Makasih banyak buat yang udah mau baca cerita gaje ini.... : * dan maaf buat yang nunggu cerita ini (kalau ada) heeheeeee, rencana mau up sebelum hari raya kemaren sebenarnya dan ternyata gak bisa, gak sempat nulis karena ada insiden dan harus ngurus itu dulu.
MAAF DAN TERIMAKASIH.
selamat membaca
_________
Natha Mengusap air matanya dengan masih bersadar di tembok parkiran sendirian tanpa mengetahui sedari tadi ada yang terus mengamatinya.
"sudah selesai menangisnya?"
Senyum manis itu yang selalu membuat Natha merinding, sekarang ia merasa bersalah kepada pria di hadapannya, mungkin ini karma karena ia terlalu sering menolak pria itu.
Bukannya Natha tidak tau sedari dulu Asley selalu berusaha mendekatinya atau bahkan berkenalan dengannya, dia saja yang selalu menolak keberadaan pria ini. Bukannya ia tidak tau jika Asley yang selalu menitipkan coklat dan bunga untuknya.
"aku minta maaf" bisik Natha kembali terisak
"untuk?"
Kening Asley mengernyit tidak mengerti untuk apa Natha meminta maaf. Natha menghela nafas dan menatap Asley dengan air matanya yang terus berjatuhan, Asley mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Natha.
"aku minta maaf untuk semua perlakuan ku padamu dan... dan untuk menerima adikmu"
Asley tertawa renyah, wanita ini benar-benar "bukan salahmu juga Nath, aku yang seharusnya minta maaf padamu"
Air mata Natha kembali mengalir. Asley terlalu baik, itu yang paling tidak di sukai Natha dari dirinya. Bodoh memang, tapi memang itu kenyataannya Natha tidak bisa jatuh kepada pria ini.
"sudahlah jangan menangis lagi"
Asley menarik Natha kedalam pelukannya karena ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Natha menyandarkan kepalanya di bahu Asley, sesegukkan. Asley mengelus kepala Natha mencoba menenangkan, Asley menyadari satu hal, sedari dulu ia selalu ingin melindungi gadis kecil ini, seperti ia ingin melindungi pengacara sombong yang sedari kecil selalu bertingkah sok dewasa.
Buk...
Tangan Asley terlepas dari merengkuh Natha dan sekarang ia sudah terkapar di lantai memegangi perutnya, tidak sampai disana wajah tampannya juga kini terkena bogeman.
Tidak mau tinggal diam Asley bangkit dan membalas Adrey dengan tak kalah ganasnya, walau begitu tetap Adrey yang lebih unggul karena sudah menendang tulang keringanya dan itu membuat Asley susah menggerakkan kakinya.
Kejadiannya begitu cepat, saat kaki Adrey akan kembali melayang keperut Asley. Natha menarik tangan pria itu.
"Adrey hentikan"
Mata Adrey menatap tajam Natha dengan nafas yang memburu, menghempaskan tangannya hingga peganggan Natha terlepas dan berbalik mencengkram tangan Natha.
Ketika Adrey ingin menarik Natha untuk meninggalkan tempat itu, Natha menahannya. Tanpa kata Natha melirik kearah Asley yang masih terduduk dengan babak belur.
"kau memikirkan bajingan ini" bentak Adrey di depan wajah Natha.
"Adrey!" suara Asley memperingatkan.
"diam, jangan pernah menemui istriku lagi"
Natha memekik ketika Adrey mengangkatnya ala bridal, ketika mulut Natha akan terbuka untuk protes pria itu menatapnya tajam hingga Natha kembali menelan ucapannya yang akan keluar dan mengalungkan tangannya di leher Adrey.
Entah bagaimana cara Adrey membuka pintu mobil tanpa menurunkan Natha, begitu sudah mendudukkan Natha di kursi dan memasangkan seat belt. Adrey memperhatikan wajah Natha dengan seksama dan mengecup kedua mata Natha yang masih berair.
Tidak ada percakapan di antara mereka sepanjang perjalanan, sesampainya di apartemen juga begitu. Adrey tidak mengucapkan sepatah katapun, ia hanya membukakan tali hells Natha yang begitu rumit. Ketika Natha masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, Adrey sudah menyiapkan gaun tidurnya.
Natha berbaring menunggu Adrey selesai membersihkan dirinya, ia tau ini belum selesai masih ada kesalah pahaman yang harus mereka luruskan, wanita itu, Asley dan juga perasaannya saat ini. Lumayan lama Adrey di kamar mandi, mata Natha hampir saja terpejam ketika pria itu keluar hanya menggunakan handuk yang melingkari pinggangnya berjalan kearahnya yang berbaring kaku.
Mata Natha mengerjap masih belum sadar ketika Adrey menciumi seluruh wajahnya dan beranjak kerahang dan leher terus turun. Natha mengerang pelan begitu teradar dari kantuknya, tanganya sudah berada di rambut Adrey meremasnya pelan.
Adrey melepaskan cumbuannya, beranjak memerangkap tubuh Natha dibawah dan menatap tajam mata Natha. Tangannya membelai leher Natha membuat Natha meremang menahan erangannya, lalu turun membuka kancing piyama sutra Natha.
Hanya beberapa saat di pelepasan pertama Adrey begitu lembut memuja seluruh tubuhnya, setelahnya Adrey begitu bergelora menggebu-gebu, ia mencumbu Natha seakan ingin menghisap habis darahnya, meninggalkan jejaknya di setiap sudut yang ia bisa, menyatakan kepemilikan akan wanita itu.
"Ad..." desah Natha ketika Adrey menyatukan kembali miliknya dengan sekali hentakan dan mendiamkannya.
"aku tidak akan pernah mengizinkan kau memanggil nama pria lain dengan cara seperti itu" ucapan Adrey terputus-putus menahan gejolak dalam dirinya.
Natha hanya tersenyum sekilas ia tidak sanggup lagi mengeluarkan kata-kata karena Adrey sudah bergerak begitu panas di bawah sana.
Entahsudah berapa kali mereka mengulanginya hingga mereka benar-benar lelah. Dengan nafasyang tidak beraturan Adrey mengecup pundak polos Natha dan memeluknya denganerat, seakan ia takut kehilangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/162352126-288-k520534.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
William's Queen (end)
ChickLitWilliam Adrey Walter, seorang pengacara handal dengan reputasi sempurna dimata semua orang harus pulang kerumah karena harus menggantikan kakaknya untuk menikahi seorang gadis yang sudah menjadi tunangan kakaknya.