"masih ada yang ingin di tanyakan untuk hari ini?" Suara Natha terdengar dingin, tidak seperti biasanya. Jika biasanya waktu yang mereka punya tidak pernah cukup. Ada saja tangan-tangan yang terangkat untuk bertanya, bahkana hingga keluar ruangan.
Setelah memastikan tidak ada lagi mahasiswa yang mengangkat tangannya, Natha segera menutup kuliah hari itu. Suasana hati Natha benar-benar kacau dari beberapa hari yang lalu, semenjak Adrey terus menjauh dan susah untuk di temui. Ketika di rumah Natha hanya bisa melihat Adrey malam hari, itupun jika ia tidak ketiduran dan di pagi hari jika ia bisa bangun lebih pagi dari pria itu.
Kaki Natha sudah melangkah kearah gedung sambil terus berbincang dengan seorang pria di sampingnya.
"terima kasih Miss"
"ah, Tuan Carperter. Sepertinya aku hanya punya waktu minggu ini dan dua minggu kedepannya untuk diskusi ini, mungkin kau bisa segera menyelesaikannya, jika tidak bisa mohon maaf dalam waktu itu tiga minggu atau satu bulan lagi kau baru bisa meneruskannya. aku memiliki kegiatan di luar kampus dalam satu bulan itu"
Wajah pria itu yang tadinya masih menebar senyum manisnya berubah sedikit kecut dengan kening berkerut, namun tak urung ia tetap menganggukkan kepalanya mengerti.
"baik Miss saya akan mengusahakannya"
Pria itu melangkah pergi meninggalkan Natha. Sepanjang sisa perjalanan Natha bisa merasakan beberapa mahasiswa yang berbisik-bisik sambil melihat kearahanya, ketika mata sinis Natha yang baru saja ia dapatkan hari ini melirik kearah mereka, barulah mereka terdiam. berpura-pura tidak membicarakannya.
'ini bukan dirimu Natha, ayolah Natha kendalikan dirimu' gumam Natha dalam hati. Ia menghembuskan nafasnya dan mencoba tersenyum. Tangan Natha sudah akan membuka pintu namun di intrupsi oleh suara seorang wanita.
"Maaf Miss, Tuan Walter sedang tidak ada di ruangan"
Mata Natha memicing curiga kearah wanita itu, tanpa menggubris pernyataannya ia tetap membuka pintu itu dan kosong tidak ada orang disana.
"terima kasih"
Natha meninggalkan wanita itu yang terheran-heran melihat tingkahnya hari ini. Bukan Natha tidak menyadarinya, ia benar-benar sadar dengan kelakuannya yang tidak biasa.
"Miss Spark, boleh aku meminta tanda tangan mu?"
Bibir Natha mencoba kembali untuk tersenyum. "Sure, Nona...?" Natha menerima buku dan pulpen yang wanita itu serahkan.
"Adellea Michellia Batricia Vough"
Ha?
"Just call me Batric or Chellia or Adelle, jangan memanggil ku Vough itu terdengar tidak faminin. Yah, walaupun kau tau itu nama keluarga ku, aku hanya tidak merasa feminine saja"
Natha tidak tau harus berkata apa, ia hanya menggeleng dan tersenyum lalu membubuhkan tanda tangannya dengan inisial nama wanita itu yang ia tekankan tadi.
BCA
"miss kabarnya kau memiliki hubungan dengan Tuan Walter, apakah itu benar?" wanita itu tidak menunggu jawaban Natha sama sekali "setahu ku, dia sudah menikah dengan kekasihnya. Sebelum kau sakit hati, lebih baik kau ku jodohkan dengan kakak laki-laki ku saja. bagai mana?"
"Maaf nona Vough, aku masih memiliki pekerjaan lain" Natha tersenyum manis dan meninggalkan wanita itu yang masih saja tersenyum dan mengangguk antusias, sebelum mengerutkan kening ketika melihat tulisan BCA di bukunya, ia tidak menegerti dengan tulisan itu ia hanya mengerti jika itu adalah salah satu nama dari sebuah bank.
Siang itu Natha habiskan dengan membuat makalah di ruangannya, hingga perutnya berbunyi barulah ia sadar sudah melewatkan makan siang, tidak hanya makan siang sarapannya juga, hingga perutnya mulai terasa perih. Di luar ruangannya seorang pria sudah menunggunya.
"tidak perlu terburu-buru Tuan Carperter, pelan-pelan saja agar semuanya rapi dan detail"
Konsentrasi Natha sudah buyar, sampai-sampi melihat tulisan di atas kertas yang di berikan pria itu saja ia mual. Natha mengajak pria itu diskusi dan mengoreksi tulisannya di sebuah café terdekat sembari mengisi perutnya yang tidak bisa di ajak kompromi.
Hawa lembab begitu terasa dari Langit yang memang sudah tak secerah pagi tadi dan sudah mulai menjatuhkan air setitik-setitik beberapa menit dan mulai deras. Sepasang manusia mulai bersiap-siap untuk meninggalkan Gazebo yang mulai di rembesi air hujan.
"ingin ku antar pulang Miss?"
"terima kasih tuan Carperter tapi aku masih memiliki urusan lain"
Tubuh Natha bergeser hingga ia bisa melihat seseorang di belakangnya dengan payung lebar di tangan kanannya dan sebelah tangan lainnya di masukkan ke dalam kantong. Matanya menatap datar Natha yang sudah kembali lola mode on-nya.
Setelah mahasiswa itu pamit kepada Natha karena sudah tau ada yang menjemputnya dan memakai paying, sudah pasti ia lebih memilih pria itu dari pada hujan-hujanan dengan dirinya.
Natha tersenyum senang berlari kecil kebawah paying Adrey. Tubuhnya merapat kearah Adrey, tangannya ragu-ragu ingin memeluk lengan Adrey dan berakhir dengan tidak jadi, ia takut. Takut jika Adrey marah di depan umum seperti ini dan kesadaran Natha kembali seketika langkahnya terhenti membuat Adrey melakukan hal yang sama.
Tidak ada raut wajah bertanya dari wajah Adrey, yang ada hanya raut datar sedingin es.
"maaf, apa kau menjemput ku? Jika tidak aku bisa pulang sendiri" suara Natha terdengar seperti cicitan ketakutan dan ragu-ragu.
"kenapa? Kau ingin pulang dengan pria itu?"
'bodoh' gumam Adrey yang masih bisa di dengar Natha.
Kepala Natha menggeleng cepat. Tidak ingin mendengar omongan Natha lagi Adrey menarik Natha hingga menempel dan memeluk pinggangnya posessif. Natha menundukkan kepalanya dan tersenyum sendiri.
Sesampainya di apartemen Adrey mendorong pintu dengan kasar hingga terdengar bedebum dan menyebabkan getaran. Kaki Adrey melangkah mendekati Natha yang terpaku menatapnya, tangannya meremas payung yang basah, masih belum sempat ia letakkan di tempatnya. Kaki Natha tidak bisa bergerak ketika Adrey mendekat ia hanya mampu menatap Adrey dengan mata bulatnya, ketika wajah Adrey tepat di depan wajahnya hingga deru nafas pria itu bisa Natha rasakan berhembus tidak beraturan di sekitar wajahnya, Natha memejamkan matanya.
Tangan Adrey menarik pinggang Natha, melemparkan payung yang di pegang Natha asal, meremas pelan pinggang Natha dan bibirnya menyeringai ketika mata Natha kembali terbuka. Bibir Adrey menempel sempurna di bibir merah Natha, bergerak menyecap setiap jengkal bibir munggil itu ia mendensak Natha untuk membuka mulutnya dengan patuh Natha mengikuti setiap pergerakakkan Adrey. Natha bisa merasakan kemarahan di setiap pergerakkan bibir Adrey, hingga gigitan Adrey di bibirnya membuat Natha memekik dan refleks mendorong Adrey pelan.
"sakit" cicitnya menundukkan kepala dengan wajah memerah.
"Maaf" ujar Adrey mengusap pelan bekas perbuatannya "kita coba lagi?" bujuk Adrey, kali ini lebih lembut.
Ciuman kali ini begitu lembut yang lama-lama semakin menuntut, tangan Adrey juga tidak diam. Natha hanya mengikuti saja, Adrey menyentuhnya ia juga menyentuh Adrey.
Tubuh Adrey semakin menempel di tubuh Natha, beberapa kancing bajunya sudah terbuka ulah Natha. Kancing baju Natha sudah terbuka semua menampakkan perut ratanya yang putih dan branya yang sewarna dengan bajunya.
Adrey mengangkat Natha, kaki Natha melingkari pinggang Adrey. Pria itu membawa Natha kekamar, masih tidak menghentikan aksinya membuat tanda di leher, sekitar dada, di manapun yang bisa ia jangkau.
![](https://img.wattpad.com/cover/162352126-288-k520534.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
William's Queen (end)
أدب نسائيWilliam Adrey Walter, seorang pengacara handal dengan reputasi sempurna dimata semua orang harus pulang kerumah karena harus menggantikan kakaknya untuk menikahi seorang gadis yang sudah menjadi tunangan kakaknya.