"siapa dia?"
Adrey tidak menghiraukan pertanyaan Natha ia duduk dengan santai disofa sambil terus meneguk coklat panasnya. Natha merutki dirinya sendiri karena pertanyaanya dengan sedikit ragu Natha duduk dihadapan Adrey.
"apa yang membuat mu pulang?"
"pertanyaan macam apa itu?"
Natha berdecak kesal dan memalingkan wajahnya, ia yakin Adrey merencanakan sesuatu untuknya entah dari mana datang pirasat itu.
"besok malam ikut aku"
"kemana?" Natha bertanya dengan nada curiga, membuat Adrey merasa kesal, memangnya ia akan membawa istrinya itu kemana? Kelaut dan menenggelamkannya yang benar saja.
"pesta kolega ku"
"tap-"
"sudahlah bersyukur aku mengajak mu kau pasti senang disana aku yakin itu"
Mata Natha mendelik 'suka' memangnya ia hobby dengan pesta? Atau jangan-jangan, Natha menatap Adrey penuh curiga.
"kau ingin mempermalukan ku disana?"
Adrey terkesiap dengan pertanyaan Natha namun Adrey bisa menutupi keterkejutannya hingga Natha tidak bisa melihat wajah terkejutnya.
"jika kau pintar membawa dirimu, adapun orang yang ingin mempermalukan mu aku yakin tidak itu tidak akan terjadi"
Setelah itu Adrey pergi meninggalkannya yang masih duduk diam sendirian, tak berapa lama Adrey kembali duduk dihadapannya dengan sebuah paper bag besar dan menyerahkannya kepada Natha
"aku yakin kau pasti sering pergi dengan kakakku" Adrey berdehem untuk menjeda "kau pasti sering ia bawa-bawa atau mungkin kau sering membeli baju, ya sudah pasti jika hobbi shoping sudah pasti sering membeli baju namun aku khawatir dengan selera mu jadi aku menyediakan baju itu, aku tidak ingin kau mempermalukan ku dihadapan umum"
Natha meremas ujung bajunya menahan kekesalan yang sudah sampai keubun-ubun, matanya mengerjap tajam menatap lurus kearah mata Adrey dan tersenyum sinis.
"aku tau selera ku memang buruk namun kau perlu tau aku pintar menempatkan segala sesuatu pada tempatnya"
Entah dari mana datangnya keberanian Natha yang biasanya hilang jika berdekatan dengan pria itu, apa karena ia sedang marah sekarang? Jadi otaknya bisa bekerja dengan sempurna sekarang, mungkin jadi Natha menggunakannya sebaik mungkin untuk membuat pria itu sadar.
Tangan lembut Natha meraih paper bag yang tadi diberikan Adrey padanya kemudian mengeluarkan isinya. Senyum sinis keluar dari bibir Natha gaun itu indah sungguh bagian punggungnya terbuka sempurna hingga kepinggang, bagian depan tertutup dengan bentuk silang dan ada tali spageti yang harus dikalungkan dileher.
"ternyata seleramu terlalu tinggi tuan Walter atau ekspektasi mu tentang ku yang terlalu tinggi?" kekeh Natha dan membentangkan baju berwarna dongker itu diatas meja.
Adrey tersedak ludahnya sendiri sungguh ia tidak tau sama sekali bentuk baju itu demi tuhan ia mau pergi dengan wanita itu hanya karena ia bersedia memilihkan baju perempuan untuknya.
Sedang Natha tidak tau jika baju itu benar-benar terbuka ia hanya asal bicara saja tadi, jadi Adrey benar-benar ingin mempermalukannya kita lihat saja nanti apa pria itu bisa mempermalukannya didepan umum.
"ugh..." Natha membuka menyibak belahan baju itu yang kira-kira hingga kepaha "sungguh kau memang harus memilih wanita yang cocok untuk baju ini jika kau ingin aku mengenakan baju ini sepertinya tidak aku terlalu pendek untuk ini"
Tubuh Natha bukannya pendek ia cukup tinggi tapi tidak terlalu tinggi untuk mengenakan baju itu.
"kita bisa memilih baju nanti malam atau besok jika kau tidak mau memakai baju itu"
Natha menggeleng lalu mengedikkan bahunya sambil memasukkan baju itu kembali kedalam paper bag
"tidak aku punya selera sendiri dan aku juga punya baju sendiri"
"kau pikir begitu" Adrey tersenyum sinis dan menyesap minumannya yang belum habis "aku tidak ingin malu"
Natha menarik napasnya untuk meredam gejolak amarah didalam dirinya sebegitu rendahnya ia dimata Adrey.
"jika kau tidak mau pergi saja sendiri, lagi pula bukan aku yang ingin mendatangi pesta itu"
Natha beranjak dari duduknya ingin meninggalkan Adrey, namun perkataan Adrey membuatnya menghela napas kasar dan pergi meninggalkan Adrey yang juga ikut kesal.
"terserah kau saja namun jika disana kau malu jangan salahkan aku"
___________________
Pagi-pagi sekali Natha sudah menghilang dari rumah, Adrey sempat mendengar suara pintu tertutup dan kerasak-krusuk diluar namun masih terlalu pagi jadi ia kembali melanjutkan tidurnya dan ia yakin itu adalah Natha.
Berjalan kearah dapur untuk mengambil minuman dengan mata yang masih bengkak Adrey mencoba menyesuaikan matanya dengan matahari yang masuk dari jendela kaca yang sudah dibuka.
Masih setengah sadar setelah meneguk air putihnya, ia membuka lemari pantry dan tersenyum senang ketika menemukan berbagai macam cemilan disana biasanya setiap kali membuka lemari-lemari kecil itu yang ada hanya satu dua jenis makanan dan itupun sudah terbuka dan tidak layak makan lagi.
"sepertinya aku ingin ngemil beberapa"
Sudah lama Adrey tidak makan cemilan hanya ketika ia berlibur saja dan ketika ia pulang dalam keadaan tidak lelah, ia tidak sepat ngemil jangankan ngemil belakangan ia makan saja tidak sempat lagi pula memang selera makannya tidak ada ketika memiliki banyak pekerjaan.
Beberapa yang dikatakan Adrey adalah satu pelukan penuh ditangan lengan besarnya. Setelah meletakan makanan itu dimeja ruang tv ia kembali kedapur membuka lemari pendingin matanya melebar melihat di freezer tersedia berbagai macam ice cream, sungguh pagi yang indah. Adrey mengambil tiga cup dengan rasa yang berbeda dan kembali lagi keruang tv.
Adrey menghidupkan tv dan mulai memakan icenya tidak peduli jika yang disajikan di layar besar dihadapannya adalah kartun.
Kepala Adrey mengingat sesuatu namun tetap melanjutkan makannya. Terakhir kali freesernya terisi penuh ice cream dan lemari mungil kesayangannya penuh dengan cemilan adalah ketika seseorang yang Adrey tidak tau siapa yang menyuruhnya datang yang pasti orang itu berkata.
'aku disuruh membersihkan apartemen anda tuan'
Hanya itu, awalnya Adrey merasa curiga namun ketika wanita paruh baya itu berhasil meyakinkannya dengan menyebut nama ibunya dan sekarang Adrey baru sadar bahwa orang yang datang pada hari itu adalah seorang wanita paruh baya yang bekerja dirumah orang tua Natha ketika mereka menginap dirumah mertuanya waktu itu.
Setelah tiga cup ice cream yang hanya tinggal cupnya saja dan beberapa bungkus makanan yang sudah kosong Adrey baru sadar kemana istrinya? Kenapa belum muncul juga, ia melirik jam didinding ini sudah hampir tengah hari dan ia belum juga melihat wanita itu.
Tangan Adrey meletakkan kembali makanan yang ingin ia buka sekarang ia ingin makanan berat untuk mengisi lambungnya. Ia berdiri dan mencari keberadaan Natha dikamar wanita itu tidak ada ia sudah masuk kedalam kamar mandi bahkan dan wanita itu tiak ada dimana-mana diseluruh penjuru sudah ia periksa bahkan kamarnya sendiri juga sudah ia periksa siapa tau wanita itu masuk kedalam kamarnya tapi tetap tidak ada.
Karena perut Adrey tidak bisa diajak kompromi ia lebih memilih memesan makanan lebih dulu dari pada mencari wanita itu, lagi pula ia sudah besar tidak mungkin ia hilang bukan atau tidak mungkin ia diculik.
Ada perasaan tidak enak dalam hati Adrey ketika pemikiran yang terakhir terlintas dibenaknya, namun ia abaikan ketika perutnya lebih meminta perhatian darinya.
***
Good nigth....
Sekalian ngerjain tugas sekalian up....Terimakasih sudah mau membaca cerita gaje ini... hahahah....

KAMU SEDANG MEMBACA
William's Queen (end)
Literatura KobiecaWilliam Adrey Walter, seorang pengacara handal dengan reputasi sempurna dimata semua orang harus pulang kerumah karena harus menggantikan kakaknya untuk menikahi seorang gadis yang sudah menjadi tunangan kakaknya.