Bagian 36 - MAOI

5.5K 365 3
                                    

Napas Hana memburu namun ia berusaha agar tidak ada satupun yang menyadarinya. "Aku merasa pusing, mereka terlihat kabur," batinnya.

"Tapi ini benar-benar tak terkendali! Kenapa mereka ada di sini? Sejak kapan?" Hana mulai kehilangan kendali, ia mengambil napas sedalam-dalamnya.

"Kendalikan dirimu, Hana!" ia lalu menodongkan pistolnya ke kepala Godaime.

"Jalang itu! Bagaimana bisa dia bermain dengan senjata seperti itu? pikir Ryuji.

"Hana, jangan--" ucapan terpotong karena satu tembakan terlepas.

BAM!

Satu tembakan ke langit-langit Hana lakukan, ia tidak mau mendengar siapapun menyuruhnya saat ini meskipun itu adalah Ryuji. "Kenapa dia melakukannya? Aku hanya ingin mengakhiri ini secepatnya!"

"Kau, ke sini. Tetap di belakang Takiro dan Soji!" perintah Hana.

Ringgg... Ringgg... Sirine alarm kebakaran berbunyi.

Hana melihat benda dengan bentuk setengah bulatan yang berada di beberapa titik di atasnya. "CCTV? Tentu ini akan di luar kendali."

Menyadari kekacauan yang akan datang, Godaime membuat keputusan. "Hentikan untuk sekarang, Dai," ucapnya.

"Godaime!"

"Aku tidak akan mengatakannya dua kali! Bawa mereka sekarang!"

Dai membungkuk, ia menaati perintah tersebut. Ia menyuruh semua pergi kecuali dirinya.

"Semuanya sudah pergi. Jadi apa sekarang, Sayang?" Godaime masih saja menggodanya.

Bam!

Hana menjawabnya dengan tembakan. "Jangan berbicara. Selanjutnya tembakan akan berada di lehermu."

Godaime hanya tersenyum sinis.

"Jangan tersenyum padaku, kau pria tua!" Hana kemudian mengarahkan pistolnya pada Dai, "Lempar senjatamu!" dan Dai menurut.

"Ryuji, ambil senjata itu!" Ryuji enggan melakukannya. "Just do it!" matanya berbicara pada Ryuji. Pria itu akhirnya mau mengambilnya dengan setengah hati.

"Kita tidak bisa menggunakan elevator. Mereka kemungkinan mematikannya sekarang." Ia kemudian menyuruh Dai untuk berjalan ke arah tangga darurat yang berada di ujung lorong di belakangnya. "Ini akan bekerja, setidaknya untuk sekarang."

Sementara itu ia mendorong Godaime untuk mengikuti anak buahnya. Baik Ryuji, Takiro dan Soji hanya memperhatikan. Mereka sama sekali tidak ikut campur atau berkata apapun meskipun Takiro dan Soji masih terus mengarahkan senjatanya ke Godaime.

Hana membawa mereka tepat ke depan pintu tangga darurat. "Buka, bocah!" serunya. Dai melirik lalu mengikuti perintahnya.

"Aku benci ini tapi kalian semua harus pergi sekarang. Aku lelah dan tidak memiliki waktu lagi untuk bermain." Hana menghela napasnya, "Berakhir sudah!" dan bhuk! ia mendorong Godaime dengan keras ke arah Dai.

Dai terjatuh, Godaime pun mengikutinya. Mereka menggelinding menuruni beberapa anak tangga namun Dai dengan sigap menahan laju tubuhnya dan juga Godaime. Ia melihat ke atas, Hana menatapnya dengan ekspresi datar. Dai dapat melihat jelas bulir-bulir keringat yang memenuhi kening gadis itu.

"Enyah," ucap Hana. Setelah menutup pintu tangga darurat, Hana langsung berlari masuk rumah. Meninggalkan Ryuji, Takiro dan Soji yang menatapnya aneh.

"Tuan Ryuji..." Takiro berniat bertanya namun Ryuji dengan sigap memberi telapaknya menuntunnya untuk diam.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang