saat melihat kondisi Bintang. Disana tepat dibawah guyuran air shower Bintang duduk lemas dengan tangan kiri yang berdarah. Dan pecahan kaca kamar mandi di tangan kanan Bintang. Otomatis air yang menggenang'pun berganti warna jadi warna merah.

"BODOH!" Maki Langit berjalan ke arah Bintang mengabaikan pecahan kaca yang berserakan.

"Hai" sapa Bintang dengan nada lirih. Dia menyapa seakan sedang tidak terjadi apa-apa.

"KENAPA LO LAKUIN INI?!" Bentak Langit memangku kepala Bintang dipahanya dan melempar kaca yang dipegang Bintang. Sedangkan Shasa dengan cepat mematikan air shower yang terus mengalir.

"Gue gambar bintang disini" tunjuk Bintang kearah tangan kirinya yang mengeluarkan darah. Ya. Bintang menggambar ditangan kirinya menggunakan pecahan kaca. Bintang berbicara seolah dia sedang mabuk. Tapi Langit tidak mencium bau alkohol.

Air mata Langit keluar seketika. Dia memeluk Bintang dengan tangisannya. Ketika teringat ucapan Ryan bahwa Bintang cenderung akan menyakiti dirinya sendiri.

"Jangan kayak gini. Gue takut lo pergi" lirih Langit mengecup kepala Bintang.

"Gue cuma mau ngebuktiin. Ini mimpi atau enggak. Ternyata ini emang gak mimpi. Buktinya luka ini masih ada" balas Bintang menatap Langit dengan tatapan sayu lalu penglihatannya gelap.

"Bi, bangun" ucap Langit panik.

"Bawa dia ke kasur ayo"

•••

"Gila si Ikmal! Pacarnya lagi stres. Dia malah enak-enakan sama si cupu!" Kesal Indhi melihat ke meja kantin yang diduduki Ikmal dan Luna.

"Pengen deh gue tonjok tuh muka si Ikmal!" Ujar Shasa mengikuti Indhi yang juga sama kesalnya.

BINTANG [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang