Wq-26

21.1K 960 5
                                        


"Miss, Miss Spark"

Langkah Natha berhenti dan berbalik untuk melihat orang yang memanggil namanya, seorang pria dengan tinggi semampai tersenyum kepadanya.

"maaf Miss, perkenalkan saya Anthonio Carperter saya yang kemarin sudah membuat janji dengan anda miss"

"oh... maafkan saya tuan Carperter karena menunda pertemuan kita"

"ya miss tidak masalah" pria itu tersenyum manis kepada Natha

Mereka berbincang sambil terus berjalan, Natha tidak sadar jika ia melewati begitu saja Adrey yang berdiri menatap keduanya tajam, pria itu baru saja keluar dari kelas dan begitu jengkel melihat pemandangan yang tidak sengaja ia lihat.

Sesekali Natha tersenyum anggun dan menganggukkan kepalanya serius seakan mereka sedang berbicara hal yang penting. Tanpa sadar kaki Adrey terus melangkah mengikuti keduanya dalam jarak yang aman.

Adrey semakin jengkel saja, Natha begitu berbeda tadi pagi ia masih melihat Natha menggerai rambut panjangnya yang sekarang sudah tergelung dengan rapi di kepalanya dengan poni yang sudah memanjang membingkai wajah mulusnya di tambah dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya menambah kesan dewasa wanita itu dan Adrey tidak suka melihat tatapan kagum dari pria yang tengah berbincang dengannya.

Mempercepat langkahnya agar lebih dekat dan bisa mendengar perbincangan mereka yang sepertinya semakin seru saja, ia saja tidak pernah berbincang seseru itu bersama istrinya itu.

Terlambat, begitu Adrey berdiri di samping Natha mata pria itu sudah menangkapnya dan langsung permisi Adrey hanya sempat menangkap sedikit perbincangan mereka 'kalau begitu aku akan mengirimnya melalui email', mata Adrey masih menatap tajam pria yang menjauh dari mereka.

"memangnya apa yang akan dia kirim?"

"Oh God"

Natha terperanjat mendengar suara Adrey yang tiba-tiba di sampingnya "kau mengejutkan ku"

"Aku tidak mengejutkan mu, kau saja yang terlalu focus padanya"

Kening Natha berkerut kemudian mengangguk, ya mungkin dia yang terlalu focus tadi hingga tidak menyadari kedatangan Adrey.

"kau meminta ku keruangan mu tadi, memangnya ada apa?"

"tidak ada" Adrey memalingkan wajahnya dan berjalan terlebih dahulu meninggalkan Natha yang melongo di belakang.

"Ad apa aku salah dengar tadi?"

Tidak tahukah Natha jika dia sedang merajuk sekarang ini, Adrey berbalik dan menatap Natha dengan gemas "sudah ku katakana tidak ada"

Ha?

Mulut Natha sedikit terbuka dan mata indahnya mengerjap di balik kaca mata, benarkan Natha tidak pernah seindah tadi jika di dekatnya, lihat saja sekarang Natha membenarkan letak kaca matanya dengan gaya seperti wanita cupu, tidak bisakah Natha bersikap cool seperti tadi ketika ia bersama pria itu.

Kaki Adrey sudah berbalik dan berjalan beberapa langkah sebelum ia kembali lagi dan merangkul pingang istrinya membawanya ke ruangannya, yang terlintas di kepalanya saat itu bagai mana jika pria menyebalkan tadi kembali dan menemani Natha, tidak boleh sebodoh apapun raut wajah Natha ketika di sampingnya, biarlah lebih baik seperti itu dari pada dia membiarkan pria itu mendekati istrinya.

Mereka terus berjalan hingga keruangan Adrey mengindahkan lirikan-lirikan dari mahasiswa dan bisik-bisik yang sebenarnya sudah lama menyebar, semenjak pertama kali Natha keruangan Adrey sebenarnya.

***

Dua box kotak sterofom makanan yang sudah kosong teronggok di kaki meja, satu box berbagai macam cemilan masih utuh di atas meja dan di sampingnya bertebaran bungkus coklat, eskrim dan cemilan yang sudah habis.

Anne melipat kedua tangannya di atas meja dan menatap Natha ngeri, ia hanya makan yang di sterofom dan sebatang coklat juga satu eskrim lalu ia berhinti, tidak seprti Natha yang masih melanjutkan makannya hingga saat ini, satu cup es krim masih di tangannya.

Terkadang Anne berfikir tidak terkadang itu hal yang selalu ada di kepalanya, bagai mana bisa Natha tidak gemuk-gemuk, jika di ibaratkan ia menelan ludah saja sudah menjadi gumpalan lemak di tubuhnya sedang Natha apapun yang masuk kedalam tubuhnya tidak berefek sama sekali.

"bersyukur aku sudah menyingkirkan kertas-kertas penting mu, jika tidak mungkin itu juga sudah kau lahap habis"

Natha menghentikan suapan es krimnya dan menatap Anne kesal, ia sedang dalam mode tidak ingin di ganggu sekarang.

"Terima kasih, setelah ini kau yang akan ku telan"

Mata Anne mendelik kesal ia melempar tisu ke wajah Natha yang terlihat semakin menyebalkan sekarang.

"berhenti mengusikku Anne, aku sedang tidak ingin di ganggu sekarang"

"hey, kau yang mengatakan tadi setelah selesai makan kau akan memberitahu ku siapa yang mengajak mu makan siang tadi sehingga kau menolak ku"

"dan sekarang aku masih makan, apa kau tidak melihat"

Tangan Anne menyinkirkan semua yang ada di atas meja, termasuk es krim milik Natha semuana ia letakkan di bawah.

"nah, kau tidak lagi sedang makan, ayo cerita"

"damn! aku tidak dalam mood baik sekarang Anne" erang Natha frustasi

Terkadang punya sahabat yang polosnya kelewatan itu tidak melulu bisa jadi hiburan apalagi dalam keadaan menyebalkan seperti saat ini. Natha melipat kedua tangannya di depan dada, memperhatikan wajah polos Anne, shit ia tidak tega melihat wajah itu, rautnya terlihat seperti anak kucing yang minta di kasihani.

"jika aku katakana aku akan makan siang dengan William Adrey Walter bagai mana?"

"oh... Natha malangnya nasib mu, aku lupa mengatakan kepada mu, bagai mana ini" ucap Anne panic "dengar Natha pengacara mu itu sudah menikah dan kau tidak boleh merusak rumah tangga orang lain kau mengerti"

Natha meringis melihat tatapan prihatin Anne untuknya, beruntung tadi ia tidak ke ceplosan, susah memang mengendalikan kata-kata yang keluar dari mulut mu ketika sedang tidak dalam keadaan mood yang baik.

"aku mengerti sekarang kenapa kau makan seperti orang kesetanan, aku tau kau pasti di tolak pria itu makan siang bersama bukan" cerocos Anne tidak ada tanda jika ia ingin berhenti sekarang.

Tidak sepenuhnya salah memang analisa wanita di hadapannya itu, memang Adrey menolak untuk makan siang tadi tanpa alasan yang jelas, ia hanya berkata jika ia harus kembali ke kantornya padahal jam menunjukkan jam istirahat untuk makan siang.

"diamlah Anne" Natha sudah membungkuk untuk mengambil cemilan kembali, seketika tangannya berhenti ketika mendengar terakhir ocehan Anne.

"semua mahasiswa sedang bergosip tentang pengacaramu itu yang kabarnya dekat dengan mahasiswa disini juga bahkan mereka berangkulan masuk kedalam ruangannya, aku yakin itu pasti istrinya. Tadi juga di jalan aku melihat wanita itu dan Adrey kau tau dia sungguh cantic Natha"

"di... jalan?" ucap Natha ragu, tidak mungkin Anne tidak mengenalinya bukan, mengingat sifat sahabatnya itu sudah pasti wanita ini akan berteriak memanggil namanya.

"ck... iya di jalan ketika kau meminta ku untuk kembali lagi kesini, aku melihat mereka mampir di sebuah kafe"

Tubuh Natha kembali tegak tidak berniat untuk melanjutkan acara makannya. Ia mencari ponselnya dan menghubungi Adrey. Satu kali, dua kali, masih tidak di angkat hingga berakhir dengan seorang oprator wanita yang menawabnya.

"kau menghubungi siapa Nath?"

Tidak ada jawaban dari Natha ia masih focus dengan ponselnya mengirimkan pesan kepada Adrey beruntung Adrey membalasnya, tidak untung juga karena jawabannya hanya pesan singkat, sangat singkat.

'aku sibuk'

Natha tersenyum sinis memangnya apa yang ia harapkan dari pria itu, memangnya siapa dirinya, Istri? Oh sungguh benarkah pria itu menganggapnya istri. Natha mencoba menghalau setan-setan yang menghasutnya, tenang Natha kau bahkan hanya mendengar berita itu dari Anne, kau masih belum mendengar pria itu mungkin saja itu kliennya, benar bukan.

William's Queen (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang