Pria berkacamata hitam itu berdecak kesal ketika tidak sengaja seorang gadis berlari menubruk lengannya.
"sorry sir aku terburu-buru" gadis itu menggambil kacamatanya yang terjatuh dan patah
Kening pria itu berkerut menatap gadis yang membungkuk mengenakan dress pas badan berwarna biru tua seperti tidak asing.
Gadis itu berdiri dan menatap Adrey heran kenapa pria itu menatapnya seperti itu apa ada yang aneh dengannya. Dengan penasaran gadis itu melirik pakaiannya dari atas hingga bawah sepertinya tidak ada.
"have we meet before?" ucap Adrey ragu
"ah alasan klasik untuk berkelan nanti saja ketika kita bertemu lagi ok"
Perkataan gadis itu terdengar begitu datar. Setelah mengibaskan rambutnya gadis itu pergi meninggalkannya yang masih berdiri. 'aneh' satu kata yang bisa ia definisikan dari gadis itu.
Ponsel Adrey berdering ternyata ibunya, ia menghela napas lelah dan mengangkat panggilan dari wanita tersayangnya itu. Setelah mengatakan jika ia akan segera terbang beberapa menit lagi Adrey kembali mematikan ponselnya.
Tatapan Adrey lurus matanya yang setajam elang mampu membuat kaki siapa saja yang ditatap bergetar dan itu juga termasuk salah satu triknya menghadapi klien yang bisa dibilang sedikit bandal dan mata itu akan berubah ketika menemukan yang tersayang.
Awalnya ia menolak untuk datang biar ia mengambil cuti untuk pernikahan kakaknya saja namun ternyata pria bajingan itu kembali berulah. Selalu saja begini masalah pria itu ia yang menyelesaikan sebenarnya siapa yang kakak disini? Kali ini ia juga harus menikahi wanita pilihan kakaknya itu.
Memikirkan semua hal itu membuat Adrey menghela napas. Akan seperti apa pilihan kakaknya ia ragu dengan pilihan pria itu, jalang mana yang dipilihnya dan ujung-ujungnya akan bermasalah lagi kenapa pria itu suka sekali mencari masalah. Sebenarnya tidak perlu repot-repot mencari masalah masalah yang akan menghampirimu.
Sebenarnya Adrey masih ingin beristirahat mungkin memejamkan mata sejenak dirumah orangtuanya begitu ia menginjakan kaki disana, namun apa boleh buat ibunya bahkan tidak mengijinkannya pulang terlebih dahulu jadilah ia lebih memilih menyewa hotel untuk beristirahat sebelum menjumpai musibahnya, alhasil ibunya menelponnya terus menerus ternyata mereka sudah menunggu dirumah wanita itu.
Dengan berat hati Adrey mengemudikan mobil yang dipinjamkan salah satu koleganya yang tidak lain adalah pemilik hotel itu sendiri.
Dan disinilah Adrey didalam mobil memandangi rumah tiga lantai yang terlihat begitu sederhana. Setelah melewati hijaunya dedanunan sepanjang perjalanan dan pemukiman warga yang didominasi dengan petani, Adrey menghela napas lega beruntung yang ia bawa bukan mobil sport jika iya mungkin ia akan berjalan kemari atau menyewa sapi milik penduduk sekitar yang banar saja, sepanjang memasuki area ini semua jalannya masih berbatu.
"Adrey kau sudah sampai"
Amira menyambut kedatangan putra bungsunya dengan pelukan hangat dan kecupat dikedua pipinya hal ini Amira sekali bersyukur ia tidak menciumi seluruh wajah Adrey layaknya seorang bayi kecil.
Dua pasang manusia tersenyum dengan cerah menyambutnya diteras rumah. Ketika memasuki ruangan sederhana itu Adrey merasa tubuhnya menghangat ketika semua tatanan dan interior rumah itu menyambutnya.
"hm.. mom" tegur Adrey ketika ibunya mengelus kepalanya dan membawanya keketiak wanita itu. Adrey meringis ibunya masih memperlakukannya seperti anak laki-laki berusia 5tahun.
"oh maaf aku lupa ternyata kau sudah besar, oh... bayi kecil ku akan menikah" ujar Amira haru.
Seluruh orang diruangan itu tertawa melihat tingkah laku ibu dan anak itu. Amira benar-benar tidak sadar jika putra bungsunya sudah besar ternyata selama itukah ia tidak pernah melihat Adrey besarnya.
"bagaimana pekerjaan mu son?" Tanya Ayah Adrey
"lancar dad bulan depan aku harus menangani kasus besar di Rusia"
"ayolah kita berkumpul disini bukan untuk membicara hal-hal berat macam ini, dimana calon menantuku? Sepertinya tadi dia masih didapur" Amira celingukan mencari calon menantunya.
