WQ- 8

30.3K 1.1K 10
                                        


happy reading

_______________

Sudah satu minggu Natha tinggal di apartemen Adrey setelah perdebatan kecil dimeja makan hari itu. Kini Natha duduk tersenyum mengamati orang-orang yang sedang duduk untuk menikmati matahari sore, rumput hijau dan danau buatan terbentang dengan memancarkan sinar matahari yang sebentar lagi akan tenggelam.

Satu minggu ini pula Natha bisa bernapas lega karena Adrey tidak pernah menampakkan batang hidungnya dihadapan Natha bersamaan dengan itu ia juga merasa bosan dengan aktifitasnya yang sehari-hari hanya berkeliling dan mengenali kota yang baru saja menjadi domisilinya.

Berkali-kali ponsel Natha berdering ia biarkan begitu saja, siapa lagi jika bukan Jenny yang akan menagih naskah. Merijek panggilan dari Jenny dan mengirimkan pesan singkat kepada wanita itu.

'aku masih berusaha menyelesaikannya, percayalah sebelum akhir tahun sudah selesai'

Senang rasanya tidak ada yang berubah dari kehidupannya. Natha menimang-nimang kertas yang ada digenggamannya ia bigung antara mengajar atau menjadi pelajar kembali, ia masih ingin mengambil masternya untuk ilmu ekonomi politik.

Jangan memberinya saran untuk memegang keduanya ia tidak seserakah itu jika mengajar ia akan focus mengajarkan sastra pada mahasiswanya dan jika menjadi pelajar ia akan focus dengan semua tugasnya.

Ia pernah menjadi serakah ketika mengambil strata satu, ia kuliyah di dua jurusan yang berbeda sastra dan ilmu politik keduanya merupakan kegemarannya, tapi itu merupakan saran bagus juga jika ia mengambil keduanya tapi...

Agrh...

Natha menghentakkan kakinya kesal ia tidak tau apa yang harus ia pilih sekarang biasanya ia tidak pernah sebuntu ini, ia juga memiliki ide gila untuk merasakan menjadi asisten rumah tangga bagaimana rasanya, ia ingin merasakan apa yang dirasakan tokoh dalam novel yang ia tulis ia ingin semuanya lebih hidup.

Menghela napas lelah Natha melipat kerta yang ia pegang dan memilih berjalan untuk meringankan isi kepalanya siapa tau ia bisa memilih setelah menghirup aroma sore.

Pluk...

Tepukan di kepalanya membuat Natha mengerang kesal dan berbalik ingin memaki siapa yang memukul kepalanya bukannya marah melihat siapa yang menepuk kepalanya ia malah bertambah kesal dan mencubit lengan orang itu.

"kak.. hey... sakit" Natha tidak juga melepaskan tangannya "hey jika kulit ku memerah dan jelek tidak akan ada yang mau mengontrakku lagi"

Natha memindahkan cubitannya "memangnya aku peduli, kau tidak datang ketika kakak mu menikah dan sekarang kau berani berdiri dihadapan ku"

Cessa cemberut dan mengelus bekas cubitan Natha yang sudah ia lepaskan, wanita itu bukannya sengaja datang kemari ia hanya melakukan pemotretan dan besok ia akan terbang kembali ia baru tau jika kakaknya berada satu daerah dengannya.

Natha maklum jika Cessa tidak datang ia dari jauh hari Cessa mengatakan untuk memundurkan atau memajukan tangga pernikahannya dan Natha pun setuju tapi kalian pasti tau siapa yang paling berperan dalam pernikahan Natha ya orang tua mereka.

"maaf aku bukan adik yang baik bukan? Bahkan aku tidak bisa datang keacara pernikahan kakak ku sendiri" hampir saja Cessa menangis jika Natha tidak menoyor kepalanya.

"katakan pada perusahaan itu untuk melepaskan adikku yang manis ini aku tidak suka mereka memperlakukan mu sesuka hati memangnya siapa mereka membuat kesalahan dan dilimpahkan padamu perluku carikan pengacara untuk dipengadilan"

"aku tau kau menikah dengan pengacara" Cessa berdecak kesal cepat sekali perubahan moodnya "siapa dia? aku akan mencakarnya jika bertemu bisa-bisanya dia menggantikan kakak iparku, aku tidak suka jika yang menjadi kakak iparku dia ganti saja"

"kau pikir semudah menganti dalaman mu?"

Natha mengaihkan pembicaraan sambil berjalan mengelilingi danau sudah lama mereka tidak mengahabiskan waktu berdua seperti ini, jika kebanyakan orang tidak akur dengan saudara perempuannya jangan Tanya Natha Cessa itu sudah menjadi sahabatnya tempatnya menuangkan segala yang ada dioataknya dan hanya Cessa yang tau seberapa gilanya kakaknya itu seperti yang mereka bicarakan saat ini.

"sepertinya aku akan mencoba menjadi asisten rumah tangga"

Mata Cessa hampir saja keluar ketika ucapan dari mulut kakaknya itu sampai ketelinganya, tapi kembali normal ketika ia teringat hal yang paling parah yang kakaknya lakukan adalah menyelinap masuk kedalam penjara bawah tanah dan keluar dengan keadaan selamat tanpa diketahui siapapun.

"novel macam apa lagi yang akan kau tulis?"

Cengiran dibibir Natha membuat Cessa paham jika kakaknya tidak akan memberitahunya, begitulah Natha ia hanya akan memberikan naskah utuh kepada Cessa sebelum dikirimnya kepada Jenny. Bukannya membacanya Cessa hanya meminta kakaknya untuk bercerita.

"kali ini kau harus membacanya sendiri jika kau ingin tau, kapan kau akan menyukai buku jika naskah ku saja tidak kau baca"

Cessa tertawa ia sering mengatakan pada Natha untuk tidak memaksanya membaca karena selain tidak memiliki waktu ia juga tidak suka dan Cessa selalu mengatakan 'semoga kau mendapatkan orang untuk kau sodori naskah agar aku bisa tenang dari terror mu' yang hanya dijawab kekehan dari Natha.

"aku punya seorang teman dan akan ku katakan kau pembantuku yang ku titipkan padanya dan sewaktu-waktu akan ku amabil"

"kau pikir aku barang?"

"aku akan mencari sendiri Sa"

"kau tidak akan pernah tau bagaimana majikan mu, aku tidak mau jika kau berani melakukannya lihat saja akan ku datangi rumahnya"

"Cessa"

"Queenatha kakak ku sayang kau bukan lagi anak kecil ok, berpikirlah lebih maju. Apa suamimu sudah tau?"

Natha menggeleng dan menghembuskan napasnya memang yang selalu bersikap dewasa itu Cessa dari pada dirinya.

"besok aku akan ada pemotretan lagi penerbanganku pagi. Akan ku temui dia"

Natha berpikir sejenak kemudian mengangguk "katakan padanya aku tidak tinggal disana dan dua hari aku tidak bisa masuk kerja"

Cessa berdecih kesal kakaknya ini tau membutuhkannya tapi tetap berlagak tidak membutuhkan, Cessa jadi penasaran bagaimana prilaku Natha kepada suaminya? Mengingat suami Natha Cessa masih sangat kesal karena yang menjadi kakak iparnya bukan pria yang sangat ia kagumi.

"aku akan menghubunginya untuk datang menemui kita disini"

Natha menghentikan tangan Cessa yang akan menghidupkan ponselnya ia menggeleng tidak setuju dengan ide Cessa.

"hey nanti dia bisa curiga aku masih mengenakan pakaian seperti ini"

Cessa memperhatikan kakaknya dari atas hingga bawah kemudian berdecih memang apa yang bisa membuat orang curiga jika pakaian Natha dan pakaiannya sekarang sudah membedakan mereka seperti pembantu dan majikan. Bayangkan kakaknya hanya mengenakan terusan dibawah lutut berwarna abu kusam dan sepertinya memang sudah kusam.

________________

mood..........

William's Queen (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang