Suara canda tawa terdengar dari arah pintu yang baru saja terbuka, Amira yang duduk santai dengan suara pelan televise memutar kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja masuk, seketika senyum di bibirnya melebar melihat sepasang manusia yang baru saja masuk, seakan dunia hanya milik mereka berdua.
Kening Amira mengernyit senyum di bibirnya menghilang, apa sekarang ia kasat mata hingga dua orang itu berlalu begitu saja, bahkan sepertinya suara televise tidak terdengar di telinga mereka. Berlalu begitu saja sambil terus bercanda hingga masuk kedalam kamar.
Meraih remot tv dan mematikannya, Amira mendekat kearah kamar mereka, tangan terulur untuk mengetuk namun pintu itu tidak tertutup dengan rapat sehingga suara candaan dari dalam sana masih terdengar, Amira berpikir keras hingga keningnya berkerut dan kepala memiring, seingatnya tadi malam Adrey masih menyerang Natha dengan nada-nada tidak suka atau satu malam bisa merubah segalanya.
"mom?!"
Pintu terbuka lebar menampakkan Adrey dan Natha yang terkejut melihat keberadaannya di depan kamar mereka.
"apa terjadi sesuatu?"
"memangnya apa yang terjadi?" sahut Adrey bingung.
Natha benar-benar lupa dengan keberadaan ibu mertuanya itu padahal tadi pagi mereka sarapan bersama.
"lupakan" Amira memperhatikan mereka berdua bergantian dengan tatapan curiga "kalian ingin keluar lagi?"
"ya"
Sikutan mendarat di perut Adrey ketika suaranya keluar, ia menatap Natha dengan perasaan tidak bersalah.
"tidak mom, kami baru saja akan mencari mom karena dari tadi tidak terlihat"
"ohoho... mom mu tidak terlihat, yang benar saja kalian berdua ini. Kalian akan kemana? Ini sudah hampir jam makan malam"
"kami ingin makan malam di luar" lagi-lagi suara Adrey yang mendapat pelototan tajam dari Natha.
"ya kami ingin makan di luar, maka dari itu kami mencari mom" ujar Natha melangkah keluar dari kamar dan menggandeng tangan Amira tidak memperdulikan degusan dari belakangnya.
"sepertinya aku tidak di inginkan ikut" Amira melirik kebelakang.
"Adrey bilang tadi dia ingin mom yang memilih makan malam dimana, dimana saja yang mom inginkan dia akan mengabulkannya"
"Natha kau yang berhutang pada ku kenapa jadi aku yang mentraktir kalian makan?"
Seakan tak mendangar apapun Natha berjalan santai mengandengan Amira di sampingnya.
"tunggu sebentar mom ingin mengganti pakaian dulu"
Setelah Amira pergi dengan riang menuju kamarnya Adrey mendekat dan merangkul bahu istrinya dengan kencang.
"jadi malam ini kita tidak jadi kencan" ucap Adrey berpura-pura lesu.
Dalam dekapannya Natha terkekeh, tadi ketika Adrey mengajaknya berjumpa salah satu kliennya lagi setelah sidang, Adrey kembali bertanya permasalahan apa yang kliennya itu alami dan Natha kembali tidak bisa menjawabnya, bukan apa-apa baru kali itu Natha melihat Adrey duduk dengan serius mendengarkan permasalahan kliennya tentu saja dari dekat jika dari jauh tidak bisa terhitung berapa kali.
Pernah sekali Natha membatalkan pertemuan mengajarnya dengan para mahasiswanya hanya karena kebetulan mereka bertemu disebuah restoran, bertepatan ketika Natha akan keluar dan Adrey masuk dengan seorang pria paruh baya dan berbincang dengan serius, jadilah Natha menunggu sambil memperhatikan Adrey dengan berbagai menu tambahan lagi hingga Adrey selesai barulah ia juga ikut pulang.
____________________
Jenny menatap kesal ponselnya yang masih dalam mode menyambungkan ke panggilan lain yang tidak pernah di angkat sudah beberapa minggu terakhir, ia juga sudah mengirimkan berbagai macam pesan urgen yang sama sekali tidak di tanggapi oleh Natha, kemana sebenarnya wanita itu pergi pikir Jenny.
Kesal karena tidak kunjung di angkat Jenny mengetikan sesuatu yang sudah pasti akan di respon wanita itu dengan sangat cepat. Benar saja tidak berselang lebih lama dari dua puluh menit Natha sudah menelponnya. Jenny terkekeh wanita itu benar-benar, padahal Jenny hanya mengirimkan pesan singkat speerti ini 'Natha aku mendengar kabar duka dari pengacara tercinta mu'
Begitu Jenny menekan warna hijau di ponselnya, berondongan pertanyaan dari Natha langsung memekakan gendang telinganya.
'apa yang terjadi?'
'apa yang kau dengar?'
'berita apa? Apa ada sesuatu yang akan membuatnya celaka?'
'apa ada orang yang berniat menyakitinya?'
'ayolah Jen jawab pertanyaan ku, jangan hanya diam saja'
Suara tawa langsung membahana keluar dari mulut Jenny, di seberang sana Natha mengumpat dengan kesal. Natha dan segala kepolosannya jika sudah menyangkut si pengacara. Tapi sebenarnya berita kali ini benar-benar berita penting yang baru saja di ketahui Jenny dan mungkin saja Natha tidak mengetahuinya, Jenny hanya tidak ingin jika Natha semakin berharap denga hal yang tidak pasti.
Jenny berdehem mencoba untuk serius, karena ia memang harus berbicara serius dengan dengan Natha.
"Natha aku berharap kau menjauhkan diri dari benda-benda berharga seperti laptop atau sejenisnya yang menyipan data penting atau benda pecah belah atau alat-alat dapur, apapun itu yang bisa membuat mu celaka"
Diseberang sana dengan kesal bercampur penasaran Natha menuruti kata-kata yang di ucapkan Jenny menjauh dari benda apapun yang dia katakan.
"sudah? Kau yakin benar-benar sudah melakukan apa yang ku katakan" setelah gerutuan kesal kemabali terdengar Jenny mengambil napas dan menghembuskannya dengan perlahan, berharap Natha tidak melakukan hal konyol yang bisa membahayakannya jika mendengar apapun dari mulutnya, ok sudah cukup Natha semakin kesal di seberang sana karena Jenny terlalu lama dengan pikirannya.
"William sudah menikah"
Tidak ada jawaban dari seberang sana, Jenny mulai panic dengan memanggil-manggil Natha.
'apa hanya itu kabar yang kau dapat?'
Jenny mengangguk antusias seakan Natha melihat saja. Natha sendiri menghela napas lega. Tadi pagi ia baru saja mengantar Adrey kebandara untuk pergi keluar kota besamaan dengan kepulangan mertuanya.
"apa kau baik-baik saja?" Jenny bertanya dengan panic yang sepertinya tidak mereda.
Pikiran Natha berkeliaran entah kemana, apa ini waktu yang tepat untuk memberi tahu Jenny tapi ia kembali berpikir apa Adrey akan senang jika ia memberitahu seseorang tentang pernikahan mereka tentu saja tidak itu sudah jawaban yang mutlak.
"ya aku baik-baik saja, dan dari mana kau tahu?"
Jenny menghela napas benar-benar lega, ternyata Natha tidak segila itu sekarang ia sangat bersyukur wanita itu tidak melakukan hal-hal gila seperti yang biasanya ia lakukan tapi tetap saja ia kebingungan dengan respon yang di berikan Natha.
"Nath... kau tidak sedang merencanakan sesuatu bukan? Natha kau harus benar-benar mendengarkan aku dia sudah memilih orang lain untuk menjadi pendampingnya jadi-"
"Jen, aku bertanya kau mengetahui hal ini dari siapa? Kenapa kau berbicara hal-hal aneh"
Bersamaan dengan gerutuan Natha sebuah panggilan masuk ke ponselnya, Natha tesenyum cerah. Ia begitu saja mengabaikan panggilan Jenny dan mematikan ponselnya, padahal Jenny menjawab panjang lebar pertanyaan Natha.
"aku mengetahuinya dari teman ku yang bekerja di firma hukumnya, dia mangatakan jika undangan pernikahan pria itu sampai ketangan mereka namun karena acaranya begitu mendesak jadi mereka tidak bisa datang dan acaranya di selenggaran di pedesaan, aku curiga jika istri Pengacara mu itu suda hamil duluan maka dari itu acara pernikahan merekapun mendadak, bagaimana pendapat mu? Nath? Natha? NATHA....."

KAMU SEDANG MEMBACA
William's Queen (end)
Genç Kız EdebiyatıWilliam Adrey Walter, seorang pengacara handal dengan reputasi sempurna dimata semua orang harus pulang kerumah karena harus menggantikan kakaknya untuk menikahi seorang gadis yang sudah menjadi tunangan kakaknya.