Carry menggeleng melihat tingkah sahabatnya itu mungkin jika mereka bukan sahabat Carry akan merutuki wanita itu namun salahnya mereka sahabat dan Carry tau Amira luar dalam.
"mungkin dia dikamar Am" Carry memanggil Sera untuk membawa putrinya turun.
Adrey menyesap tehnya menunggu seseorang yang akan menjadi istrinya sebentar lagi. Apa yang salah sebenarnya dengan hatinya ia tidak merasa ada yang salah jika itu perintah dari ibunya padahal ia memiliki kekasih.
"ma aku harus menyelesaikan.."
Suara wanita itu berhenti ketika manic hitam Adrey menatap tajam manic coklat terang miliknya. Awalnya Adrey sedikit terkejut namun kembali diperhatikannya kembali sedikit memiringkan kepalanya.
Tentu Adrey tau jika mata itu tidak seindah aslinya wanita itu memakai kotak lens siapa yang akan tertipu dengan diameter yang lebih dari kata wajar bagi orang pada umumnya. Rambut panjangnya diikat lembut dan dikesampingkan, bibir pink natural hasil perawatan dokter.
Mata Adrey turun menilai baju kotak-kotak berwarna merah wanita itu Adrey sedikit meringis melihatnya dipadukan dengan celana diatas lutut. Mata Adrey terpaku pada jemari wanita itu yang terawat dengan rapi meski tidak bercat dengan warna aneh-aneh, ah ternyata perawatannya begitu sempurna untuk ukuran gadis desa seperti ini.
Dunia seakan berhenti ketika memindai calon istrinya, satu kesimpulan yang didapat Adrey dari wanita dihadapannya ia mendesah pasrah. Jalang perkebunan kakaknya ternyata yang ia hadapi saat ini.
"duduk saja dulu, kau harus mengenal calon suami mu, tidak ada yang lebih penting dari mengenal calon masa depanmu bukan sayang" suara Amira membuat Natha tersenyum kaku dan ikut duduk tanpa ada kata yang keluar dari mulutnya.
Adrey tidak pernah lepas menatap Natha dan itu membuat semua orang disana tersenyum terkecuali Natha, mereka semua merasa itu merupakan sebuah penerimaan dari Adrey.
Jantung Natha serasa ingin keluar dari tempatnya. Coba saja kau diposisinya, dihadapanmu seorang pengacara yang pernah mengirimkan surat kritikan untuk novel mu yang mencantumkan namanya disana.
Natha mencoba menetralkan keterkejutannya namun malah terlihat angkuh dimata Adrey. Natha memperhatikan gerak-gerik Adrey yang sama sekali tidak terpengaruh dan terlihat datar-datar saja sepertinya pria itu tidak mengenalinya semoga batin Natha mencoba menghibur dirinya sendiri.
"Natha duduk disamping calon suami mu, apa kau kira kami betah duduk bersempitan disini"
Natha menatap ibunya tidak percaya dan menelan ludahnya mencoba berpikir namun saat ini otaknya kosong ia bangkit dan berjalan mendaratkan bokongnya disamping Adrey.
Adrey memiringkan kepalanya tersenyum menyambut calon istrinya yang baru saja duduk disampingnya dan semua tingkah Adrey membuat Natha menegang merasa terintimidasi, konyol memang bahka ini melebihi ketika kau memiliki kesalahan saat mengajar mahasiswa dan dipanggil dihadapan rector.
"oh... kalian duduk begini saja membuat aku terharu bagaimana jika nanti kalian bersanding berdua mengenakan baju pernikahan aku sungguh tidak sabar"
Amira mengusap-ngusapkan kedua tangannya dan meletakkannya dipipi merasa terharu melihat sepasang calon pengantin dihadapannya.
"bukankah kita harus menyelasaikan pekerjaan diperkebunan tadi"
Amira menatap semuanya dengan penuh kode. Mengerti dengan apa yang dikatakan Amira satu persatu dari mereka berpamitan. Rolan menepuk pundak anaknya, Darwin mencengkram pundak Adrey dengan senyuman, Adrey tau apa arti dari senyuman pria itu.
"berapa sehari dihabiskan kakak ku untuk mu?"
What? Natha menatap Adrey tidak mengerti jangan salahkan dia salahkan otaknya yang bekerja sangat lambat sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/162352126-288-k520534.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
William's Queen (end)
ЧиклитWilliam Adrey Walter, seorang pengacara handal dengan reputasi sempurna dimata semua orang harus pulang kerumah karena harus menggantikan kakaknya untuk menikahi seorang gadis yang sudah menjadi tunangan kakaknya.